Saturday, March 31, 2018
Dialog antara Pemuda Berjidat Hitam dan Kiai Kampung
*Pemuda*
Assalamu Alaikum, Kyai…_
*Pak Kyai*
_Waalaikum Salam…Silakan duduk anak muda, siapa namamu dan dari mana asalmu?_
*Pemuda*
_Terima kasih Pak Kyai. Nama saya toing dan saya berasal dari Kampung Seberang_
*Pak Kyai*
_Jauh kamu bertandang ke sini, sudah tentu kamu punya hajat yang sangat besar…Apa hajatnya, mana tahu mungkin saya boleh menolongmu?_
Pemuda berjidat hitam tersebut diam sebentar, sambil menarik nafasnya dalam-dalam
*Pemuda*
_Begini Pak Kyai, saya datang ke sini bertujuan ingin berbicara beberapa permasalahan dengan Pak Kyai…Pendeknya, permasalahan umat Islam sekarang_
*Pak Kyai*
_Permasalahan seperti apa itu anakku?_
*Pemuda*
_Saya ingin bertanya, mengapa Kyai-Kyai di kebanyakan pesantren & Majelis² di Indonesia, dan Tuan-Tuan Guru di Malaysia serta Pattani dan Asia umumnya sering kali mengajar murid-murid mereka dengan lebih suka mengambil kalam-kalam atau pandangan para ulama?!_
_Seringkali saya mendengar mereka akan menyebut; *“Kata al-Imam al-Syafii, kata al-Imam Ibn Atho’illah al-Sakandari, Kata al-Imam Syaikhul Islam Zakaria al-Ansori dan lain-lain”*_
_Mengapa tidak terus mengambil daripada al-Quran dan al-Sunnah?_ *Bukankah lebih enak kalau kita mendengar seseorang tersebut menyebutkan Firman Allah taala di dalam al-Quran, Sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam di dalam hadis itu dan ini?”*
_Bukankah Ulama-ulama itu juga punya kesalahan dan kekurangan. Maka mereka juga tidak lari daripada melakukan kesilapan. Maka sebaiknya kita mengambil daripada kalam al-Ma’sum yaitu al-Quran dan al-Sunnah_
“`(Pak Kyai mendengar segala hujjah yang disampaikan oleh pemuda tersebut dengan penuh perhatian. Sedikit pun beliau tidak memotong malah memberikan peluang bagi pemuda tersebut berbicara sepuas-puasnya. Sambil senyuman terukir di bibir Pak Kyai, beliau bertanya kepada pemuda tersebut)“`
*Pak Kyai*
_Masih ada lagi apa yang ingin kamu persoalkan wahai nak Toing?_
*Pemuda*
_Sementara ini, itu saja yang ingin saya sampaikan Pak Kyai!!_
*Pak Kyai*
_Sebelum berbicara lebih lanjut, eloknya kita minum dahulu ya… *Tiga perkara yang sepatutnya disegerakan adalah hidangan kepada tetamu, wanita yang dilamar oleh orang yang baik maka disegerakan perkawinan mereka dan yang ketiga, si mati yang harus disegerakan urusan pengkebumiannya,* Betul kan Toing?_
*Pemuda*
_Benar sekali Pak Kyai_
“`(Pak Kiyai lalu memanggil isterinya bagi menyediakan minuman pada mereka berdua…Maka beberapa detik selepas itu, minuman pun sampai di hadapan mereka)“`
*Pak Kyai*
_Silakan minum Toing_
(Setelah dipersilahkan oleh Pak Kyai, maka Toing pun terus mengambil bekas air tersebut lalu menuangkan perlahan-lahan ke dalam cawan yang tersedia)
*Pak Kyai terus bertanya*
_Toing, kenapa kamu tidak minum dari tekonya saja?! Kenapa perlu dituang di dalam gelas?!_
*Pemuda*
_Pak Kyai, mana bisa saya minum langsung dari tekonya, Tekonya besar sekali…Makanya saya tuang ke dalam gelas agar memudahkan saya meminumnya_
*Pak Kyai*
_Toing, itulah jawaban terhadap apa yang kamu persoalkan tadi… *Mengapa kita tidak mengambil langsung dari Al-Quran dan as-Sunnah?!* Terlalu besar untuk kami lansung minum daripada kedua-nya…Maka kami mengambil apa yang telah dijelaskan di dalam gelas para ulama…Maka ini memudahkan bagi kami untuk mengambil dan memanfaatkannya!!_
_Benar kamu katakan bahwa mengapa tidak langsung saja mengambil daripada al-Quran dan al-Sunnah!! Cuma persoalan ini, kembali ingin saya lontarkan kepada kamu… *Adakah kamu ingin mengatakan bahwa al-Imam al-Syafii dan para ulama yang kamu sebutkan tadi mengambil hukum selain dari Al-Quran dan Sunnah?! Adakah mereka mengambil daripada kitab Talmud atau Bible?*_
*Pemuda*
_Sudah tentu mereka juga mengambil dari Al-Quran dan Sunnah_
*Pak Kyai*
_Kalau begitu, maka sumber pengambilan kita juga adalah Al-Quran dan Sunnah cuma dengan paham para ulama!!_
_Satu lagi gambaran yang ingin saya terangkan kepada kamu… *Saya dan kamu membaca Al-Quran, al-Imam al-Syafii juga membaca Al-Quran bukan?*_
*Pemuda*
_Sudah tentu Pak Kyai_
*Pak Kyai*
_Baik, kalau kita membaca sudah tentu kita sedikit memahami ayat-ayat di dalam Al-Quran tersebut bukan? *Al-Imam al-Syafii juga memahami ayat yang kita bacakan…* Maka persoalannya, *pemahaman siapa yang ingin didahulukan? Pemahaman saya dan kamu atau pemahaman al-Imam al-Syafii terhadap ayat tersebut?*_
*Pemuda*
_Sudah tentu pemahaman al-Imam al-Syafii karena beliau lebih memahami dibanding orang zaman sekarang_
*Pak Kyai*
_Nah, sekarang saya rasa kamu sudah jelas bukan? *Hakikatnya kita semua mengambil daripada sumber yang satu yaitu al-Quran dan Sunnah* Tiada seorang pun yang mengambil selain dari keduanya. Cuma bedanya, kita mengambil dari pemahaman al-Quran dan Sunnah tersebut dari siapa?_
_Sudah tentu kita akan mengambil dari orang yang lebih faham(jago) ilmunya. Ini kerana mereka lebih wara’ dan berjaga-jaga ketika mengeluarkan ilmu_
_*Kamu tahu Toing, al-Imam al-Syafii pernah ditanya oleh seseorang ketika beliau sedang menaiki keledai, berapakah kaki keledai yang Imam tunggangi?*_
_Maka al-Imam al-Syafii turun dari keledai tersebut dan menghitung kaki keledai tersebut. Selesai menghitung, barulah al-Imam menjawab: *“Kaki keledai yang aku tunggangi ada empat”*_
Orang yang bertanya tersebut merasa heran lalu berkata
_“Wahai Imam, bukankah kaki keledai itu memang empat, mengapa engkau tidak langsung menjawabnya?”_
*Al-Imam al-Syafii menjawab*
_“Aku bimbang, jika aku menjawabnya tanpa melihat terlebih dahulu, tiba-tiba Allah Ta’ala hilangkan salah satu kakinya maka aku sudah dikira tidak amanah di dalam memberikan jawaban”_
_Coba kamu perhatikan Toing, *betapa wara’nya al-Imam al-Syafii ketika menjawab persoalan berkaitan dunia. Apalagi kalau berkaitan dengan agamanya?*_
*“`Al-Imam Malik pernah didatangi oleh seorang pemuda di dalam majlis taklimnya di Madinah al-Munawwarah*“` _Pemuda tersebut mengatakan bahwa dia datang dari negeri yang jauhnya 6 bulan perjalanan ke Madinah. Pemuda itu datang untuk bertanya satu masalah yang ada di lokasinya_
Al-Imam Malik, mengatakan bahwa
_“Maaf, aku tidak pandai untuk menyelesaikannya”_
Pemuda tersebut heran dengan jawaban Imam Malik, dan dia bertanya:
_“Bagaimana aku akan menjawab nanti bilamana ditanya oleh penduduk tempatku?”_
Maka kata al-Imam Malik:
_“Katakan kepada mereka bahwa Malik juga tidak mengetahui bagaimana untuk menyelesaikannya”_
*Allah…Coba kamu lihat Toing, betapa amanahnya mereka dengan ilmu!!* _Berbeda dengan manusia zaman now/sekarang, yang baru seumuran jagung dalam ilmu, sudah menepuk dada mengaku bahwa seolah-olah mereka mengetahui segalanya_
*Pemuda*
_Masyaa Allah, terima kasih Pak Kyai atas penjelasan yang sangat memuaskan. Saya memohon maaf atas kekasaran dan keterlanjuran bicara saya_
*Pak Kyai*
_Sama-sama Nak…Semoga kamu akan menjadi seorang yang akan membawa panji agama kelak dengan ajaran yang benar dari Guru² mu yg bersanad Insyaa Allah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Oleh Suryono Zakka Ada yang mempertanyakan tentang maksud dari Islam moderat. Istilah Islam moderat dipertanyakan karena tidak sesuai d...
-
Syeikh Muhammad Mukhtar Atharid (Maha Guru Ulama Nusantara dari Bogor, ulama besar di Mesjidil Haram Mekkah pada masa Negara Saudi dibaw...
-
Hizbut Tahrir memiliki dua bendera, berwarna putih yang disebut Liwa' dan warga hitam yang disebut Rayah. Mereka mengklaim 2 bendera ...
-
Beliau adalah KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, seorang ulama besar yang sampai akhir hayat beliau masih memberikan ilmu agama bagi masya...
-
Teknik dasar Naqsyabandiyah, seperti kebanyakan tarekat lainnya, adalah dzikir yaitu berulang-ulang menyebut nama Tuhan ataupun menyataka...
-
Oleh Yulizon Amansyah Mereka dapat terjerumus KAFIR TANPA SADAR yakni menuduh umat Islam telah kafir namun karena mereka salah memaham...
-
Namanya adalah Syeikh Subakir. Seorang mubaligh nusantara dari Persia, Iran. Tak banyak orang tahu dan mengenal nama Syekh Subakir. Padah...
-
Organisasi ini membawa label ulama. Namanya adalah GNPF Ulama yang semula bernama GNPF MUI. Organisasi ini beralih nama dari GNPF MUI jad...
-
من اتخذ السجادة ليفرشها على حصر المسجد لم يكن له في هذا الفعل حجة في السنة بل كانت البدعة في ذلك منكرة من وجوه : أحدها : أن هؤلاء يتقى...
-
Ketika Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda di Magelang, beliau yang waskita itu tetap tenang, bahkan sempat membisikkan pesan terakhir ...
No comments:
Post a Comment