Thursday, March 22, 2018

Panduan Praktis Menghafal Al-Qur'an


Oleh Suryono Zakka

Menghafal Al-Qur'an merupakan kegiatan yang sangat mulia. Rasulullah dan para sahabat merupakan penghafal Al-Qur'an yang sangat handal. Generasi tabi'in, tabiut tabi'in dan tokoh-tokoh muslim sebagian besar mereka adalah para penghafal Al-Qur'an. Seperti Imam Syafi'i misalnya, menghafal diusia dini yakni usia enam tahun telah fasih hafalan Al-Qur'an. Mereka semua adalah para penjaga Al-Qur'an dan orang-orang yang telah diagungkan Allah karena Al-Qur'an.

Agar sukses dalam menghafal Al-Qur'an maka diperlukan upaya dan strategi. Dibutuhkan kesabaran dan teguh hati. Tanpa kesabaran maka proses menghafal akan kandas dan takkan berlangsung lama.

Sebelum menghafal, calon hafidz/hafidzah terlebih dahulu fasih dalam membaca Al-Qur'an serta memahami hukum-hukum bacaan tajwid seperti idzhar, idgham, ikhfa dan sebagainya. Juga perlu memahami ayat-ayat gharib seperti imalah, tashil, naql, saktah dan sebagainya sehingga tidak salah dalam membaca atau melafalkannya.

Membaca Al-Qur'an dengan benar tidak cukup hanya berguru dengan googling internet namun sangat perlu mencari guru yang berkompeten yang ahli Al-Qur'an. Dengan talaqqi secara langsung dihadapan guru akan lebih selamat dan aman dari kesalahan. Membaca Al-Qur'an tidak sama dengan membaca tulisan biasa sebagaimana tulisan Arab, bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.

Agar mudah dalam menghafal maka harus menggunakan mushaf yang tetap atau mushaf standar Ustmani dimana posisi dan letak ayat telah ditentukan. Setiap halaman baru maka dimulai dengan ayat yang baru dan disudut terakhir baris bawah ditandai dengan akhirnya ayat.

Mushaf Ustmani dicetak dan distandarisasi oleh penerbit dan percetakan yang ada di Madinah. Kemudian menyebar dan menjadi standar umum mushaf untuk hafalan. Dicetak dengan tulisan ayat yang jelas karena menggunakan cetak komputer. Posisinya sangat teratur karena setiap satu juznya adalah sepuluh lembar atau 20 halaman.

Berikut metode dalam menghafal Al-Qur'an agar sukses dan membawa keberkahan.

A.  Berdasarkan kuantitasnya:

1. Menghafal perayat

Menghafal perayat lebih ringan dibandingkan dengan menghafal beberapa ayat sekaligus. Metode ini biasanya dipakai oleh para penghafal pemula sehingga tidak terlalu berat. Akan lebih santai dan tidak menuntut target.

Cara menghafal perayat bisa ditambah setiap harinya persatu ayat atau lebih dari itu jika hafalan sebelumnya telah mantap sehingga ketika ditambah dengan hafalan ayat yang baru, hafalan yang lama tidak hilang.

Cara menambahnya yakni dengan menambah satu ayat yang baru kemudian dihafal ulang dari ayat pertama yang telah dihafal hingga ayat yang baru sehingga menjadi kesatuan dan begitu seterusnya.

Membuat hafalan ayat baru dapat dilakukan dengan cara dibaca berulang-ulang sebanyak-banyaknya sehingga ayat yang baru dibuat nampak jelas dan telah siap untuk dibaca secara bil hifdzi (hafalan).

Menghafal perayat dapat dilakukan oleh siapa saja termasuk orang yang telah dewasa, orang tua bahkan usia lanjut. Cukup dengan bekal kesabaran maka hafalan akan dapat ditambah. Jika usia dewasa atau orang tua ikut menghafal maka perlu untuk menyetorkan hafalannya agar tidak salah bacaan atau tidak benar dari segi-hukum-hukumnya.

2. Menghafal perhalaman

Menghafal perhalaman atau disebut juga perkaca. Metode ini tidak lagi perayat melainkan langsung menghubungkan beberapa ayat atau maksimal satu halaman dengan dibaca berulang-ulang hingga membekas dan hafal.

Menghafal metode ini memang sedikit membutuhkan intelegensia karena menghubungkan beberapa ayat. Terlebih jika menjumpai ayat-ayat yang agak panjang maka benar-benar dibutuhkan kesabaran dalam merangkai ayat.

Walau demikian, menghafal metode ini akan lebih cepat mencapai target karena menghafal dalam jumlah ayat yang lebih banyak sehingga akan lebih selesai khatam hafalan.

Berdasarkan kualitasnya:

1. Menghafal ayat dan makna

Untuk memperkuat hafalan, disamping menghafal ayat atau teks Al-Qur'an ada sebagian para hafidz dan hafidzah juga menghafal makna ayat atau minimal memahami isi kandungan ayat.

Kemampuan ini sangat membantu dalam menghafal dan menjaga daya hafalan agar tidak mudah lupa. Ketika terlupa sebuat ayat maka dapat mencocokkan atau mencari terjemahan dari ayat yang lupa tersebut sehingga dapat ditemukan kembali dengan memahami terjemah ayat.

Keuntungan memahami makna juga dapat membantu mengingat ayat-ayat yang berisi tentang kisah-kisah, dialog atau sejarah sehingga mampu mengurutkan kisah ayat secara beruntun dan tertib sebagaimana ayat. Dengan kemampuan ini, ayat yang dihafal tidak terloncati, tertukar, terbalik atau terpotong kisahnya karena telah terrekam kisahnya dalam terjemahan.

Selain dapat memperkuat hafalan, mengetahui makna ayat dapat lebih meningkatkan kekhusyukan dan penghayatan terhadap ayat. Seolah-olah pembaca ikut terlibat atau larut dalam kisah yang dihafal tersebut. Ada suasana batin dan kontak psikologis saat membaca ayat disertai penghayatan dan pemahaman.

2. Menghafal dengan mengikuti irama atau nada

Menghafal dengan metode ini biasanya bagi mereka yang menyukai irama, musik atau lagu sehingga fokus utamanya adalah hafalan dengan mengikuti irama atau langgam tertentu. Kebolehan disini dengan irama atau langgam tentu dengan tidak mengabaikan aspek bacaan dan hukum-hukum bacaan Al-Qur'an.

Menghafal dengan mengikuti irama boleh dengan membuat irama tersendiri atau mengikuti irama bacaan para imam qari' atau hafidz Masjidil Haram yang biasanya tersebar di youtube, kaset atau video murattal.

Intonasi para imam qari' memiliki ciri khas masing-masing. Ada yang slow, sedang dan ada yang intonasi cepat. Kita boleh mengikuti irama para imam qari yang kita ingini sesuai dengan karakter kita. Ada Imam Sudais, Al-Ghamidi, Al-Matrud, Hanny Ar-Rifai, Mishari Rasyid, Husein Muhammad Thaha dan sebagainya. Mereka adalah para punggawa qari dan hafidz Al-Qur'an yang bacaannya sudah mendunia dan mudah untuk ditemukan.

Secara kualitas dari kedua macam metode diatas, semuanya memiliki kelebihan masing-masing. Yang memakai bantuan makna dan kurang menyukai irama-irama nada tentu tidak begitu menonjol dari segi iramanya namun biasanya dapat membaca lebih cepat sedangkan yang mengikuti irama biasanya lebih santai namun terdengar jelas irama dan nada-nada bacaan yang dipakai.

Metode apapun yang dipakai baik secara kuantitas maupun kualitas, semuanya dalam rangka untuk menjaga Al-Qur'an, berharap berkah Al-Qur'an dan berharap syafaat Al-Qur'an dihari kiamat kelak. Alangkah bahagia dan beruntungnya jika kita dan keluarga kita serta anak keturunan kita mencintai Al-Qur'an dan dapat menjadi hafidz/hafidzah yang kelak akan menyelamatkan kita dari panasnya api neraka dan dimasukkannya surga bersama orang-orang yang cinta Al-Qur'an.


No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...