Secara istilah (terminologi) sebagaimana uraian dari Manna Al-Qathan:
المعجزة هى امر خارق للعادة مقرون بالتحدى سالم عن المعاىضة
Mu'jizat adalah sesuatu yang menyalahi atau menyimpang dari tradisi (kebiasaan) yang diikuti dengan tantangan dan selamat dari perlawanan.
Istilah mu'jizat hanya disematkan kepada nabi dan rasul sehingga seampuh apapun manusia biasa tidak akan pernah mendapatkan mu'jizat.
Fungsi dari mu'jizat adalah sebagai hujjah, saksi atau bukti dari kenabian dan kerasulan bahwa mereka memang diutus oleh Allah untuk menyampaikan nilai-nilai ketuhanan.
Tujuan dari mu'jizat adalah sebagai pertolongan dan bantuan dari Allah agar nabi dan rasul mampu mengalahkan dan melemahkan orang-orang yang menentang kenabian dan kerasulan mereka. Karena mereka adalah manusia biasa maka perlu adanya bantuan agar benar-benar jelas bahwa mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah sebagai pembawa pesan ketuhanan.
Mu'jizat sangat bersifat kontekstual sesuai dengan kondisi masyarakat yang dihadapi. Karena mu'jizat adalah sebagai bukti kenabian dan kerasulan maka bentuk mu'jizat disesuaikan dengan kemajuan yang terjadi pada masanya karena tujuan dari mu'jizat adalah mengalahkan dan melemahkan lawan yanh dihadapi.
Sebagai contoh, perkembangan ilmu dimasa nabi Musa adalah tentang ilmu sihir. Untuk mengalahkan orang-orang yang memusuhi nabi Musa, maka Allah menurunkan ilmu yang serupa yaitu ilmu sihir hanya saja ilmu sihir yang dimililki nabi Musa bukan ilmu sihir biasa yang penuh tipuan dan tipu daya sebagaimana tukang sihir melainkan bersumber dari Allah swt.
Puncak ilmu dimasa nabi Muhammad saw. adalah ilmu sastra sehingga untuk mengalahkan para ahli sastra dan pakar sastra ternama, Allah menurunkan buku sastra yang sangat agung yang tak dapat ditiru dan dijiplak oleh ahli sastra manapun.
Dengan demikian, beberapa syarat dan ketentuan yang dapat dikatakan sebagai mu'jizat diantaranya:
- Sesuatu yang bertentangan dengan tradisi, kebiasaan atau sunnatullah.
- Dapat dijadikan sebagai saksi atau bukti kenabian atau kerasulan sehingga umatnya percaya dan tunduk kepada nabi dan rasulnya.
- Terjadi bertepatan saat diminta dari umat sebagai bukti atau saat terjadinya pertandingan untuk membuktikan kebenaran.
- Tidak ada satupun yang mampu melakukannya kecuali nabi dan rasul sehingga golongan jin dan manusia biasa tidak dapat melakukannya.
Berdasarkan jenis, mu'jizat dapat dibedakan menjadi dua macam yakni:
1. Mu'jizat Hissi
Mu'jizat hissi adalah mu'jizat inderawi yakni mu'jizat yang dapat dilihat, dicium, didengar dan dirasakan oleh indera.
Mu'jizat jenis ini mudah untuk diidentifikasi karena berupa kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang sangat luarbiasa yang tidak dapat dilakukan manusia pada umumnya.
Sebagai contoh, tongkat nabi Musa dapat membelah lautan atau dapat menjadi ular, nabi Isa dapat membuat burung dari tanah, nabi Ibrahim dapat lolos dari kobaran api, nabi Daud dapat melunakkan besi, nabi Sulaiman dapat terbang atau berbicara dengan hewan dan mu'jizat nabi dan rasul lainnya. Semuanya bersifat keajaiban dan fantastis sehingga mudah untuk diidentifikasi. Walau begitu, mu'jizat jenis ini terbatas oleh ruang dan waktu.
2. Mu'jizat Ma'nawi
Mu'jizat ma'nawi berarti mu'jizat secara makna bukan bersifat inderawi atau Pancaindera. Mu'jizat jenis ini lebih dalam dan bersifat substansional karena jika dilihat tidak mengandung keajaiban atau hal-hal yang menakjubkan.
Mu'jizat jenis ini baru dapat dirasakan dengan kedalaman ilmu, kebersihan jiwa, kecerdasan akal dan intelektual. Oleh karenanya, mu'jizat ini disebut dengan mu'jizat aqli karena baru dapat dibuktikan dengan kekuatan akal dan nalar serta disebut juga dengan mu'jizat rasional karena tidak mengandung keajaiban supranatural.
Mu'jizat yang semacam ini sangat langka dan mungkin sulit untuk kita temui karena untuk mengetahuinya bahwa hal tersebut mengandung mu'jizat atau bukan, dibutuhkan kekuatan akal dan kecerdasan spiritual. Tidak dapat diindera atau dilihat dengan mata secara langsung keajaibannya.
Mu'jizat semacam ini hanya ada satu yakni mu'jizat Al-Qur'an. Hanya kitab Al-Qur'an yang dapat dirasakan mu'jizatnya dengan kekuatan akal dan kecerdasan spiritual. Orang yang tidak memiliki kapasitas tersebut tidak akan merasakan kemu'jizatan Al-Qur'an. Baginya, Al-Qur'an hanya kitab suci sebagaimana kitab suci umat beragama lainnya.
Padalah faktanya, kitab suci Al-Qur'an mengandung mu'jizat yang paling tinggi diantara mu'jizat nabi Muhammad bahkan lebih agung dibandingkan dengan mu'jizat nabi dan rasul lainnya.
Mengapa demikian? Al-Qur'an senantiasa terjaga keasliannya sejak diwahyukan hingga akhir zaman. Tercatat hingga hari ini, sudah empat belas abad Al-Qur'an ada dimuka bumi sebagai rahmat, petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia. Tidak ada satupun ayatnya yang berubah atau mengalami pemalsuan sehingga akan selalu terpelihara hingga akhir zaman.
Itulah mengapa Al-Qur'an disebut sebagai mu'jizat yang teragung. Tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Tidak sebagaimana mu'jizat inderawi dari nabi dan rasul lainnya yang hanya dibatasi atau disaksikan oleh zaman mereka terdahulu ketika nabi dan rasul masih hidup. Seiring berjalannya waktu dan wafatnya nabi dan rasul, maka mu'jizat mereka tidak dapat kita saksikan lagi pada hari ini. Kita tidak akan lagi dapat menyaksikan kehebatan nabi Musa membelah lautan atau kisah heroiknya nabi Ibrahim selamat dari api unggun untuk dibakar oleh raja Namrud.
Sudah sepantasnya dan selayaknya mu'jizat teragung tersebut yakni kitab suci Al-Qur'an senantiasa kita pelajari dan kita hayati dalam kehidupan kita sehingga kita akan memperoleh keselamatan dan kebahagiaan didunia ini hingga diakhirat kelak.
No comments:
Post a Comment