Wednesday, September 12, 2018

Kacaunya Sistem Khilafah


Bagi mereka pengasong khilafah, (seperi HTI yg sdh menjadi ormas terlarang) cara paling efektif untuk membodohi masyarakat awam yaitu dengan menggunakan iming2 syariat islam atau khilafah islam. Mereka mempromosikan khilafah kepada khalayak ramai seolah kehidupan berdasarkan sistem khilafah itu indah, sempurna tanpa cela.

Mari kita lihat fakta2 beberapa abad yg lalu saat kekhalifahan diterapkan mulai dr zaman khulafaur rasyidin hingga dinasti umayyah, abbasiyah dan ottoman.

1. Setelah sayyidina Umar wafat dibunuh oleh budak persia, kepemimpinan dilanjutkan oleh sayyidina Utsman bin Affan. Menurut sebagian sahabat cara kepemimpinan beliau penuh nepotisme seperti pengangkatan Muawiyah bin Abu sofyan (sepupunya sendiri) sebagai gubernur Damaskus.

Sayyidina Utsman pun akhirnya terbunuh oleh orang islam sendiri yg sebelumnya mendemo rumah beliau selama 40 hari. Bahkan konon jenazahnya ditolak disholatkan di masjid Nabawi dan ditolak untuk dikebumikan di pemakaman Baqi'. Baru kemudian 2-3 hari bisa dikebumikan di luar pemakaman baqi'.

2. Selanjutnya masa kepemimpinan imam Ali (menantu Rasulullah saw). Di masa beliau berbagai intrik politik terjadi.

Dimulai suara2 yg menggugat terpilihnya imam Ali. Mereka menganggap tidak terwakili dan tdk didengar saat pemilihan khalifah baru.

Dua sahabat Thalhah dan Zubair bergerak ke Mekah. Sayyidah Aisyah saat sayyidina Utsman wafat, sedang umroh di Mekah. Mendengar imam Ali yg terpilih siti Aisyah bertahan di Mekah sambil meminta imam Ali mengusut pembunuh khalifah Utsman.

Keinginan para sahabat untuk segera menyelidiki siapa pembunuh sayyidina Utsman membuat imam Ali harus mengambil keputusan yg bijak. Dianggap tidak memenuhi aspirasi mereka, muncul suara2 sumbang lagi ada keterlibatan imam Ali dalam pembunuhan Utsman bin Affan.

Singkat cerita, Zubair, Tholhah dan Aisyah kemudian bergerak ke Basrah memobilisasi pasukannya melawan imam Ali.

Terjadilah perang Jamal antara Aisyah melawan imam Ali. Tak kurang 18.000 pasukan meninggal dlm perang ini termasuk sahabat Zubair dan Tholhah. Mereka wafat melawan orang islam sendiri.

Di akhir masa kepemimpinannya imam Ali dibunuh oleh seorang hafidz quran, abdurahman bin muljam saat shalat Subuh.

3. Hasan bin Ali kemudian dibaiat menjadi pengganti imam Ali. Qais bin Sa’ad, panglima perang pasukan Ali bin Abi Thalib, adalah orang pertama yang memba’iat Hasan sebagai Khalifah, kemudian diikuti oleh penduduk Kufah. Begitulah tren saat itu, khalifah dibai’at secara personal dan kemudian diikuti oleh bai’at berjamaah di masjid. Tidak ada pemilihan umum.

Berita Hasan telah dibai’at menjadi Khalifah terdengar oleh Gubernur Mu’awiyah di Damaskus yang sebelumnya berperang dengan Khalifah Ali pada Perang Shiffin. Mu’awiyah murka dengan naiknya Hasan sebagai khalifah karena ia sendiri telah lama berambisi menduduki posisi puncak itu. Pasukannya diperintahkan untuk siaga satu.

Untuk menghindari pertumpahan darah seperti perang Shiffin dan perang Jamal, akhirnya imam Hasan mundur dr khalifah dan digantikan oleh Muawiyyah. Imam Hasan kemudian menetap di Madinah. Sejak saat itu kekuasaan berpindah ke Muawiyyah dilanjutkan anak cucunya yg kemudian disebut masa dinasti Umayyah.

Imam Hasan hidup selama 9 tahun di Madinah dan akhirnya meninggal diracun oleh istrinya sendiri.

4. Muawiyah bin Abu Sofyan. Menggantikan imam Hasan sebagai khalifah. Kemudian menunjuk anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai penggantinya (melanggar kesepakatan dgn imam Hasan bahwa penunjukan khalifah harus lewat dewan syuro).

5. Yazid bin muawiyah menggantikan bapaknya yg meninggal. Dia mengirimkan surat ke madinah meminta imam Husein, abdullah bin zubair, abdullah bin umar untuk ikut berbaiat.

Singkat cerita imam Husein mendapat surat dukungan dr Kufah dan meminta beliau datang ke Kufah. Yazid kemudian memobilisasi pasukan perang untuk menghadapi imam Husein. Akhirnya di Karbala terjadi pembantaian itu. Imam Husein cucu kesayangan Rasul bersama 70 keluarga lainnya mengahadapi 4000 pasukan ubaidillah bin ziyad. Kepala imam Husein dipenggal dan dibawa ke istana Yazid. Tubuhnya ditinggalkan begitu saja tanpa kepala.

Inilah kisah tragis atas keluarga Rasulullah saw.

Dua tahun kemudian Yazid mengirim 10000 pasukan ke madinah. Membunuhi para sahabat, memperkosa 1000-an wanita. Peristiwa ini disebut perang al-harrah.

Selain di Madinah, di Mekah ada Abdullah bin Zubair (cucu sayyidina Abu Bakar) yg menjadi oposisi Yazid. Pasukan Yazid diperintahkan untuk menghancurkan mekah setelah memporak-porandakan Madinah. Namun panglima pasukan jatuh sakit di perjalanan dan meninggal. Begitu juga Yazid mati misterius dalam usia 36 tahun saat pasukannya mengepung Mekah.

6. Muawiyah bin Yazid dibaiat menggantikan Yazid. Namun Abdullah bin Zubair di Mekah jg mendeklarasikan diri sebagai khalifah. Muawiyyah II ini hanya berkuasa selama 2 bulan saja krn meninggal dibunuh/diracun. Selanjutnya muncul Marwan bin Hakam tampil sbg khalifah penerus bani umayyah.

Marwan sendiri akhirnya mati dibunuh istrinya sendiri (janda dr Yazid).

7. Penerus Marwan bin Hakam adalah anaknya Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik dalam suatu riwayat disebutkan bahwa dia suka meminum khamr setelah ibadah. Abdul Malik jugalah yang mengirim al-Hajjaj bin Yusuf memerangi Abdullah bin Zubair hingga sahabat Nabi ini wafat dengan tragis. Kekejaman Hajjaj di bawah komando Khalifah Abdul Malik sudah sangat melegenda dan tercatat dalam literatur keislaman.

Abdullah bin Zubair pergi menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, dan meminta saran. Asma’ yang merupakan putri khalifah pertama, Abu Bakar, meminta anaknya terus bertahan melawan. Abdullah bin Zubair mencium kening ibunya, dan kembai ke medan perang.

Imam Thabari meriwayatkan dengan lengkap dialog anak dan ibu ini. Mereka tahu bahwa hanya tinggal menunggu waktu saja Abdullah bin Zubair akan terbunuh. Sebuah dialog perpisahan yang sangat mengharukan. Dilaporkan bahwa kemudian Abdullah bin Zubair dibunuh oleh pasukan al-Hajjaj dengan cara kepalanya dipenggal dan tubuhnya disalib. Dan pasukan al-Hajjaj lantas berteriak mengumandangkan takbir.

Sejarah politik kekhilafahan mengandung berbagai pengkhianatan, peperangan, perebutan kekuasaan hingga pembunuhan dan intrik-intrik politik. Ada yang berargumen bahwa sejarah demokrasi pun seperti itu. Benar, namun demokrasi tidak pernah mengklaim dirinya bagian dari ajaran kesempurnaan agama tertentu. Demokrasi dimulai dari ide manusia yang lemah dan banyak kekurangan namun kemudian belajar memperbaiki sistemnya dengan berkaca dari pengalaman sejarah.

Sistem khilafah kebalikannya: mengklaim sempurna karena dianggap bagian dari kesempurnaan ajaran Islam, tidak punya kelemahan, menjadi jawaban dari berbagai persoalan dan karena telah dianggap sempurna, maka tidak mau belajar dari kesalahan dan kekacauan yang terjadi.

Salam
Narko (disarikan dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...