Thursday, May 17, 2018

Ramadhan sebagai Spirit Anti Teror


Oleh Suryono Zakka

Aksi terorisme kembali mengguncang NKRI. Diawali aksi teror di Mako Brimob, kemudian pengeboman tiga Gereja dan beberapa tempat di Surabaya hingga teror di Polda Riau. Aksi biadab yang beruntun mengawali jelang Ramadhan.

Karena teror merupakan tindakan yang biadab, tak berkemanusiaan dan melanggar prinsip agama manapun, maka tugas kita bersama selaku umat beragama untuk membendung terorisme. Terorisme tak boleh dibiarkan hidup di NKRI. Apapun yang digencarkan oleh media, corong, framing dan simpatisan teroris wajib hukumnya bagi kita untuk membendungnya dalam rangka menyelamatkan NKRI.

Ramadhan adalah bulan yang sakral dan suci bagi umat Islam. Seharusnya bulan ini membawa pesan damai disetiap penjuru. Waktu yang tepat bagi umat Islam untuk refleksi (muhasabah) menyadari kelemahan dirinya sehingga mampu berdampingan bersama komunitas lainnya dengan damai.

Agar aksi teror tak terulang kembali maka dibulan Ramadhan ini adalah momentum yang tepat untuk membasmi terorisme hingga keakar-akarnya. Sebelum semuanya terlambat dan NKRI dikuasai kelompok biadab ala teroris maka lekas dan segera semua pihak untuk menyuarakan aksi anti terorisme.

Ramadhan sebagai bulan anti teror mengajarkan bagaimana memiliki sifat welas asih dan tepa selira kepada manusia. Menghilangkan sifat kesewenang-wenangan, keserakahan, kebinatangan, anarkisme, jumawa dan beringas. Hakikat puasa adalah mengunci mati segala pintu hawa nafsu dari setiap penjuru. Yang puasa bukan hanya mulut atau perut namun seluruh anggota badan.

Tangan dipuasakan dari merampas hak orang lain apalagi membunuh nyawa yang tak berdosa. Mata dipuasakan dari penglihatan yang tidak layak dilihat. Bibir dan lidah dipuasakan dari lisan yang menyakiti, mencela, nyinyir tiada henti dan mencela manusia. Kaki dipuasakan dari langkah yang batil agar menjauhi tujuan yang sia-sia. Seluruh anggota badan "dipenjarakan" dari pintu-pintu setan.

Mengapa terorisme masih saja ada sepanjang peradaban manusia? Bisa saja karena pelakunya tidak beragama atau jika beragama, tidak memahami pesan dasar dari agama yakni perdamaian. Ya, agama hanya dijadikan sebagai kedok untuk melakukan tindakan brutal. Mereka yang melakukan aksi teror karena agama tak lain hanyalah kebiadaban yang bersembunyi dibalik simbol agama. Iblis tetaplah Iblis walau menyamar sebagai orang shalih.

Dengan memahami pesan dasar agama masing-masing, seharusnya tak ada aksi terorisme dimuka bumi ini. Apalagi bumi ini dihuni oleh mereka yang mengaku beragama. Agama idealnya adalah peredam peperangan dan pembunuhan. Bukan malah sebaliknya, sebagai klaim dan justifikasi pembunuhan.

Usaha pemerintah untuk meredam terorisme patut diapresiasi dan didukung. Dengan membentuk pasukan gabungan siap tempur, mendesak DPR untuk segera membentuk UU Antiterorisme hingga siap mengeluarkan Perppu Antiterorisme adalah jawaban bahwa terorisme merupakan kebiadaban yang nyata dan tak perlu menunggu lama untuk menumpasnya. Jika dibiarkan maka tamatlah NKRI.

Gebrakan pemerintah untuk menumpas habis gembong dan jaringan teror ini merupakan usaha yang jitu. Strategi ini akan memaksa kelompok teroris atau simpatisan teroris keluar dari sarang persembunyiannya. Belum lagi pasukan milik NU yakni Ansor-Banser diseluruh Nusantara siap merelakan jiwa raga untuk menjaga NKRI. Kecintaan mereka kepada NKRI tak ada duanya dan tak diragukan lagi.

Segera tumpas mereka yang secara sembunyi-sembunyi (malu-malu kucing) maupun terang-terangan mendukung terorisme. Satu demi satu oknum anti NKRI dan pro teroris dari berbagai elemen ini (ASN/PNS, dosen, guru honorer, kader partai, akademisi dan sebagainya) akan dibina namun jika bengal dan bandel dan membahayakan bagi NKRI maka tidak perlu ada pembiaran alias dibinasakan. Tidak perlu ada toleransi kepada mereka yang intoleran.

Kita tidak ingin tragedi Ramadhan yang memilukan terulang kembali. Tragedi yang telah menumpahkan darah Sayyidina Ali karramallahu wajhah karena dibantai oleh tokoh Khawarij, Ibnu Muljam. Dan kini penerus kaum Khawarij (neo-Khawarij) kian bermunculan sebagai generasi Ibnu Muljam modern.

Saatnya kita kompak menjaga NKRI apapun fitnah dan nyinyir mereka. Sudah cukup belas kasihan kita kepada mereka para penebar teror yang terus-menerus mengobrak-abrik NKRI berbagai cara. Mau sampai kapan mereka dimaafkan? Apakah harus menunggu tutup usianya NKRI? Oh, tentu tidak!

Jangan sampai penebar fitnah dan penebar teror itu masuk dalam kehidupan kita, dalam keluarga kita. Kunci rapat-rapat pintu rumah kita dari kelompok penebar fitnah, pencela dan penebar teror yang ingin menghancurkan NKRI. Dalami agama masing-masing sehingga bisa paham mana prinsip-prinsip agama yang penuh rahmat dan mana doktrin kaum teroris yang dipoles dengan agama, ayat dan nama Tuhan.









No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...