Monday, January 15, 2018

Thariqah sebagai Spirit Nasionalisme Kebangsaan



Jika tidak memahami thariqah secara mendalam, akan disalahpahami bahwa thariqah sekedar ritual-ritual belaka dalam rangka olah batin untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena gagal paham terhadap thariqah, tidak jarang kemudian kelompok anti thariqah menganggap konsep thariqah sebagai penyimpangan dari syariat. Bertariqah ala kaum sufi dalam dunia sufisme dianggap sebagai meditasi spiritual yang menyimpang dengan tuduhan mengabaikan syariat sehingga terbebas dari kewajiban-kewajiban syariat karena menyatu dengan Tuhan.

Ada juga kelompok anti thariqah menganggap bahwa orang yang berthariqah hanya mengejar ibadah kepada Tuhan sehingga mengabaikan hubungan sosial dan kemanusiaan. Akibatnya, orang yang berthariqah dianggap eksklusif, jumud dan terisolir dari keramaian dunia. Dianggap menjauhi hal-hal yang berbau keduniaan bahkan dianggap menghinakan diri dengan pakaian yang terkesah lusuh, ketinggalan jaman dan anti kemajuan.

Benarkah keberadaan thariqah dipahami demikian? Benarkah orang yang berthariqah dianggap eksklusif karena sibuk berkhalwat (menyendiri) sehingga anti dengan dunia? Benarkah orang yang berthariqah merasa sudah manunggal kepada Tuhan sehingga sudah merdeka dan terbebas dari kewajiban syariat?

Thariqah adalah jalan atau metodologi untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan ritual-ritual tertentu (wirid) yang sudah mendapat rekomendasi dari sang guru spiritual yang disebut mursyid. Para pengikut thariqah (salik) tidak asal-asalan dalam melakukan ritual ibadah sebab semuanya ada tingkatan-tingkatan spiritual (maqamah) berupa landasan, pijakan dan konsep yang syar'i sesuai dengan tuntunan.

Karena thariqah hanya sekedar jalan spiritual (thariq) atau metode, maka thariqah tidak akan terpisah dengan syariah. Syariah bersifat insaniyah atau lahiriyah sedangkan thariqah bersifat ruhaniyah dan qalbiyah. Thariqah sangat bersesuaian dengan ajaran Islam bahwa baik atau buruknya manusia bukan dilihat dari yang nampak atau lahiriyahnya melainkan kesucian dan kebeningan qalbunya.

Begitupun praktik syariat tidak akan sampai kepada Allah jika masih tertanam jiwa-jiwa yang kotor dan hati yang keruh. Thariqah adalah riyadhah (olah batin) sedalam mana qalbu mampu menangkap pesan-pesan ilahiyah sehingga terpancar dalam hatinya sifat-sifat kasih Tuhan seperti penyayang, sabar, lemah lembut dan sifat-sifat baik lainnya.

Orang yang berthariqah secara benar tidak mungkin akan menjauhi dunia dan anti dunia sebab dunia adalah pengantar atau wasilah untuk mencapai akhirat. Hanya saja, orang yang berthariqah sangat berhati-hati terhadap dunia, tidak tergila-gila dengan dunia yang penuh tipu daya sehingga menjadikan dunia hanya sekedar dalam genggaman dan tidak sampai kehati apalagi tergila-gila dengan dunia. Jadi orang yang berthariqah mampu mendialogkan antara akidah, syariah dan akhlak. Puncak dari thariqah adalah pembentukan akhlak sebagaimana misi dasar dari Islam dan risalah Rasulullah yaitu mencetak manusia-manusia yang berkepribadian mulia.

Keberadaan komunitas-komunitas thariqah (jam'iyah thariqah) memiliki kontribusi besar dalam membangun negeri ini. Ulama adalah komponen yang turut serta dalam memperjuangkan kemerdekaan disamping kaum nasionalis. Melalui ulama-ulama pejuang inilah kemudian thariqah mewarnai negeri ini sehingga menyebar dengan segala keunikan-keunikan ragam dan kekayaan coraknya di seluruh penjuru nusantara. Diantara komunitas-komunitas thariqah dinusantara bahkan tersebar diberbagai belahan dunia yaitu Tijaniyah, Syadziliyah, Syathariyah, Khalwatiyah, Qadiriyah Naqsyabandiyah dan sebagainya.

Sebagai guru spiritual, para kiai, habaib dan ulama thariqah mampu memobilisasi komunitasnya untuk setia menjaga dan membela tanah airnya. Ketaatan yang penuh terhadap guru bagi murid thariqah adalah keniscayaan sehingga peranan mursyid sangat sentral dan fundamental dalam dunia thariqah. Tanpa kekuatan ini, kaum santri dan seluruh rakyat tidak akan bersedia untuk membela tanah air. Tidak akan bersedia mengobarkan misi suci untuk syahid dalam memperjuangkan ajaran Islam dan kemerdekaan.

Kita bisa lihat bagaimana tokoh-tokoh ulama pejuang dan pendiri bangsa serta pahlawan dari kalangan santri sangat dekat dan tidak terpisahkan dari dunia thariqah. Thariqah dinusantara telah membuktikan jasa besarnya sebagai kekuatan yang militan dalam mengusir penjajah. Dengan kekuatan kedalaman spiritual, mereka siap sedia mengorbankan jiwa dan raga untuk kemerdekaan bangsa.

Karena jasa besarnya bagi perjuangan bangsa dan komitmennya untuk terus setia kepada negara, tidak salah jika kemudian komunitas thariqah diakui secara resmi dan diinisiasi sebagai bagian dari kekuatan ulama dalam tubuh NU. NU sebagai wajah Ahlussunnah Wal Jamaah dinusantara memandang thariqat- tasawuf sebagai bagian dari bangunan Islam disamping akidah dan syariah sehingga keberadaannya turut serta dalam memperkokoh nasionalisme dan semangat kebangsaan.

Jejaring thariqah bersifat mendunia sehingga keberadaannya bukan hanya mewarnai spiritualitas bangsa Indonesia namun juga spiritualitas masyarakat dunia. Jika NU memiliki fungsi menjaga keseimbangan dan perdamaian dunia secara lahiriyah-insaniyah maka thariqah memiliki fungsi penjagaan dan keseimbangan dari segi religius-spiritual sehingga sangat tepat jika NU dan Thariqah adalah dua dimensi yang tak terpisahkan.

Sebagai bagian dari kultur Islam Nusantara, ditetapkannya thariqah dalam tubuh Nahdlatul Ulama yang disebut dengan Jam'iyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (Jatman) maka tugas kaum thariqah memiliki kesamaan tugas sebagaimana NU yakni sebagai benteng Aswaja dan konsisten sebagai benteng NKRI.

Baca juga: Apakah Shalat yang Terlewat Wajib diqadha (diganti)?

Sebagaimana NU, Jatman bukanlah partai politik sehingga keberadaannya bukan untuk mencari massa atau dukungan terhadap partai politik tertentu. Tugas kaum thariqah adalah kesetiaan (loyalitas) dalam menjaga marwah NU dan NKRI. Siap untuk mempertahankan negara dari rongrongan pihak asing yang akan merusak dan mengacak-acak kedamaian.

Saatnya kaum thariqah terus bangkit menjadi kekuatan besar dalam menjaga NKRI. Kecintaan kaum thariqah terhadap NKRI tak diragukan lagi karena telah teruji eksistensinya hingga hari ini. Kecintaan mereka kepada Tuhan tercermin dengan kecintaan mereka kepada negara karena untuk dapat melaksanakan perintah Tuhan diperlukan negara yang damai, kondusif, aman dan tenteram.

Kaum thariqah tidak akan merusak negeri ini karena nalar spiritualitasnya selalu sadar bahwa membentuk negeri ini tidak mudah melainkan dengan susah payah, berdarah-darah dan tebusan nyawa yang tidak sedikit. Semakin tinggi mahabbah (kecintaan) mereka kepada Tuhan maka semakin tinggi pula rasa nasionalismenya yaitu kecintaan kepada negara dengan tulus tanpa pamrih.






No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...