Friday, September 14, 2018

Tauhid Bukan Soal Bendera


Sore itu Pak Haji Misbah melihat seorang pemuda yang sedang berjalan tergesa-gesa. Bercelana cingkrang, berjenggot sejumput dan berjidat hitam. Dua tangannya membawa dua pasang bendera, berwarna putih dan hitam.

"Eh Ing, mau kemana ente?" Sapa Haji Misbah ke pemuda itu yang ia kenal bernama Ismail, panggilannya Maing.

"Eh Pak Haji, mau ikutan demo, mau pasang bendera-bendera ini" kata Ismail menjawab sambil memperlihatkan dua bendera di tangannya.

"Bendera apaan itu, warna hitam dan putih?" Tanya Pak Haji.

"Oh ini Bendera Rasulullah Pak Haji, yang putih disebut Liwa', yang hitam disebut Rayah, ada tulisan Kalimat Tauhid, Laa Ilaha illallah Muhammad Rasulullah," Jawab Ismail dengan nada bangga.

"Kenapa kalimat Tauhid ada di bendera Ing, apa maksudnya dipasang-pasang?" Haji Misbah mempertanyakan.

"Agar kalimat tauhid tegak di mana-mana Pak Haji. Agar bendera Rasulullah berkibar-kibar," Jawab Ismail dengan nada lebih bangga.

"Ing, ente tau kan di RW kita ini ada pesantren Kiai Zaki, di RT 1 ada majelis taklim Habib Luthfi Assegaf, di RT 3 ada Ibu Haji Masyithoh yang ngurus majelis ibu-ibu muslimat, di pengkolan Haji Sadikun ada Balai Pengobatan Muhammadiyah, Mpok Hindun Uduk nasabah Bank Wakaf Mikro (BWM), di sebrang rumah ane ada masjid, di RW kita ada 2 masjid, belum musola. Ente dulu belajar ngaji di masjid ini." Kata Haji Misbah.

"Iya Pak Haji," Ismail mengiyakan sambil menebak-nebak kemana lanjutan perbincangan Pak Haji Misbah.

"Di Pesantren Kiai Zaki, ada TPA, madrasah, sekolah sampai sekolah tinggi, di majelis taklim gak henti-henti pengajian dan shalawatan, belum lagi di masjid-masjid dan musola, musola..."

"Iya Pak Haji..."

"Adanya pesantren, majelis taklim, masjid, musola apa itu bukan tegaknya kalimat tauhid Ing?" Tanya Pak Haji yang sebenarnya jawabnya sudah diketahui.

"Iya sih Pak Haji."

"Kok ada sih-nya Ing?"

"Eh enggak Pak Haji, maksudnya iya, keceplosan sih-nya"

"Maksudmu gak cukup itu semua, tauhid yang sudah membumi, menjelma jadi pesantren-pesantren, majelis-majelis taklim dan shalawat, anak-anak ngaji, belajar di madrasah, sekolah, harus pakai bendera-bendera gitu?"

"Ya, begitu Pak Haji" jawab Ismail dengan nada ragu-ragu.

"Begitu bagaimana, kalau kami pakai bendera itu untuk menunjukkan tauhid apa bedanya dengan fans grup musik atau suporter sepak bola?"

"Tapi ini bendera Rasulullah ada haditsnya Pak Haji"

"Uda dicek haditsnya, hadits sahih, daif...(lemah), apa hadits palsu?"

"Belum sih Pak Haji, hanya katanya gitu, baca di postingan teman di WA..."

"Nah itu dia, kalau itu hadits sahih, atau hadits yang terkenal (masyhur) pastilah umat Islam tahu, pasti dipakai sejak lama, misalnya hadits kalimat tauhid, 2 syahadat adalah rukun Islam yang pertama, Islam dibangun di atas lima  perkara yang pertama dua syahadat... buniyal Islamu ala khamsin... ini ada haditsnya dan semua umat Islam tahu, atau hadits siapa yang mengucapkan Laa Ilaha illallah Muhammad Rasulullah masuk surga, man qaal Laa Ilaha illallah... ini ada haditsnya dan sangat populer..."

"Iya Pak Haji"

"Makanya ada tahlilan...tau artinya kan?"

"Tahu Pak Haji, baca tahlil, baca Laa Ilaha illallah Muhammad Rasulullah..."

"Betul, apa itu bukan menegakkan tauhid, meski tidak kibar-kibarin bendera?"

"Menegakkan tauhid Pak Haji"

"Ngomong-ngomong kamu kok sudah lama banget ya gak kelihatan ikut tahlilan? Kemana aja?"

"Anu Pak Haji.. anu... Sibuk..."

"Sibuk ikutan demo?" Tanya Pak Haji.

Ismail cuma bisa nyengir malu mendengar pertanyaan Pak Haji.

"Demo kok diperlakukan kayak ibadah wajib... sambil teriak-teriak khilaf-ah khilaf-ah..." Sindir Pak Haji.

"Pak Haji bisa aja... " Respon Ismail kecut.

"Ing.. beneran pengen tauhid tegak terus?" Tanya Pak Haji.

"Iya lah Pak Haji, saya kan orang Islam".

"Bantuin anak-anak belajar ngaji ya, biar manfaat ilmu ente itu, kan dulu bisa ngajinya di masjid ini."

"Ulama-ulama dulu menegakkan tauhid dengan susah payah Ing, berdakwah, bangun pesantren-pesantren, majelis-majelis taklim, islamisasi... Kalau cuma ngibar-ngibarin bendera kan gampang..."

"Iya Pak Haji"

"Kamu sekarang mau menegakkan tauhid, sementara Islam sudah mayoritas di sini, apa gak aneh, orang-orang yang sudah Islam mau diislamkan lagi? Itu kan namanya menggarami lautan. Tahshilul Hasil, kalau istilah pesantrennya, sia-sia, tauhid juga bukan perkara bendera, tapi tauhid bagaimana terus kuat diyakini, diucapkan dan diamalkan... gak akan yakin kalau gak tau, gak ngerti, tapi yakin dan ngerti akan sia-sia kalau tidak diamalkan. Ini gak cuma urusan bendera, umat Islam harus ngerti agamanya, ini dimulai dari belajar ngaji dulu..."

"Iya Pak Haji, saya akan bantu ngajar ngaji." Jawab Ismail tulus.

"Nah gitu, ngajari ngaji, biar bikin anak-anak bisa ngaji, mereka akan tahu agamanya, menjalankan agamanya, itu berarti tegaknya tauhid di bumi ini."

"Iya Pak Haji, maaf ya selama ini saya khilaf."

"Khilaf aja ya.. jangan ditambah khilaf-ah lagi...." Kata Pak Haji bercanda. "Ya uda siap-siap ke masjid, ngajarin anak-anak ngaji."

"Siaap Pak Haji!" Kata Ismail.

"Alhamdulillah...."

Wallahu A'lam.

Mohamad Guntur Romli

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...