Wednesday, February 7, 2018

Mewaspadai Gerakan Tarbiyah Pengasong Khilafah


Gerakan Tarbiyah atau Usrah muncul sekitar tahun 80-an hingga 90-an yang muncul sebagai gerakan pendidikan agama (tarbiyah) dan kekeluargaan (usrah). Bersifat terkontrol dan monitoring dengan pengawasan seorang pembina (murabbi) yang terdiri beberapa orang dalam setiap kelompok.

Gerakan ini bersifat eksklusif karena dilakukan dengan membentuk semacam liqa' dan dikomandoi oleh aktivis dakwah latar belakang lulusan Timur Tengah yang tidak melibatkan masyarakat umum. Kegiatannya dari kampus kekampus melalui forum LDK (Lembaga Dakwah Kampus) dan kalangan Rohis (Rohaniawan Islam) serta objek dakwahnya adalah mahasiswa dan remaja yang sedang bersemangat tinggi dalam mempelajari Islam.

Gerakan Tarbiyah bersifat transnasional atau internasional karena pusatnya di Mesir. Gerakan Tarbiyah ini merupakan perpanjangan tangan dari Ikhwanul Muslimin (IM) Mesir yaitu ormas Islam yang ingin menerapkan hukum Islam atau formalisasi Islam. Tokoh pendirinya adalah Hassan Al-Banna dan tokoh spiritualnya adalah Sayyid Qutb.

Organisasi IM menjadi besar karena menyatukan berbagai aliran dan golongan untuk memuluskan hajatnya yaitu Pan-Islamisme. Aliran salafi dan tradisionalis menyatu sehingga IM meledak hingga ke Indonesia dengan sebutan Gerakan Tarbiyah. Bagi IM, menyatukan berbagai aliran tidak masalah asalkan cita-citanya dalam membentuk khilafah atau daulah dapat terwujud.

Pasca Reformasi, kebebasan yang tanpa batas membawa angin segar bagi Gerakan Tarbiyah untuk semakin bernyali dalam mempengaruhi masyarakat. Kaderisasi via liqa' dan usrah melambungkan pendukung Gerakan Tarbiyah sehingga bercita-cita mendirikan sebuah partai. Terbentuklah partai yang senafas dengan Gerakan Tarbiyah pada tahun 1998 sehingga berperan serta sebagai kontestan Pemilu.

Meskipun menghalalkan demokrasi dan negara nasionalis, Gerakan Tarbiyah pada dasarnya adalah memusuhi demokrasi dan musuh negara nasionalis karena misi utamanya adalah merubah sistem keduanya kedalam sistem Islam yang mereka anggap sebagai keharusan dan tidak dapat digantikan dengan sistem lain. Jadi, ikut dalam kontestan Pemilu, ikut dalam sistem demokrasi dan menerima negara Pancasila yang nasionalis hanyalah sekedar taqiyah (kamuflase) agar cita-citanya tercapai. Jika sudah kuat dan menjadi mayoritas dinegeri ini, Gerakan Tarbiyah pasti akan menunjukkan jati diri sebenarnya yaitu menghancurkan demokrasi dan menerapkan Islam sesuai versi mereka sendiri.

Gerakan Tarbiyah ini sangat kristis terhadap pemerintah selagi kekuatan politiknya belum menguasai negeri ini. Berbagai cara dilakukan untuk merongrong pemerintahan yang sah. Jika yang memimpin bukan dari golongan atau kaki tangan mereka maka haram tunduk terhadap pemerintahan yang ada.

Karena tujuannya adalah politik merebut kekuasaan maka Gerakan Tarbiyah menghalalkan berbagai cara asalkan keinginannya terpenuhi. Bertemu dengan jamaah NU akan menjelma dan mendadak sebagai NU walau sejatinya adalah penjelmaan dari salafi.

Agar agenda globalnya terpenuhi maka Gerakan Tarbiyah mengikuti tradisi masyarakat tradisional seperti Yasinan, Tahlilan, Maulid Nabi dan tradisi yang menjadi kultur NU. Strategi ini tidak lain adalah untuk menarik simpati warga NU yang tidak memahami ideologi Gerakan Tarbiyah.

Sambil menebar sensasi ditengah warga NU sembari pula menebar kebencian kepada pemerintah. Berbagai fitnah dan hoax dibuat agar masyarakat tidak memiliki kepercayaan terhadap pemerintah mulai isu PKI, asing dan aseng hingga pro-komunis. Jadi, semua isu dibuat semata-mata untuk menjatuhkan wibawa pemerintah dan rakyat berubah haluan mendukung proyek utama mereka yakni khilafah atau daulah islamiyah.

Gerakan Tarbiyah lebih berbahaya dari sempalannya yaitu Hizbut Tahrir (HT) yang sudah almarhum. Jika HT dapat dideteksi pergerakannya karena konsisten kebenciannya terhadap demokrasi sehingga tidak akan ikut dalam partisipasi politik semacam partai sedangkan Gerakan Tarbiyah menyusup dan menghalalkan partai politik sehingga terlibat dalam kontestasi Pemilu. Walau strategi berbeda namun keduaya karena saudara kandung tetap memiliki tujuan yang sama.

Kader Gerakan Tarbiyah sangat militan dan terlatih sehingga persebarannya sangat massif diberbagai kampus terutama kampus umum seperti UI, ITB, UGM dan kampus ternama lainnya. Penyusupan ideologi dikampus umum adalah strategi licik agar mulus dan tanpa hambatan proyek yang mereka lakukan. Tak heran jika kader mereka menduduki posisi strategis dikampus-kampus yang sangat lantang anti pemerintah. Terbukti, Zaadit Taqwa sebagai anak didik Gerakan Tarbiyah baru-baru ini memberikan kartu kuning kepada presiden sebagai bentuk kecaman karena belum tuntas menyelesaikan permasalahan gizi buruk di Asmat, Papua.

Untuk itu, marilah segenap rakyat Indonesia untuk mewaspadai Gerakan Tarbiyah ini. Kader NU, kader Islam moderat dan kader nasionalis harus bangkit dan kerjasama yang serasi untuk membendung kelompok anti Pancasila ini. Jika mereka besar maka bisa dipastikan negara ini akan kacau karena agenda utama mereka bukan melanjutkan nilai-nilai demokrasi dan Pancasila melainkan menggulingkannya dan mengganti ideologi Islamis ala Khilafah Islamiyah.


No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...