Wednesday, August 22, 2018
Kisah KH. Abdullah Salam, Pati: Sang Kiai Dermawan
Mbah Dullah, begitulah para santri menyapa gurunya KH. Abdullah Salampunya selera yang tinggi dalam berpakaian. Koleksi jam tangan Beliau didominasi merk Mido, waktu itu sekitar tahun 90-an, sudah ada yang berbandrol 9jt, ada yang 6jt. Almari pakaian Beliau dipenuhi sarung merk BHS dan belbagai macam jas.
Beliau memang penyuka jas, dan Beliau juga mahir bikin jas, karena di waktu muda dulu, di sela mengabdi di Pesantren, Beliau juga berprofesi sebagai seorang penjahit pakaian, bahkan jas. Sampai sepuh, Beliau masih suka menjahit baju yang bakal beliau kenakan.
Suatu hari, Seorang Santri diutus Mbah Dullah mencari kain wool untuk dibikin jas. Contoh kain tersebut dibawakan agar tidak keliru dalam membeli. Santri tersebut ngubek² toko kain sekota Kudus, namun belum menemukan kain yang sesuai dengan contoh yang diberikan.
Esok harinya, Kota Semarang yang dituju.
Si Santri muter² hampir ke seluruh Toko kain & Mall se-Semarang. Alhamdulilah, di salah satu Mall yang megah, kain yang sesuai dengan contoh yang dibawa si Santri didapatkan. Harganya? Hampir 3jt permeter. Total pembelian untuk ukuran jas yang dikehendaki, 5jt lebih. Lalu kain tersebut dibawa oleh si Santri ke penjahit jas yang terkenal, "Eka Karya" di jalan Kyai Saleh, Semarang, sesuai arahan Sang Kiai.
Contoh jas sebagai ukuran dan kain wool-pun diserahkan pada Sang Penjahit.
Sang Penjahit berucap "Yo, Kang. Jas pesanan akan segera kami bikin, nanti kalau jas sudah jadi tidak usah diambil kesini, akan kami antar sendiri ke Kajen sekalian sowan". Sang Penjahit yang asli Wedung, Demak, memang kenal dengan Mbah Dullah. Lalu Sang Santri-pun pulang.
Lewat satu minggu, Sang Penjahit sudah datang di Kajen, mencari Sang Santri minta diantar untuk sowan. Sang Penjahit kemudian diantar Sang Santri sowan, dalam pisowanan tersebut, sudah ada tamu lain yang menunggu, yang juga hendak bertamu pada Mbah Dullah.
Setelah bertemu dengan Mbah Dullah, Sang Penjahit menyerahkan jas pesanan, Mbah Dullah-pun mencoba memakai jas baru tersebut. Pas! Enak dipakai dan bagus sekali. Sang Penjahitpun pamit permisi setelah makan, ongkos pembikinan jas digratiskan untuk tabarrukan.
Lalu, tamu lain yang tadi bareng sowan nyeletuk, sekedar basa-basi, "Mbah, jas-e sae sanget".
Mbah Dullah menyahut, "Jenengan remen?".
"Nggih, sae sanget".
Mbah Dullah ngendikan, "nek Jenengan remen, monggo Jenengan betho mawon, kangge Jenengan".
Jas-pun kembali dimasukkan ke pembungkusnya, diserahkan pada Sang Tamu tadi.
Sang Tamu yang awalnya jengah menerima, akhirnya tetap membawa jas tersebut karena setengah dipaksa.
Sang Santri melongo, memendam rasa dongkol yang tiba² menggunung memenuhi hatinya, teringat perjuangannya mendapatkan kain bahan jas itu. "Kenapa tidak diberikan ke saya saja, mbah?", jeritnya dalam hati.
Back selanjutnya: Ketentuan Shalt Idul Adha
Begitulah, Mbah Dullah!
Makanya tidak heran jika waktu itu banyak Santri Ndalem yang bersarung BHS dan ber-arloji Mido, hadiah dari Sang Kiai.
Teruntuk Mbah Dullah, alfatihah...
Cerita ini disarikan dari tutur Sang Santri, Kang Sunhadi!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Suku Chaniago adalah suku asal yang dibawa oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang yang merupakan salah satu suku induk di Minangkabau selain su...
-
Saat mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, para kiai pesantren memahami dan menerapkan betul kalimat “Hubbul wathan minal iman”,...
-
Orang yang sakti tidak suka hura-hura, cari bolo (mengerahkan bantuan), gerudukan dan cari musuh. Orang yang sakti adalah sang pemberani...
-
Soeharto Lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921. Ia lahir dari keluarga petani yang menganut Kejawen. Keyakinan keluarga...
-
Penggagas awal tradisi pembuatan bubur Asyura adalah Nabi Nuh–‘alaihis salam-. Dikisahkan, ketika Nabi Nuh–‘alaihis salam–turun dari kapa...
-
Beliau (Sofyan Tsauri) sampai berani bersumpah atas nama ALLAH bahkan berani Bermubahalah jika ada yang menuduh dia berdusta atas apa yan...
-
Kekafiran Penyihir Para ulama berbeda pendapat tentang seorang muslim yang menggunakan sihir, apakah dia kafir keluar dari agama Islam,...
-
Seorang tokoh dan cendekiawan terkemuka Indonesia mengapresiasi upaya dan peran Republik Islam Iran untuk mempersatukan umat Islam tanpa ...
-
Bukan untuk dibeda-bedakan dan bukan pula minta untuk diistimewakan. NU memang istimewa dan berbeda dengan ormas Islam lainnya. Walau sam...
-
Oleh: Abdul Wahab Ahmad. Hukum itu ditentukan oleh *Allah dan Rasulullah* saja. Keduanya disebut *Syari*. Tak ada pihak ketiga dalam hal ...

No comments:
Post a Comment