Wednesday, April 18, 2018

Ketika Allah (diajak) Berpartai


Oleh Suryono Zakka

Seiring semakin dekatnya Pilpres dan konstelasi politik yang semakin memanas, kini muncul klasifikasi Partai Allah dan Partai Setan. Entah mengapa ada klasifikasi semacam ini, apakah hanya sekedar guyon politik, serius atau karena panik tingkat akut.

Apa motif dan tujuan dari klasifikasi ini juga belum jelas. Apakah murni pengetahuan yang bersumber dari Allah ataukah penistaan terhadap Allah.

Dari klasifikasi sang tokoh, agaknya yang disebut partai Allah adalah partai yang benar-benar suci tak pernah sedikitpun melakukan dosa, korup apalagi mengibuli rakyat. Mengaku sebagai pembela Allah sehingga hanya partai Allah inilah yang dijamin masuk surga.

Benarkah, partai Allah bersih tanpa cela, cacat dan noda laksana malaikat yang tak pernah melanggar titah Tuhan? Benarkah partai Allah dijamim steril dari dosa baik dosan munfarid maupun dosa berjamaah sehingga pantas mengapling surga?

Atau jangan-jangan hanya pengakuan dan klaim atas nama Tuhan. Mengaku sebagai pembela rakyat namun membuat kekacauan. Mengaku sebagai penjaga persatuan namun membuat gonjang-ganjing tegakkan khilafah, bubarkan Pancasila dan gulingkan NKRI.

Bukankah mereka yang benar-benar suci adalah yang tak hobi mengklaim paling suci. Mereka yang benar-benar layak menempati surga adalah ruh yang suci tanpa ada kecongkakan, kesombongan dan tak pernah merasa paling bertuhan.

Yang lebih tragis lagi adalah mereka yang dituduh sebagai Partai Setan. Setan diidentikkan dengan makhluk jahat yang tak memiliki satu kebaikanpun. Benarkah diluar Partai Allah semuanya layak disebut Partai Setan? Sudahkah kita yakin bahwa diluar Partai Allah adalah Partai Setan yang selalu jahat dan tak memiliki kebaikanpun.

Jika ada Partai Allah,  sejak kapan Allah mendirikan partai? Sejak kapan Allah menjadi ketua partai dan sejak kapan Allah menjadi pembina partai?

Apakah ini bukan penistaan terhadap Allah dengan gaya baru? Seolah-olah syar'i dan ada legitimasinya dengan sejuta dalil namun sangat rapuh dan menciderai Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang tak pernah pernah ikut campur dengan urusan partai.

Apakah benar, partai yang diklasifikasikam sebagai Partai Setan tidak memberi kemanfaatan sama sekali dan tidak diperlukan dalam perpolitikan sehingga harus dijuluki sebagai Partai Setan? Sebaliknya, apakah benar, partai yang dijuluki sebagai Partai Allah telah mampu membela hak-hak Allah?

Apakah hal ini hanya untuk menipu rakyat demi ambisi, memuaskan dan memuluskan syahwat politik? Entahlah. Dalil, simbol, ayat, sabda dan jargon-jargon agama memang paling lezat untuk bumbu kampanye. Menarik simpati, memprovokasi dan mempengaruhi massa paling mudah dengan memainkan isu agama.

Kita tidak memungkiri bahwa ada ayat Al-Qur'an yang membahas tentang hizb (golongan/partai) baik golongan setan maupun golongan Allah. Tentang golongan setan, Allah berfirman:

اِسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطٰنُ فَاَنْسٰٮهُمْ ذِكْرَ اللّٰهِ  ؕ   اُولٰٓئِكَ حِزْبُ الشَّيْطٰنِ  ؕ  اَ لَاۤ اِنَّ حِزْبَ الشَّيْطٰنِ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa golongan setan itulah golongan yang rugi. [QS. Al-Mujadilah: Ayat 19]

Masih dalam surat yang sama, dalam ayat lain menjelaskan tentang golongan Allah:

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُّؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ يُوَآدُّوْنَ مَنْ حَآدَّ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَوْ كَانُوْۤا اٰبَآءَهُمْ اَوْ اَبْنَآءَهُمْ اَوْ اِخْوَانَهُمْ اَوْ عَشِيْرَتَهُمْ  ؕ  اُولٰٓئِكَ كَتَبَ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْاِيْمَانَ وَاَيَّدَهُمْ بِرُوْحٍ مِّنْهُ    ؕ  وَيُدْخِلُهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا    ؕ  رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ    ؕ  اُولٰٓئِكَ حِزْبُ اللّٰهِ    ؕ  اَ لَاۤ اِنَّ حِزْبَ اللّٰهِ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya, atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia. Lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung. [QS. Al-Mujadilah: Ayat 22]

Kedua ayat diatas tidak dapat ditarik kedalam ranah politik apalagi dijadikan alat untuk menyerang partai tertentu peserta Pemilu. Semua partai kontestan Pemili memiliki AD dan ART yang tentunya sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Kalaupun ada partai yang terlibat korupsi tentu yang salah bukan partainya melainkan oknumnya. Justru dengan adanya klasifikasi Partai Allah dan Partai Setan menandakan semakin jelasnya manipulasi ayat untuk kepentingan politik.

Untuk disebut sebagai partai yang solid dan memperjuangkan kepentingan rakyat tidak harus berlabel Islam. Partai yang memperjuangkan aspirasi rakyat bukan berarti hanya partai yang menggunakan simbol Islam karena dalam berpolitik yang diutamakan bukan seberapa banyak jargon-jargon Islamnya namun seberapa banyak manfaat dan perjuangannya terhadap rakyat.

Bisa jadi partai yang memakai banyak simbol Islam kurang Islami karena banyak kadernya yang melakukan kecurangan politik seperti korupsi dan sebagainya dan bisa saja partai yang nasionalis lebih Islami dibandingkan dengan partai berlabel Islam manakala kadernya amanah, adil dan sebenar-benarnya memperjuangkan kepentingan rakyat.

Bijaklah dalam menilai sehingga tidak tertipu dengan simbol-simbol kosong sehingga substansinya jauh dari nilai-nilai Islam. Substansi yang benar-benar Islami jauh lebih penting daripada simbol-simbol yang nampak dari luar tapi isinya bertentangan dengan pesan dasar Islam.

Dalam menilai sebuah partai bukan dilihat dari merk luarnya tapi melihat bagaimana kader-kadernya, dominan membela kepentingan rakyat atau dominan membela kantong pribadi namun mengklaim membela kepantingan rakyat. Parahnya, membela nafsu pribadi namun menutupinya seolah membela Islam dan memperjuangkan umat. Inilah yang disebut sebagai penipuan atas nama Islam. Memanipulasi simbol Islam untuk membesarkan partainya.

Waspadai pula partai yang seolah membela umat Islam namun pada dasarnya merusak keluhuran Islam. Diantara cirinya adalah menghujat pemerintah yang sah, menebarkan teror kesana-kemari untuk membuat kekacauan dan memiliki misi mengganti dasar negara Pancasila dengan sistem lain semisal khilafah. Hal ini jelas sangat bertentangan dengan ajaran Islam karena Islam tidak pernah mempertentangkan demokrasi dan Pancasila.


No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...