Saturday, April 25, 2020
Tiga Jenis Virus yang Lebih Berbahaya dari Virus Corona
Oleh Suryono Zakka
1. Virus Khilafah
Virus ini adalah virus pemberontak. Virus nyinyiriyun anti Pancasila. Jika virus Corona tak terlihat, tapi virus khilafah jelas terlihat. Kemana-mana teriak rezim thaghut. Kemana-mana bawa bendera sambil mengigau "hancurkan demokrasi kafir" atau "Indonesia Milik Allah".
Memang Indonesia milik Allah, tapi bukan untuk kaum khilafah mas bro. Jangan terlalu pede mengatasnamakan Allah. Maling kok berkedok atas nama Allah. Nusantara memang milik Allah yang diamanatkan untuk bangsa Indonesia bukan bangsa khilafah. Sejak zaman batu kok setiap masalah, jurusnya hanya satu. Tegakkan khilafah. Sampai kiamat kerjaanya ngimpi dan menghayal terus. Kapan cerdasnya? Tidak kreatif blas. Mbokya mikir!
2. Virus Wahabi
Virus ini juga ganas mirip virus khilafah. Bedanya kalau virus ini sering teriak bid'ah dan musyrik. Ayo kembali pada Qur'an dan hadits! Mereka tidak sadar kalau yang ngajak kembali adalah mereka yang tersesat. Orang tidak pernah tersesat, tidak pernah kemana-mana kok diajak kembali. Memang aneh sekali virus Wahabi ini.
Kalau virus Khilafah bisa dideteksi sebagai kaum umbul-umbul, kalau virus Wahabi bisa dideteksi dengan wajah yang menyeramkan. Cukup bergamis atau sorban panjang, dahi hitam, celana setengah tiang dan hafal satu hadits andalan. Kullu bid'atin dhalalah. Jurusnya yaitu "kembali ke manhaj salaf". Gayanya saja manhaj salaf, padahal kampanye manhaj Albani dan manhaj Muhammad Bin Abdul Wahab An-Nejd. Taklid dengan junjungan yang mulia Ibnu Taimiyah. Ya kan?
3. Virus Barisan Sakit Hati
Nah, ini virus yang terakhir ini istimewa, lain dari yang lain. Walau tak seganas virus Wahabi dan Khilafah, tapi virus ini menyerang dari dalam. Virus yang kerap membawa fitnah walau terkadang virus ini menggelikan. Anda akan selalu tertawa ria jika virus ini berceloteh. Virus ini berkembang biak karena sang induk kalah Pilpres. Lucu juga ya? Ternyata sifat sakit hati bisa menumbuhkan benih virus benci setengah mati dan ambyar sampai mati. Hati-hati, jaga jarak agar anda tak tertular!
Ciri virus Ini adalah menebarkan hoax, kebencian, provokasi, menebarkan fitnah dengan jargonnya nyinyir tiada henti dan nyinyir sampai mati. Sampai liang kubur nyinyir terus. Jangan-jangan malaikat Munkar dan Nakir juga mereka nyinyirin.
Kelompok Kalah Pilpres sebenarnya tak semuanya terserang virus ini. Alhamdulillah banyak yang sembuh, waras dan gabung turut membangun bangsa. Mereka yang waras ini gentlemen loh. Mau legowo menerima kekalahan dan lapang dada dengan sikap ksatria. Tak mau mencela sang pemimpin karena mereka sadar bahwa mencela pemimpin hanya akan membawa perpecahan dan keruskan yang lebih besar. Salut untuk mereka ini. Mereka telah kembali kejalan yang benar dan optimis berkompetisi dan berkarya untuk negeri.
Nah, kalau virus yang sakit hati tadi, sepertinya sulit untuk disembuhkan. Negarapun bingung dibuatnya. Mereka bermental kecut alias tidak siap menerima kekalahan. Jurus andalan mereka adalah yang penting rezim tumbang. Bisa segera diganti dengan pemimpin idola mereka. Cepat atau lambat pokok'e ganti walau kapasitasnya belum jelas.
Berbeda dengan virus barisan sakit hati yang sulit untuk sembuh, virus Khilafah dan virus Wahabi, walau ganas melebihi Corona tapi bisa dilumpuhkan. Caranya sangat mudah. Memusnahkan virus Khilafah dengan cara sterilisasi kebangsaan alias meningkatkan semangat kebangsaan pada generasi muda. Sedangkan membasmi virus Wahabi dengan cara meningkatkan militansi NU. Islam wasathiyah atau Islam moderat. NU optimis, akidah Aswaja dengan asas Islam Nusantara akan mampu melumpuhkan virus Wahabi hingga keakar-akarnya.
Ingat! Walau berbeda-beda motifnya, ketiga virus ini memiliki persamaan yakni sama-sama bergerilya menyebarkan pahamnya di sosial media. Waspadalah!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Oleh Rijalul Wathon Al-Madury Sayyid Kamal al-Haydari yg dengan nama lengkap Kamal bin Baqir bin Hassan al-Haydari (السيد كمال بن باقر ...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi...
-
Hasil pertemuan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan ( Menko Polhukam) Wiranto dan beberapa petingi organisasi kemasyarakatan...
-
Ini adalah kasus yg banyak wahabi tidak tau antara klompok “Wah_biyah dan Wahabi_yah” bedakan kata dan hurufnya. Ini menyangkut pendiri...
-
Info dari Ustadz Muafa (Syaikhul Pramukiyyin /Mantan Syabab HT), yaitu berkaitan dgn para senior/pembesar HT Pusat, khususnya yg ada di ...
-
Welinge Pituturing Ibu _Nggèr anakku..._ _Sawangen kaé dagelan jagat..._ _Sing lagi rebutan ndonya lan pangkat_ _Rumangsané wis pali...
-
Jilbab merupakan identitas muslimah. Jika jilbab ada landasan syar'inya didalam Al-Qur'an maka berbeda halnya dengan cadar yang t...
-
"Keberuntungan" kadang memainkan perannya dalam kehidupan manusia, sekalipun kerap tidak masuk akal. Karena itulah takdir merek...
-
Oleh Suryono Zakka Media sosial kita dipenuhi oleh sampah hoax yang begitu parah. Sejak dinobatkannya salah satu tokoh menjadi Ratu Hoa...
-
Oleh Suryono Zakka Sepanjang sejarah, NU tidak lepas dari berbagai serangan dan fitnah para pembencinya. Salah satunya adalah kalangan ...
No comments:
Post a Comment