Wednesday, April 18, 2018
Mengapa Saya Jadi Target Serangan Kelompok Radikal?
Oleh Mohamad Guntur Romli
Keluarga saya khususnya yang di Situbondo dan Bondowoso tanya ke saya, "kok gencar sekali serangan?" Saya jawab: "ini resiko perjuangan". "Bayangkan.." saya mulai penjelasan "sejak tahun 2000an saya aktif melawan kelompok-kelompok radikal, dari yg garis keras, teroris, dari JI, FPI, HTI, FUI, MMI, saya kritik habis ideologi mereka, saya bantah ideologi mereka yg tdk mencerminkan doktrin Islam bahkan membahayakan kaum muslim yg menjadi korban, serta menodai citra damai Islam. Tahun 2006 saya mendukung Gus Dur untuk membubarkan FPI, HTI, MMI (HTI baru bubar tahun 2017) nama saya pernah muncul di sidang Abu Bakar Ba'asyir yang menjadi target para teroris bersama nama yg lain (Petrus Golose, Gories Mere, silakan google berita dan fotonya), saya membongkar kemunafikan politisasi agama yg menjadikan agama sebagai kedok untuk korupsi dan kejahatan. Melawan jaringan cyber SARACEN, MCA dan jadi saksi ahli dari pihak Negara/Pemerintah untuk pembubaran HTI (yg pinter merekayasa opini publik dan membohongi publik serta punya jaringan medsos yang kuat), belum lagi menjadi saksi unt sidang Buni Yani, Jonru.... dst memang inilah resiko yang harus dihadapi, melawan radikalisme, intoleransi dan terorisme untuk menegakkan Islam yg rahmatan lil alamin yg mengedepankan toleransi (tasamuh), moderatisme (tawassuth), berimbang (tawazun)...."
Ada yg tanya "kenapa gak anteng-anteng saja, main aman yg penting kan dapat suara" Saya jawab "justeru politik ini hanyalah alat untuk mendapat tujuan, yaitu bebasnya negeri ini dari radikalisme yg sering satu kubu dengan koruptor munafik berkedok agama.... Ada kaitan yang jelas antara koruptor dengan radikalisme, koruptor yang memakai agama sebagai kedok dan memanfaatkan kelompok-kelompok radikal sebagai alat, saya tidak akan main aman, kalau main aman, saya berpolitik seperti yg lain-lain, main aman karena takut diserang, dibully, yg mungkin juga main aman dan takut karena punya kesalahan, dan bagi saya perjuangan melawan radikalisme dan politisasi agama tidak cukup di luar sistem dan hanya dari pihak masyarakat sipil saja (seperti yg saya lakukan sebelum ini), perlu dilanjutkan dengan adanya kebijakan dan peran Negara untuk melawan radikalisme ini (selain Negara juga melayani rakyat, mencerdaskan, menciptakan lapangan kerja, menumbuhkan dan meratakan kesejahteran, penegakan hukum dan keadilan) tapi juga Negara harus melindungi dirinya dari ancam pihak-pihak yang merongrong, lihat saja UU Ormas yang dikeluarkan Presiden Jokowi sangat efektif menekan kelompok-kelompok radikal, mereka tidak lagi bebas mencuri kader2 terbaik dari anak-anak bangsa yang dicuci otaknya dgn doktrin khilafah dan bom bunuh diri, masyarakat juga sekarang bisa awas mana kelompok radikal mana yg moderat, karena sesungguhnya kelompok-kelompok radikal ini bisa menyaru dlm komunitas muslim, yg menjadi korban adalah kelompok-kelompok moderat yang mayoritas yg sering dituding tidak islami, tidak kuat Islamnya, dll karena tidak galak-galak seperti mereka, sehingga banyak pengikut dari kelompok Islam moderat yg berpindah karena tipuan kelompok-kelompok radikal ini dengan kebohongan semangat dan simbol2 yg ujung-ujungnya sebenarnya kekuasaan juga."
Soal fitnah-fitnah yang bertebaran saya jawab "semua fitnah itu dimuat di media-media abal-abal radikal, disebarkan oleh cyber army kelompok-kelompok radikal yg selama ini memang memusuhi saya, jadi tidak perlu heran, saya sudah siap dengan resiko ini, saya selalu teringat baiat yang diambil oleh Katib Aam PBNU, KH Yahya Staquf setelah Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Gerakan Pemuda Ansor yang bertema 'Yang Waras Jangan Mengalah' poin-poin baiat itu lah menjadi pegangan, pikiran dan tindakan saya, yg kalau saya langgar Allah SWT akan menghukum saya...."
Wallahul Musta'an
Situbondo, 18 April 2018
Mohamad Guntur Romli
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Soeharto Lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921. Ia lahir dari keluarga petani yang menganut Kejawen. Keyakinan keluarga...
-
Beliau adalah KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, seorang ulama besar yang sampai akhir hayat beliau masih memberikan ilmu agama bagi masya...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi'...
-
Pak Somad mengharamkan lomba kicau burung. Dia ternyata ahli Fiqhi yg lebih hebat daripada Syaikhul Islam Zakaria al-Anshari, Ulama Besar...
-
Jika Asma Allah diucapkan sekali saja dengan lisan, itu disebut dzikir (mengingat) lisan, namun jika Nama Allah diingat dengan hati, maka...
-
Oleh Rijalul Wathon Al-Madury Sayyid Kamal al-Haydari yg dengan nama lengkap Kamal bin Baqir bin Hassan al-Haydari (السيد كمال بن باقر ...
-
Alkisah ada ahli ibadah bernama Abu bin Hasyim yg kuat sekali tahajudnya. Hampir ber-tahun2 dia tidak pernah absen melakukan sholat tahaj...
-
Info dari Ustadz Muafa (Syaikhul Pramukiyyin /Mantan Syabab HT), yaitu berkaitan dgn para senior/pembesar HT Pusat, khususnya yg ada di ...
-
Berkaitan ayat Al-Qur’an surat AL A'raf 175 – 177 terdapat sebuah kisah yang menggambarkan seorang bernama Bal’am bin Ba’ura, (berna...
-
Oleh Gus Nadirsyah Hosen Beredar di media sosial (medsos) potongan gambar yang berisi keterangan sebagai berikut: كان صلى الله عل...
No comments:
Post a Comment