Wednesday, August 15, 2018

Biografi Sayyid Syarifuddin (Syeikh Jangkung)



Nama Saridin tentu tidak asing lagi di Indonesia, khususnya bagi warga sekitar Pati dan Kudus, Jawa Tengah. Saridin memiliki nama lain Syekh Jangkung yang merupakan salah satu tokoh Agama yang dikenal sebagai keturunan dari Sunan Muria atau Sunan Kudus. Kisah Saridin tentu menarik untuk diketahui karena beliau sebagai tokoh bersejarah berdirinya kota Pati. Lalu seperti apa kisah hidup Syekh Jangkung yang bernama kecil Saridin ini? Mari simak selengkapnya!

Jaman dahulu kala tinggallah seorang Kiyai dan Nyai Gede Keringan di daerah Kudus bersama dengan anak gadisnya, Ni Branjung. Anak gadis mereka telah tumbuh menjadi seorang anak gadis remaja yang anggun dan cantik sehingga timbul niat Kiyai Keringan untuk menimang seorang anak laki-laki. Sebab itulah Kiai Keringan dan istrinya selalu bertafakur, memohon ridha Allah agar dikaruniai anak laki-laki yang tampan.


Baca Juga: Biografi Syeikh Syukri bin Ahmad

Kisah Saridin ini dimulai ketika kedua orang tuanya berdoa secara khusyuk hingga dikabulkan oleh Allah melalui perantaraan ghaib Sunan Kudus. Dari perantaraan ghaib itu diberikanlah Kiyai Keringan seorang bayi laki-laki yang mana bayi itu tak lain merupakan putra Sunan Muria, salah seorang penyiar agama Islam terkenal. Bayi itu berselimutkan kain kemben yang berasal dari kain penutup dada sang ibu.

Kiyai Keringan diberikan pesan oleh Sunan Muria untuk mengurus Saridin dengan baik hingga berguna bagi keluarga, agama dan juga negaranya. Sedangkan kemben yang menempel di badan Saridin itu kelak akan menjadi senjata yang ampuh untuk mengatasi setup bahaya yang mengancamnya. Ujaran atau perkataan ini disampaikan oleh Sunan Muria melalui mimpi Kiyai Keringan. Kisah Saridin ini cukup unik berawal dari kelahirannya yang juga unik.

Seperti orang desa pada umumnya, kemudian Kiyai dan Nyai Keringan memberikan nama bayi laki-laki itu dengan sebutan “Saridin”. Pasangan ini merawat kedua anaknya dengan penuh kasih, hingga Saridin dan kakaknya Ni Branjung tumbuh dewasa. Waktu terus berlalu, kisah Saridin pun berbeda ketika kedua orang tuanya meninggal. Saridin dan Ni Branjung memperoleh warisan berupa pohon durian yang amat lebat buahnya. Selama bertahun-tahun mereka pun bersepakat membagi hasil penjualan buah durian itu secara adil untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga masing-masing. Akan tetapi, suami Ni Branjung merasa tak puas dan ingin memiliki hasil sebanyakbanyaknya dari pohon itu. Pada suatu hari, berkatalah dia kepada Saridin.

“Adikku, mulai sekarang kita menjual durian itu sendirisendiri supaya tidak repot menghitungnya. Kamu berhak menjual seluruh durian yang jatuh di siang hari, dan saga akan menjual seluruh durian yang jatuh setiap malam.” Kata suami Ni Branjung.

Hal ini membuat Saridin merasa bahwa kakak iparnya ini sangatlah serakah dan ingin menguasai semua harta peninggalan Kiyai dan Nyai Keringan. Biasanya durian yang masak itu selalu jatuh di malam hari sehingga jika siang hari pastilah ia tidak akan mendapatkan hasil apapun. Namun ia pun ikhlas menerima karena Saridin meyakini bahwa semua rezeki itu datangnya dari Allah. Lalu ia pun menjawab, “Baiklah Kakak, kalau hal itu memang sudah menjadi keinginanmu. Mulai besok aku sendiri akan memungut durian yang jatuh di siang hari.”

Kisah Saridin dan Buah Durian

Menerima penawaran dengan penuh keikhlasan membuat Allah selalu meridhoi dirinya, sehingga pada siang hari pun buah durian matang berjatuhan. Hati suami Ni Branjung pun menjadi panas tatkala buah durian masak justru jatuh di siang hari. Selang beberapa waktu kemudian, datanglah suami Ni Branjung ke rumah Saridin untuk bertukar waktu. Harapannya ialah memperoleh banyak durian yang berjatuhan di siang hari. Akan tetapi, harapan itu justru menambah kekecewaannya karena ternyata tak banyak durian masak yang jatuh di siang hari.

Hal ini membuat suami Ni Branjung berpikir untuk berbuat curang, dimana pada malam hari ia mengendap-endap masuk kebun dengan menggunakan kain loreng. Setelah melihat datangnya Saridin maka berteriaklah suami Ni Branjung menirukan auman harimau loreng dengan maksud menakuti-nakuti Saridin. Namun, apakah yang terjadi berikutnya?

Kisah Saridin ini menjadi semakin menarik karena adanya auman harimau ini tidak membuatnya takut dan berlari, justru ia dengan sigap mengeluarkan golok dari ikat pinggangnya. Tanpa pikir panjang dan tak menduga bahwa harimau jadi-jadian itu adalah kakak iparnya, maka ia langsung menebas leher harimau itu. Tewaslah suami Ni Branjung di tangan adiknya sendiri. Pastilah kejadian itu menggegerkan banyak orang dan segera dilaporkan oleh punggawa desa kepada Adipati Pemantenan di Kadipaten Pati.

Kisah Saridin di Persidangan Kadipaten

Kisah Saridin ini berlanjut ke pengadilan untuk disidang. Akibat terbukti melakukan pembunuhan terhadap kakak iparnya itu, akhirnya Saridin dijatuhi hukuman gantung. Dengan gaya santunnya itu Saridin membela diri, “Ampun Kanjeng Adipati, niat hamba tidaklah membunuh saudara hamba sendiri, tetapi membunuh seekor harimau yang mengancam diri hamba. Oleh karena itu, hamba pun mohon dibebaskan dari hukuman itu.”

Dengan pernyataan ini sang Adipati menjadi ragu untuk menjatuhi hukuman gantung pada Saridin. Selaku penguasa tentu Adipati harus tegas dengan keputusannya sehingga ia berkata pada Saridin, “Baiklah Saridin, hukuman itu hanyalah sebuah tipuan yang berupa ayunan. Jadi, wajiblah kamu menerimanya.” Saridin percaya terhadap kata-kata sang Adipati, padahal niat Adipati Pemantenan ialah melaksanakan hukuman gantung itu dengan sesungguhnya demi kewibawaan seorang penguasa. Akan tetapi, hukuman itu menjadikan banyak orang terheran-heran. Di mata mereka, Saridin justru tampak tersenyum-senyum di tiang gantungan seperti seorang bocah yang sedang berayun-ayun.

Melihat kejadian ini akhirnya Adipati memerintahkan untuk membatalkan hukuman gantung tersebut dan menggantinya menjadi hukuman kurungan dalam jeruji besi yang sangat kuat. Menerima hukuman tersebut, Saridin meminta pada Adipati agar sesekali diijinkan pulang guna menengok istrinya. Akan tetapi, jangankan dibukakan pintu oleh para sipir penjara, bahkan izin pun tidak diperolehnya. Sadarlah Saridin bahwa dirinya telah tertipu.

Kisah Saridin dan Ilmu Saktinya
Di suatu malam yang sepi, Saridin mengamalkan ilmu kesaktiannya sehingga dirinya terbebas dari penjara besi itu tanpa diketahui oleh penjaga meski ia dijaga dengan sangatlah ketat. Terbebas dari penjara tidak membuat Saridin pulang ke rumahnya. Dalam perjalanan, ia terpikir untuk pergi berguru kepada Sunan Kudus yang saat itu sangat terkenal sebagai penyiar Islam yang kesohor.

Di pesantren Sunan Kudus, Saridin dikenal sangat sakti dengan tindakannya yang aneh-aneh, seperti menimba air sumur dengan keranjang dan menyelinap ke dalam kakus. Hampir semua tindakan Saridin menjadikan sedih dan susahnya Sunan Kudus yang sadar bahwa kesaktian Saridin menimbulkan banyak huru-hara yang meresahkan banyak orang. Hingga suatu hari berkatalah Sunan Kudus pada Saridin, “Hai, Saridin, engkau adalah muridku yang gagah perkasa dan sakti. Tetapi, ketahuilah bahwa di sini bukan tempatnya orang memamerkan kesombongannya. Kalau tidak mau berubah sikap, pergilah dari pesantren ini.”

Tak mengindahkan nasehat tersebut membuat Saridin diusir ramai-ramai oelh para santri dan juga para penduduk sekitar. Karena dirinya merasa terdesak dengan keadaan, maka Saridin terpaksa lari sambil mengejek orangorang yang mengejarnya itu. Sampailah dirinya di sebuah pasar namun Saridin terus berlari dan mengumpat-umpat sehingga mengejutkan orang-orang yang melihatnya. Para wanita yang ada di pasar itu segera bubar karena ketakutan dengan kejadian ini. Di antara wanita itu ada yang bertanya kepada Kanjeng Sunan Kudus, “Siapakah gerangan orang gila yang mengganggu pasar itu, Kanjeng Sunan?”

“Siapa yang dimaksud? Apakah lelaki yang gagah perkasa itu? Oh, dia bukan orang gila. Dia itu seorang muridku yang pandai dan sakti. Sayang sekali, orangnya sombong dan nakal. Namanya Syekh Jangkung, sedangkan aslinya entahlah. Dulu orang-orang memanggilnya Saridin. Biarlah dia pergi, mudah-mudahan masih sempat menyadari kesalahannya.”

Orang pun kagum menyaksikan kebesaran hati Sunan Kudus dan segera melupakan kenakalan-kenakalan Saridin yang kemudian terkenal dengan sebutan Syekh Jangkung. Hingga kini kisah Saridin masih dibicarakan masyarakat akibat kenakalannya yang aneh dan lucu namun sebenarnya dirinya adalah Waliyullah dan termasuk orang yang jujur. Bahkan banyak kesenian di masyarakat yang dipertontonkan dengan mengangkat kisah Saridin ini. begitu menarik untuk dikaji sehingga makam Syekh Jangkung pun ramai dikunjungi orang sampai saat ini.
Demikian kisah hidup Saridin dari lahir hingga dikenang masyarakat Indonesia sebagai Syekh Jangkung.

NASAB SYEKH JANGKUNG

1. Nabi Muhammad ﷺ (di makamkan di Madinah Al-Munawwaroh) Sayyidatu
2. Sayyidah FathimahAz-Zahro’ (dimakamkan di Madinah Al-Munawwaroh)
3. Sayyid Imam Husain (di makamkan di Karbala Iraq)
4. Sayyid Ali Zainal Abidin (di makamkan di Madinah Al-Munawwaroh)
5. Sayyid Muhammad Al-Baqir (di makamkan di Madinah Al-Munawwaroh)
6. Sayyid Ja’far Shodiq (di makamkan di Madinah Al-Munawwaroh)
7. Sayyid Ali Al-Uradhi (di makamkan di Madinah Al-Munawwaroh)
8. Sayyid Muhammad An-Naqib (di makamkan di Bashrah Iraq)
9. Sayyid Isa An-Naqib (di makamkan di Bashrah Iraq)
10. Sayyid Ahmad Al-Muhajir (di makamkan di Al-Husayysah, Hadramaut, Yaman)
11. Sayyid Abdullah /Ubaidillah (di makamkan di Hadramaut, Yaman)
12. Sayyid Alwi Syakar (di makamkan di Sahal, Yaman)
13. Sayyid Muhammad (di makamkan di Bait Jabir, Hadramaut, Yaman)
14. Sayyid Alwi (di makamkan di Bait Jabir, Hadramaut, Yaman)
15. Sayyid Ali Khali’ Qasam (di makamkan di Tarim,Hadramaut, Yaman)
16. Sayyid Muhammad Shabib Mirbath (di makamkan di Zhifar, Hadramaut, Yaman)
17. Sayyid Alwi ’Ammil Faqih (di makamkan di Tarim, Hadramaut, Yaman)
18. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan (Gelar Raja Champa Asia Tenggara) (di makamkan di Naserabad, Hindia) lahir di kota Qasam, Hadhramaut, tahun 574 H. Ia dikenal dengan gelar “Al-Muhajir Ilallah”, karena dia hijrah dari Hadhramaut ke Gujarat untuk berdakwah sebagaimana kakeknya, Sayyid Ahmad bin Isa, digelari seperti itu karena ia hijrah dari Iraq ke Hadhramaut untuk berda’wah. Menurut Sayyid Salim bin Abdullah Asy-Syathiri Al-Husaini (Ulama' asli Tarim, Hadramaut, Yaman), keluarga Azmatkhan yang merupakan leluhur Walisongo dinusantara adalah dari Qabilah Ba'Alawi atau Alawiyyin asal Hadramaut, Yaman, dari gelombang pertama yang masuk di nusantara dalam rangka penyebaran Islam.
19. Sayyid Abdullah (Naserabad Pakistan Hindia) ada yang menulis Abdullah Khan, ini adalah kesalahan, karena mara Khan bukanlah keturunan Sayyid, melainkan dari nama belakang penguasa Mongol. Sejarah mencatat meratanya serbuan bangsa Mongol di belahan Asia. Diantara nama penguasa Mongol yang terkenal adalah Khubailai Khan. Setelah Mongol berkuasa, banyak raja-raja taklukannya diberi nama tambahan yaitu memakai marga Khan. Sayyid Abdullah, kemudian diambil menantu oleh bangsa Naserabat dan memberinya gelar kehormatan ”Khan” agar dianggap sebagai bangsawan sebagaimana keluarga ‘Mongol’ Khan yang lain. Seperti halnya Sayyid Romatulloh (Sunan Ampel) diberi gelar “Raden” karena beliau diambil menantu oleh bangsawan Majapahit, dan sebutannya menjadi “Raden Rahmat”.
20. Sayyid Ahmad Syah Jamaluddin (Naserabad Pakistan Hindia)
21. Sayyid Husain Jamaluddin Akbar (Bugis) Banyak orang menyebutnya Syekh Jumadil Kubro, dan ada banyak makam yang dinisbatkan pada Syekh Jumadil Kubro. Maka boleh jadi “Syekh Jumadil Kubro” itu adalah tahrif (salah ucap) dari beberapa nama. Adapun yang paling sahih adalah makam yang di Bugis, karena disekitar makam itu terdapat banyak keluarga bangsawan yang bernasab pada beliau.
22.     Sayyid Ibrahim Samarkhan (Asmoro). Dimakamkan di Tuban
23. Sayyid Fadhal Ali Al-Murtadha (Raden Santri / Raja Pandita). dimakamkan di Gresik
23.     Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung / Ayah Sunan Kudus) dimakamkan di Kudus
24.  Sayyid Amir Haji / Ja'far Shodiq (Sunan Kudus) dimakamkan di Kudus. memiliki saudari bernama Sujinah (Ibu Syekh Jangkung) menikah dengan Sayyid Umar Sa'id (Sunan Muria) bin Raden Sayyid (Sunan Kali Jaga)
25. Sayyid Raden Syarifuddin/Saridin (Syekh Jangkung /Syekh Ongket)
Sedangkan silsilah Saridin / Sayyid Syarifuddin / Syekh Jankung dari garis laki-laki (ayah) adalah sebagai berikut :
1. Rasulullah Muhammad saw
2. Sayyidah Fathimah Az-Zahro' / Suami Sayyid Imam Ali bin Abi Tholib Karomallohu wajhah
3. Sayyid Husain
4. Sayyid Zainal Abidin
5. Sayyid Muhammad Al-Baqi'
6. Sayyid Ja'far Shodiq
7. Sayyid Ali Al-Uraidhi
8. Sayyid Muhammad
9. Sayyid Isa
10. Sayyid Ahmad Muhajir
11. Sayyid Abdullah / Ubaidillah
12. Sayyid Alwi
13. Sayyid Muhammad
14. Sayyid Ali Khali' Qasam
15. Sayyid Muhammad Sahib Mirbath
16. Sayyid Alwi Ammil Faqih
17. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
18. Sayyid Abdullah
19. Syekh Ahmad Jalaluddin
20. Syekh Ali Nuruddin
21. Syekh Maulana Manshur suami raden Ayu Tejo
22. Raden Aryo Wilotikto / Raden Ahmad Sahuri, Tumenggung Tuban.
23. Raden Syahid / Sunan Kali Jaga
24. Raden Umar Sa'id / Sunan Muria
25. Raden Syarifuddin / Saridin /Syekh Jangkungbahwa dirinya telah tertipu.
Kisah Saridin dan Ilmu Saktinya
Di suatu malam yang sepi, Saridin mengamalkan ilmu kesaktiannya sehingga dirinya terbebas dari penjara besi itu tanpa diketahui oleh penjaga meski ia dijaga dengan sangatlah ketat. Terbebas dari penjara tidak membuat Saridin pulang ke rumahnya. Dalam perjalanan, ia terpikir untuk pergi berguru kepada Sunan Kudus yang saat itu sangat terkenal sebagai penyiar Islam yang kesohor.
Di pesantren Sunan Kudus, Saridin dikenal sangat sakti dengan tindakannya yang aneh-aneh, seperti menimba air sumur dengan keranjang dan menyelinap ke dalam kakus. Hampir semua tindakan Saridin menjadikan sedih dan susahnya Sunan Kudus yang sadar bahwa kesaktian Saridin menimbulkan banyak huru-hara yang meresahkan banyak orang. Hingga suatu hari berkatalah Sunan Kudus pada Saridin, “Hai, Saridin, engkau adalah muridku yang gagah perkasa dan sakti. Tetapi, ketahuilah bahwa di sini bukan tempatnya orang memamerkan kesombongannya. Kalau tidak mau berubah sikap, pergilah dari pesantren ini.”
Tak mengindahkan nasehat tersebut membuat Saridin diusir ramai-ramai oelh para santri dan juga para penduduk sekitar. Karena dirinya merasa terdesak dengan keadaan, maka Saridin terpaksa lari sambil mengejek orangorang yang mengejarnya itu. Sampailah dirinya di sebuah pasar namun Saridin terus berlari dan mengumpat-umpat sehingga mengejutkan orang-orang yang melihatnya. Para wanita yang ada di pasar itu segera bubar karena ketakutan dengan kejadian ini. Di antara wanita itu ada yang bertanya kepada Kanjeng Sunan Kudus, “Siapakah gerangan orang gila yang mengganggu pasar itu, Kanjeng Sunan?”
“Siapa yang dimaksud? Apakah lelaki yang gagah perkasa itu? Oh, dia bukan orang gila. Dia itu seorang muridku yang pandai dan sakti. Sayang sekali, orangnya sombong dan nakal. Namanya Syekh Jangkung, sedangkan aslinya entahlah. Dulu orang-orang memanggilnya Saridin. Biarlah dia pergi, mudah-mudahan masih sempat menyadari kesalahannya.”
Orang pun kagum menyaksikan kebesaran hati Sunan Kudus dan segera melupakan kenakalan-kenakalan Saridin yang kemudian terkenal dengan sebutan Syekh Jangkung. Hingga kini kisah Saridin masih dibicarakan masyarakat akibat kenakalannya yang aneh dan lucu namun sebenarnya dirinya adalah Waliyullah dan termasuk orang yang jujur. Bahkan banyak kesenian di masyarakat yang dipertontonkan dengan mengangkat kisah Saridin ini. begitu menarik untuk dikaji sehingga makam Syekh Jangkung pun ramai dikunjungi orang sampai saat ini.
Demikian kisah hidup Saridin dari lahir hingga dikenang masyarakat Indonesia sebagai Syekh Jangkung. Semoga bermanfaat dan salam sejahtera untuk kita semua.
NASAB SYEKH JANGKUNG

1. Nabi Muhammad ﷺ (di makamkan di Madinah Al-Munawwaroh) Sayyidatu
2. Sayyidah FathimahAz-Zahro’ (dimakamkan di Madinah Al-Munawwaroh)
3. Sayyid Imam Husain (di makamkan di Karbala Iraq)
4. Sayyid Ali Zainal Abidin (di makamkan di Madinah Al-Munawwaroh)
5. Sayyid Muhammad Al-Baqir (di makamkan di Madinah Al-Munawwaroh)
6. Sayyid Ja’far Shodiq (di makamkan di Madinah Al-Munawwaroh)
7. Sayyid Ali Al-Uradhi (di makamkan di Madinah Al-Munawwaroh)
8. Sayyid Muhammad An-Naqib (di makamkan di Bashrah Iraq)
9. Sayyid Isa An-Naqib (di makamkan di Bashrah Iraq)
10. Sayyid Ahmad Al-Muhajir (di makamkan di Al-Husayysah, Hadramaut, Yaman)
11. Sayyid Abdullah /Ubaidillah (di makamkan di Hadramaut, Yaman)
12. Sayyid Alwi Syakar (di makamkan di Sahal, Yaman)
13. Sayyid Muhammad (di makamkan di Bait Jabir, Hadramaut, Yaman)
14. Sayyid Alwi (di makamkan di Bait Jabir, Hadramaut, Yaman)
15. Sayyid Ali Khali’ Qasam (di makamkan di Tarim,Hadramaut, Yaman)
16. Sayyid Muhammad Shabib Mirbath (di makamkan di Zhifar, Hadramaut, Yaman)
17. Sayyid Alwi ’Ammil Faqih (di makamkan di Tarim, Hadramaut, Yaman)
18. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan (Gelar Raja Champa Asia Tenggara) (di makamkan di Naserabad, Hindia) lahir di kota Qasam, Hadhramaut, tahun 574 H. Ia dikenal dengan gelar “Al-Muhajir Ilallah”, karena dia hijrah dari Hadhramaut ke Gujarat untuk berdakwah sebagaimana kakeknya, Sayyid Ahmad bin Isa, digelari seperti itu karena ia hijrah dari Iraq ke Hadhramaut untuk berda’wah. Menurut Sayyid Salim bin Abdullah Asy-Syathiri Al-Husaini (Ulama' asli Tarim, Hadramaut, Yaman), keluarga Azmatkhan yang merupakan leluhur Walisongo dinusantara adalah dari Qabilah Ba'Alawi atau Alawiyyin asal Hadramaut, Yaman, dari gelombang pertama yang masuk di nusantara dalam rangka penyebaran Islam.
19. Sayyid Abdullah (Naserabad Pakistan Hindia) ada yang menulis Abdullah Khan, ini adalah kesalahan, karena mara Khan bukanlah keturunan Sayyid, melainkan dari nama belakang penguasa Mongol. Sejarah mencatat meratanya serbuan bangsa Mongol di belahan Asia. Diantara nama penguasa Mongol yang terkenal adalah Khubailai Khan. Setelah Mongol berkuasa, banyak raja-raja taklukannya diberi nama tambahan yaitu memakai marga Khan. Sayyid Abdullah, kemudian diambil menantu oleh bangsa Naserabat dan memberinya gelar kehormatan ”Khan” agar dianggap sebagai bangsawan sebagaimana keluarga ‘Mongol’ Khan yang lain. Seperti halnya Sayyid Romatulloh (Sunan Ampel) diberi gelar “Raden” karena beliau diambil menantu oleh bangsawan Majapahit, dan sebutannya menjadi “Raden Rahmat”.
20. Sayyid Ahmad Syah Jamaluddin (Naserabad Pakistan Hindia)
21. Sayyid Husain Jamaluddin Akbar (Bugis) Banyak orang menyebutnya Syekh Jumadil Kubro, dan ada banyak makam yang dinisbatkan pada Syekh Jumadil Kubro. Maka boleh jadi “Syekh Jumadil Kubro” itu adalah tahrif (salah ucap) dari beberapa nama. Adapun yang paling sahih adalah makam yang di Bugis, karena disekitar makam itu terdapat banyak keluarga bangsawan yang bernasab pada beliau.
22.     Sayyid Ibrahim Samarkhan (Asmoro). Dimakamkan di Tuban
23. Sayyid Fadhal Ali Al-Murtadha (Raden Santri / Raja Pandita). dimakamkan di Gresik
23.     Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung / Ayah Sunan Kudus) dimakamkan di Kudus
24.  Sayyid Amir Haji / Ja'far Shodiq (Sunan Kudus) dimakamkan di Kudus. memiliki saudari bernama Sujinah (Ibu Syekh Jangkung) menikah dengan Sayyid Umar Sa'id (Sunan Muria) bin Raden Sayyid (Sunan Kali Jaga)
25. Sayyid Raden Syarifuddin/Saridin (Syekh Jangkung /Syekh Ongket)
Sedangkan silsilah Saridin / Sayyid Syarifuddin / Syekh Jankung dari garis laki-laki (ayah) adalah sebagai berikut :
1. Rasulullah Muhammad saw
2. Sayyidah Fathimah Az-Zahro' / Suami Sayyid Imam Ali bin Abi Tholib Karomallohu wajhah
3. Sayyid Husain
4. Sayyid Zainal Abidin
5. Sayyid Muhammad Al-Baqi'
6. Sayyid Ja'far Shodiq
7. Sayyid Ali Al-Uraidhi
8. Sayyid Muhammad
9. Sayyid Isa
10. Sayyid Ahmad Muhajir
11. Sayyid Abdullah / Ubaidillah
12. Sayyid Alwi
13. Sayyid Muhammad
14. Sayyid Ali Khali' Qasam
15. Sayyid Muhammad Sahib Mirbath
16. Sayyid Alwi Ammil Faqih
17. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
18. Sayyid Abdullah
19. Syekh Ahmad Jalaluddin
20. Syekh Ali Nuruddin
21. Syekh Maulana Manshur suami raden Ayu Tejo
22. Raden Aryo Wilotikto / Raden Ahmad Sahuri, Tumenggung Tuban.
23. Raden Syahid / Sunan Kali Jaga
24. Raden Umar Sa'id / Sunan Muria
25. Raden Syarifuddin / Saridin /Syekh Jangkung

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...