Saturday, April 7, 2018

Karamah Kiai Sholeh Penarip: Bata dan Uang dibalik Sajadah


Para kyai jaman dulu kerap memiliki kisah yang luar biasa dalam kehidupannya. Kadang kisah tersebut diluar nalar orang awam. Seperti cerita yang pernah dialami oleh salah seorang santri Mbah Ilyas alias Mbah Sholeh pendiri Pesantren Penarip Mojokerto. Kisah ini diungkapkan oleh Almaghfurlah KH. Achmad Tamyis, santri Pesantren Penarip yang pada tahun 1970 mendirikan Ponpes Hidayatul Muwafiq Penompo Kec. Jetis Mojokerto.

Kisah tentang sifat qonaah Mbah Sholeh itu disampaikan KH. Acmad Tamyiz pada (Alm) Yazid Qohar, seperti berikut :

Suatu saat seorang santri Mbah Yai Sholeh yang bernama Asy’ari Aziz, disuruh mBah Sholeh untuk menanyakan harga bata merah. Perintah yang diberikan karena ada rencana untuk melakukan merenovasi masjid Pesantren Penarip yang membutuhkan batu bata dengan jumlah cukup banyak.

Azis Asy’ari-pun segera berangkat ke salah seorang pengusaha bata merah. Rupanya sang pengusaha sudah kenal pada Asy’ari Azis sebagai santri mBah Yai Sholeh. Melihat kedatangan Aziz Asy’ary menanyakan harga batu bata, sang pengusaha bertanya untuk apa bata merah dimaksud. Asy’ary Aziz member tahu bahwa dia disuruh mBah Sholeh.
Mendengar jawaban tersebut, Kontan saja sang pengusaha berkata ; “Kalau untuk mBah Sholeh, nggak usah tanya harga, berapa kebutuhannya nanti akan saya kirim.”. Kalimat yang membuat Aziz Asy’ari bingun. Dia pun segera kembali ke pesantren untuk memberitahu hal itu.

Belum sempat Asy’ari Aziz lapor pada mBah Sholeh, bata merah itu sudah dikirim ke pondok. Melihat tumpukan batu bata itu mBah Sholeh nampak terkejut, karena mungkin belum memiliki uang yang cukup untuk membayarnya. Maksud mengutus Azis adalah menanyakan harga, bukan membeli dalam jumlah sebanyak itu.

Azis Asy’ary kemudian menceritakan ikhwal pembicaraannya dengan pengusaha batu bata kenalannya.  Setelah mendengarkan penjelasan, MBah Sholeh akhirnya menyuruh Asy’ari wudlu’, kemudian disuruh ke mosholla untuk membuka sajadah mBah Sholeh yang ada di “paimaman”.

Betapa terkejutnya Asy’ari Azis ketika tahu bahwa di balik sajadah tersebut ada sejumlah uang. Asy’ari-pun mengambil uang tersebut dan menyerahkan pada mBah Sholeh. Uang yang ada dibawah sajadah tempat Mbah Sholeh bersujud itu tidak diterima saat diberikan pada Mbah Sholeh. Mbah Sholeh malah memerintahkan pada Asy’ari untuk langsung membawa uang tersebut ke pedagang batu merah. Lebih terkejut lagi ketika ternyata uang tersebut jumlahnya persis dengan harga bata merah. Entah harganya memang pas seperti jumlah uang tersebut.

Azis Asy’ary kurang tahu berapa jumlah sesungguhnya uang itu karena pengusaha batu bata hanya bilang jumlahnya pas dengan harga batu bata yang dikirimkannya. Bisa jadi karena jumlahnya sesuai, bisa juga dianggap cukup sebab harga batu bata itu tidak pernah disebutkan nilainya.

Mbah Yai Sholeh adalah menantu Kyai Rofi'i yang makamnya ada di Pekuncen. Pada tahun 1885 beliau mendirikan Pesantren di Penarip yang biasa disebut Pondok Penarip. Mbah Yai Sholeh dikenal suka menyalin kitab yang dipelajarinya. Salinan kitab pada kertas dan kulit itu masih tersimpan rapi hingga saat ini. Mbah Yai Sholeh wafat pada tahun 1940 dan dimakamkan di belakang Masjid Pondok Penarip.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...