Tuesday, January 8, 2019
Agama Memanusiakan Manusia
Oleh Suryono Zakka
Ada orang yang beragama namun hilang kemanusiaannya. Mati rasa sifat kasih sayangnya. Sumpah serapah keluar dari lisannya hanya karena beda pemikiran, beda pilihan politik dan beda agama.
Padalah agama lahir untuk memanusiakan manusia. Menebar kasih sayang pada alam semesta yang disebut umat Islam sebagai rahmatan lil 'alamin. Rahmat bukan hanya untuk satu partai saja, tak hanya satu calon idaman Presiden idealnya atau rahmat bagi satu agama saja tapi menebar keseluruh jagat raya.
Mengaku sebagai pemeluk agama tak layak menebar kebencian. Agama itu menumbuhkan cinta dan kasih sayang bukan virus-virus kebencian. Jika beragama dengan kebencian, siapapun akan dibenci. Beda pendapat dibenci hingga beda agama dibenci. Merasa tak ada satupun sisa kebaikan dalam diri orang lain.
Betapa negeri ini butuh pengayom dan keteladanan. Walau tak semua, kita perlu bersyukur ternyata masih ada panutan yang memberi pengajaran tentang arti pentingnya persaudaraan. Menebar cinta dengan tulus.
Ketika beragama sudah diliputi dengan cinta, akan diwujudkan cinta itu tak peduli apakah berbalas atau tak berbalas. Karena cintanya bukan untuk seonggok pujian manusia tapi melaksanakan titah Tuhan Sang Pemilik segala cinta.
Tuhan memang tidak pernah mencipta kita sama. Tuhan tidak pernah memaksa kita untuk sepakat dalam setiap persoalan. Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk berfikir sesuai dengan apa yang kita pahami dalam ajaran-Nya. Jika Tuhan saja tidak pernah mencipta kita dalam keseragaman, mengapa kita harus memaksa orang lain sependapat dengan kita? Jangan menandingi apalagi mengungguli Tuhan!
Jika kita paham dengan sebuah perbedaan, maka tak perlu lagi menghina dan mencaci kepada mereka yang berbeda. Jika kita tahu bahwa betapa indahnya sebuah perbedaan, maka tak sedikitpun musnah rasa cinta kepada sesama hamba-Nya walau ditakdirkan berbeda.
Tak perlu merasa sebagai makhluk yang paling sempurna. Tak usahlah merasa paling ahli tentang agama apalagi merasa sebagai penguasa surga. Karena kita sadar bahwa apapun pilihan kita, semuanya ada konsekuensinya dan pertanggungjawabannya. Jadi tak perlu mengambil alih kuasa Tuhan.
Beragamalah dengan penuh cinta dengan menjunjung tinggi kemanusiaan. Bertuhanlah dengan luapan kasih sayang. Sejatinya kebencian bukanlah berasal dari Tuhan karena Tuhan selalu menabur cinta dan kasih sayang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Hizbut Tahrir memiliki dua bendera, berwarna putih yang disebut Liwa' dan warga hitam yang disebut Rayah. Mereka mengklaim 2 bendera ...
-
Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Infithaar (Terbelah). Surah Makkiyyah; Surah ke 82: 19 ayat “BismillaaHir rahmaanir rahiim. 1. apabila lang...
-
Namanya adalah Syeikh Subakir. Seorang mubaligh nusantara dari Persia, Iran. Tak banyak orang tahu dan mengenal nama Syekh Subakir. Padah...
-
Oleh Suryono Zakka Ada yang mempertanyakan tentang maksud dari Islam moderat. Istilah Islam moderat dipertanyakan karena tidak sesuai d...
-
Soeharto Lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921. Ia lahir dari keluarga petani yang menganut Kejawen. Keyakinan keluarga...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi...
-
Ada perbedaan mendasar antara ideologi Wahabi dengan Aswaja. Bagi masyarakat yang tidak paham tentang belantara online, akan mudah terper...
-
Baru-baru ini Nahdlatul Ulama sedang didera ujian berupa fitnah-fitnah dari pihak yang berseberangan dengan Nahdlatul Ulama. Bahkan banya...
-
Anda pasti sering mendengar istilah Cinta ditolak dukun bertindak. Bahkan sebelum menyatakan cinta pun menggunakan jasa dukun, ajian pele...
-
Oleh Rijalul Wathon Al-Madury Sayyid Kamal al-Haydari yg dengan nama lengkap Kamal bin Baqir bin Hassan al-Haydari (السيد كمال بن باقر ...
No comments:
Post a Comment