Wednesday, April 11, 2018

Melihat Karamah KH. Kholilurrohman (Ra Lilur), Cicit Syaikhona Kholil Madura


Seorang ulama dari Bangkalan, Jawa Timur. Ra Lilur dalam maqom jadab (suatu tahapan untuk mencapai tingkat karamah (keistimewaan) yang biasanya disebut wali, sebagian dari karamah beliau adalah :

1. Membakar Pondok Pesantren

Suatu ketika Ra Lilur tiba-tiba membakar bangunan pondok pesantren yang diasuh KH. Abdullah Schaal Bangkalan Madura. Pesantren yang lokasinya berdekatan dengan masjid Jami’ dan alun-alun kota Bangkalan itu pun hangus dilalap api. Anehnya, Kiai Abdullah Schaal yang dikenal sangat berpengaruh di Bangkalan itu diam saja. Ia tak bereaksi, apalagi marah.

Mungkin Kiai Abdullah Schaal paham terhadap keistimewaan Ra Lilur sehingga ia lalu diam saja, meski pondoknya dibakar Ra Lilur. Yang pasti, kiai Abdullah Schaal sendiri tampak sangat hormat terhadap Ra Lilur sebab Ra Lilur memiliki keistimewaan kasyaf luar biasa. Bahkan kabarnya Ra Lilur sering memberi isyarat-isyarat kepada Kiai Abdullah terutama tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Biasanya, kalau menyangkut persoalan besar, Ra Lilur minta Kiai Abdullah Schaal hati-hati.

Setelah gubuk santri di pesantrennya dibakar, pesantren Kiai Abdullah Schaal semakin maju pesat. Bilik-bilik santri yang semula berupa gubuk-gubuk kini dibangun mentereng. Bahkan pesantren putri yang menyatu dengan tempat istirahat Kiai Schaal persis hotel. Bangunannya megah dan menjulang tinggi, penuh tingkat. Siapa pun yang tak pernah ke Madura akan mengira bangunan itu hotel, karena memang didesain cukup artistik.

Wallahu A’lam Bishshowab. Setelah kejadian Ra Lilur membakar pesantren itu kemudian terjadi peristiwa naas yang menimpa bangsa ini. Banyak terjadi aksi pembakaran di mana-mana, Aksi anarki pembakaran ini terjadi mengiringi konflik politik yang terus berkepanjangan di negeri ini. Misalnya pembakaran pertokoan, kantor-kantor partai politik, dan banyak lagi. Isyarat Ra Lilur itu kian kongkrit ketika terjadi pembakaran yang dilakukan orang-orang Dayak terhadap gubuk-gubuk orang Madura yang mengungsi dari Sampit dan Sambas.

2. Gus Dur Diganti Megawati

Isyarat itu muncul sekitar akhir tahun 2000. Jadi jatuh sebelum Gus Dur benar-benar jatuh. Saat itu perilaku aneh Ra Lilur muncul secara tak terduga. Ia tiba-tiba selalu diikuti dan ditempel oleh istrinya (nyai) kemanapun pergi. Mau pergi kemanapun, ia terus dibuntuti oleh sang bu nyai.

Selain itu, Ra Lilur selalu tidur satu kamar dengan istrinya. Namun anehnya, Ra Lilur tidak tidur dalam satu tempat tidur (lencak, bahasa Madura, red). Ia tidur terpisah dengan istrinya, meski dalam satu kamar. Lebih aneh lagi, istrinya tidur diatas ranjang, sedangkan Ra Lilur malah selalu tidur di tanah (Ra Lilur tidur di bawah), sedang istri beliau di atas

Isyarat perilaku nyeleneh Ra Lilur itu terjawab sangat jelas. Indonesia akhirnya terjadi pergantian kepemimpinan, dari Presiden pria Gus Dur) ke Presiden wanita (Megawati). Isyarat ini masih bisa dirinci lagi dalam kontek kekeluargaan. Yaitu istri hakikatnya wakil atau pembantu suami dalam keluarga. Perilaku aneh itu merupakan isyarat pergantian kepemimpinan dari pria ke pemimpin wanita. Sayangnya, waktu itu tak ada yang tanggap terhadap isyarat yang terjadi lewat perilaku aneh Ra Lilur itu. atau karena masyarakat kurang peka atau karena isyarat aneh itu hanya diketahui kalangan terbatas. Yang pasti, isyarat itu cukup nyata dan jelas.

3. Mengenakan Pakaian Serba Merah

Menjelang pemilu 1999, Ra Lilur tiba-tiba mengenakan pakaian serba merah. Bajunya berwarna merah. Begitu ikat kepalanya, berwarna merah. Lebih unik lagi, ia memakai sarung wanita yang juga berwarna merah pada menjelang Pemilu. Ternyata isyarat itu kemudian terbukti. PDIP yang warna kebesarannya merah menjadi pemenang Pemilu. Kalau Ra Lilur memakai pakaian serba merah semata ingin menunjukkan bahwa pemenang pemilu 1999 adalah PDIP. Ra Lilur berasal dari keluarga fanatik NU dan PKB. Bahkan semua anggota keluarganya pengurus dan warga PKB. Begitu juga keluarga ndalem Ra Lilur, baik dari haddam (pembantu) sampai keluarga intinya, pendukung berat PKB.

4. Masuk Hutan Pada Bulan Puasa

Ra Lilur bersama banyak orang masuk hutan pada bulan puasa. Begitu tiba di dalam hutan ternyata adzan maghrib bergema. Orang-orang bingung. Sebab tak ada makanan sama sekali untuk buat buka. Ra Lilur mengisyaratkan agar tak resah. Tanpa diduga tiba-tiba terhampar tikar semacam permadani. Yang menakjubkan, di atas tikar itu tersedia berbagai macam makanan. Karuan saja orang-orang itu heran. Meski demikian mereka tetap saja lahap berbuka puasa.

5. Menguasai Ilmu Kedokteran

Seorang dokter dari Malaysia bersama seseorang yang bertindak sebagai pengantar sengaja datang untuk menemui Ra Lilur. Dokter itu diajak Ra Lilur masuk ke dalam bilik rumahnya. Pembicaraan Ra Lilur dengan Dokter itu cukup lama, sekitar satu jam. Sehingga pengantar dokter itu mengaku capek menunggu di luar.

Menurut pengakuan sang dokter, Ra Lilur ternyata menguasai ilmu kedokteran secara luar biasa. Semua ilmu kedokteran dia pahami. Yang membuat si dokter kaget, Ra Lilur memberikan sebuah foto berukuran poscard dengan pakaian putih lengkap dengan stetoskop tergantung di leher. Sang dokter heran menerima foto Ra Lilur. “Kalau dipikir, kapan beliau berpose seperti itu,” katanya.

6. Bersama Habib Dari Mojokerto

Habib Ali Zainal Abidin Bin Anis Al Muchdor (kelahiran Jember) pernah menyaksikan keajaiban Ra Lilur. Tiga tahun lalu, dirinya bersama istrinya, MN Hidayah, melanglang buana. Habib penasaran ingin bertemu Ra Lilur. Ketika sampai di kediaman Ra Lilur, Habib diterima ajudan Ra Lilur dan langsung mengutarakan maksud kedatangannya. Tak lama kemudian, ajudan Ra Lilur mengatakan “Kiai tidak bisa menemuinya sekarang”, kata ajudan.

Habib semakin penasaran. Namun Habib tak langsung pergi begitu saja. Sambil merenung bagaimana caranya bertemu Ra Lilur. Habib kemudian pergi ke sebelah samping rumah Ra Lilur. Saat berjalan di bawah rimbun bambu, Habib teringat pesan salah satu gurunya untuk membaca Al-Fatihah di tujukan kepada Nabi Muhammad SAW, para wali, dan Syaikhona Kholil Bangkalan. Habib itu kemudian mengamalkan perintah tersebut di tutup dengan permintaan saya, kalau kamu Ra Lilur memang cucu Kiai Kholil, keluarlah, kata Habib.

Masyaallah. Tiba-tiba pundak Habib ada yang menepuk, Karuan saja Habib terkejut dan menoleh, ternyata Ra Lilur. Ra Lilur berkata, ” Sudah lama kita tak bertemu. Kamu yang saya tunggu beberapa hari ini.” Habib Ali semakin tak percaya bahwa dirinya merasa tak pernah bertemu dengan Ra Lilur.

Setelah itu Ra Lilur mengajak Habib duduk di atas gubug di tengah sawah. Saat itu mereka ditemani salah satu ajudan Ra Lilur. Tiba-tiba Ra Lilur berkata “Silakan susunya diminum.” Padahal tak ada pelayan yang mengantarkan. Ajudan yang tadi menemani juga tak beranjak pergi.

7. Nelayan dan Jaringnya

Seorang nelayan di Kecamatan Sepulu sontak kaget. Karena jaring dia tebar di tengah laut tiba-tiba terasa berat ketika diangkat. Nelayan tersebut Harap-harap cemas menarik jaringnya. Dalam pikirannya, ini pasti ikan besar. Begitu jaring itu berhasil diangkat ke atas. Nelayan itu kaget dan tertegun, Masyaallah, ternyata bukan ikan, melainkan tubuh Ra Lilur yang sedang membujur. Kontan nelayan itu menceburkan kembali tubuh Ra Lilur ke laut.

Nelayan menduga, jangan-jangan Ra Lilur telah meninggal karena tenggelam di laut. Tapi dugaan nelayan itu meleset. Karena Ra Lilur sehat wal-afiat, tubuhnya tetap segar bugar sampai kini.

Menyaksikan kenyataan itu, nelayan semakin percaya bahwa Ra Lilur itu waliyullah (kekasih Allah Swt). Sejak peristiwa itu hasil tangkapan nelayan tersebut langsung melimpah. Setiap kali turun melaut, hasil tangkapannya lebih banyak dari pada nelayan lainnya. Nelayan pun yakin bahwa dirinya telah mendapat barokah. Yakni terus bertambahnya kebaikan. Bukankah orang menyebut barakah sebagai zidayatul khoir (semakin bertambahnya kebaikan).

8. Obat Maag Dan Puyer

Salah seorang warga pernah sakit tak komplikasi penyakit dalam stadium akut. Bahkan sang pasien sudah hampir satu bulan opname di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya. Karena terapi penyembuhan kedokteran tak ada perkembangan mengembirakan. Salah seorang anggota keluarga pasien memutuskan untuk minta barokah La Lilur. "Kiai memberikan obat maaq dan obat puyer sakit kepala, setelah diminum Alhamdulillah sembuh," tegas Salim, saudara si pasien menjelaskan.

9. Pil Mencret Atau Murus

Seorang penduduk desa terpencil sedih karena kehilangan sapi. yang merupakan satu-satunya harta paling berharga bagi keluarganya. Karena ingin sapinya kembali, dia sowan ke kediaman Ra Lilur untuk minta barokah agar sapinya bisa kembali lagi. Ra Lilur langsung menemui tamunya tersebut itu.

Padahal, tamu yang silaturrahmi ke Ra Lilur, biasanya baru bisa ketemu minimal setelah tiga kali silaaturrahmi. Tapi, kali ini aneh. Ra Lilur malah dengan senang hati membantu orang yang malang itu.

Warga yang kehilangan seekor sapi itu diberi pil mencret atau murus. Tentu saja orang itu bingung dan dongkol. Sebelum pulang pil itu tetap diminum sesuai petunjuk Ra Lilur. Meski demikian ia tetap saja pikirannya tak bisa menerima.

Di tengah perjalanan menuju rumahnya, tiba-tiba perutnya mules. Orang malang tersebut pergi ke sungai untuk membuang hajat.

Ajaib, orang itu melihat beberapa ekor sapi ditambatkan di semak-semak di sekitar sungai itu. Ketika diperiksa, salah satu sapi yang ditambatkan itu adalah miliknya. Ia girang bukan main. Namun di balik kegirangan itu ia juga merasa berdosa. Orang itu menyesal karena hatinya sempat dongkol pada Ra Lilur ketika diberi obat murus.

10. Pengusaha Besi Kapok Datang

Seorang pengusaha besi tua bernama H. Hasan yang tinggal di Cililitan Jakarta silaturrahmi ke rumah Ra Lilur. Pengusaha itu disambut ajudan sekaligus dihadapkan kepada Ra Lilur. Hasan lantas menceritakan masalahnya. Ra Lilur mendengar semua cerita Hasan. Namun yang membuat Hasan tak habis pikir, ketika hendak pulang, ia diberi obat sakit kepala Paramex.

Dengan diliputi tanda tanya, Hasan pulang ke rumahnya di Jakarta naik bus, dalam perjalanan H Hasan terus berpikir mau diapakan obat ini. Kenapa pula kiai memberi saya ini, gumam Hasan dalam hatinya.

Seminggu kemudian, H. Hasan ternyata tertimpa musibah. Usahanya rugi Rp 100 juta. Isyarat Ra Lilur itu terjawab, “Rupanya itu maksud kiai memberi obat,” kata Hasan tersenyum kecut. Sebulan kemudian, H. Hasan mendapat kabar dari saudaranya di Tanah Merah, Madura bahwa abahnya (ayah, red) terbaring sakit keras di atas pembaringan. Hasan pun bergegas pergi menemui abahnya.

Hasan lantas menemui guru abahnya, yaitu Habib Sholeh Tanggul, Jember. Habib Sholeh Tanggul meminta H. Hasan membawa tasbih. Tasbih itu, selain untuk wirid juga sangat manjur untuk mengobati orang sakit. Sesuai dengan pesan guru, tasbih itu dicelupkan ke dalam segelas air. Selanjutnya, air bekas celupan itu diminumkan kepada orang yang sakit. Semula, penyakit itu memang berkurang. Badan abahnya sedikit enakan. Tapi itu tidak berlangsung lama. Beberapa waktu kemudian, bapaknya kembali jatuh sakit. H. Hasan pun segera beranjak pergi meminta do’a kepada Ra Lilur. Yang tak membuat H. Hasan heran lagi, ketika Ra Lilur, memberinya kapas, berikut minyak telon. Itu diberikan ketika H. Hasan hendak pulang.

Seperti sebelumnya, dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya di Tanah Merah, hati H. Hasan, diliputi tanda tanya yang hebat. Begitu tiba di rumah abahnya, ia mendapati banyak orang menangisi kepergian orang tua lelakinya itu. Rupanya, kapas dan minyak telon itu, sebagai perlambang bahwa penyakit orang tuanya tak dapat disembuhkan. Akhirnya H. Hasan pengusaha besi tua tersebut kapok bertemu Ra Lilur lagi.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...