Saturday, September 1, 2018

Ghibah yang Diperbolehkan


Pada dasarnya, ghibah hukumnya adalah haram, kecuali ada sebab-sebab syar’i yang membolehkannya, yang terangkum dalam satu bait sya’ir :

تظلم واستعن واستفت حذر# وعرف واذكرن فسق المجاهر

Sebab-sebab syar’i yang membolehkan ghibah ada enam, yaitu :

1. Mengadukan kezhaliman orang lain.
Seseorang yang dizhalimi orang lain, kemudian ia mengadukan kezhaliman itu kepada hakim atau kepada penguasa, supaya ia mendapatkan hak-haknya sebagai orang yang terzhalimi. Dalam keadaan seperti ini, ia boleh menyebutkan kezhaliman orang yang menzhaliminya.

2. Meminta tolong kepada orang lain untuk menghilangkan kemungkaran.
Seseorang yang ingin menghilangkan kemungkaran yang dilakukan orang lain, lalu ia meminta tolong kepada seseorang yang diharapkan mampu menghilangkan kemungkaran tersebut, dengan mengatakan kepadanya, misalkan : tolong, tegurlah orang yang melakukan kemungkaran itu.

3. Meminta fatwa.
Seseorang berkata kepada mufti yang ‘alim dan bertaqwa, misalkan : aku telah dizhalimi oleh ayahku, saudaraku, istriku, atau si fulan, apakah hal itu boleh ia lakukan?, bagaimanakah jalan supaya aku terbebas dari kezhalimannya?, bagaimana caranya supaya aku mendapatkan hakku dan menolak kezhalimannya?.

4. Memperingatkan umat Islam dari suatu keburukan.
Artinya, memperingatkan umat Islam dari seseorang yang membahayakan mereka dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama dan dunia mereka, seperti memperingatkan masyarakat dari kesesatan orang yang mengajarkan ajaran-ajaran sesat. Atau memperingatkan masyarakat dari kecurangan yang dilakukan seorang pedagang.

5. Ta’rif (menyebut ciri/sifat/gelar/julukan seseorang yang telah melekat pada dirinya, di mana seandainya kita tidak menyebutnya, maka orang tidak akan memahami siapa yang kita maksud).
Kita sebut seseorang dengan julukan yang telah melekat padanya, misalkan : Si Pincang, Si Buta, Si Bisu, Si Tuli, tidak dengan niat mencela dan merendahkannya, tapi dengan maksud supaya orang lain memahami siapa yang kita maksud.

Baca: Mengapa Soekarno Memilih 17 Agustus sebagai Hari Proklamasi

6. Seseorang yang terang-terangan melakukan kefasikan, seperti minum minuman yang memabukkan di tempat umum secara terang-terangan, maka boleh bagi kita membicarakan kefasikannya tersebut dengan niat menjerakannya.


No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...