Tuesday, October 9, 2018

Alfateka dan Hikmah Qiroah Sab’ah dalam Ilmu Alquran


By: Fb Anisatul Fadhilah
Alumni Mahasiswa Fakultas Ummul Qur'an Libya

Lini masa FB saya dipenuhi pro-kontra Jokowi saat bilang Alfateka didepan peserta MTQ. Saya awalnya malas nulis ginian, karena perdebatan yang gak substansial, tapi ketika seseorang yang menulis kalimat sarkasme, kalau Alfateka itu adalah nama dari salah surat Alquran (faktor pura-pura bego dan kebencian yang mendalam pada sosok pemimpin), saya gak tahan buat nulis ini.

Saat saya kuliah di Libya dulu, ada mata kuliah ulumul Quran (ilmu2  Alquran). Salah satu babnya membahas tentang perbedaan cara baca Alquran. Jadi meski Alquran diturunkan di tanah Arab yang bahasanya sama, tapi didaerah Arab sendiri mempunyai dialek yang berbeda.Kalau kamu baca artikel berbahasa Arab, nyaris tak ada perbedaan. Tapi ketika kamu ngobrol langsung dengan orang Arab, maka kamu akan tau beda dialeknya. Orang Saudi dialeknya beda dengan Libya, Tunisia, Maroko, Syiria, Yaman, Emirate, dan sebagainya. Itu karena mereka terdiri dari bermacam2 kabilah.

Nah, Allah adil. Ia mewahyukan Alquran dan tidak mau menyusahkan umat Nya. Maka Alquran yang ditunkan di tanah Arab saat itu boleh dibaca sesuai dialek kabilah. Ada yang meriwayatkan 7 cara melafalkan Quran, ada riwayat yang bilang 10, bahkan ada yang menyatakan lebih banyak. Misalnya dalam surat Alfatiha, ada yang membaca kasroh sebagai “i” tapi dibaca “e” ada yang membaca “i pendek”, dan ada pula yang membaca i panjang. Pokoknya banyak lah.

Pihak kampus tau, bahwa masalah pembacaan Quran ini bakal menjadi “perang pendapat” antar mahasiswa yang notabene datang dari berbagai belahan dunia, yang semuanya menganggap cara baca Quran mereka yang paling benar, maka saat sholat berjemaah, imamnya bergantian. Seringkali saat sholat tarawih, imamnya ada 2. Tarawih pertama diimami oleh mahasiswa Afrika, tarawih selanjutnya diimami dari Indonesia, lalu hari berikutnya bergantian Pakistan, Arab, dan seterusnya.

Saya yang saat itu tahun pertama awalnya kaget, sholat gak khusyu’, kok bacaannya imamnya beda. Kasroh cenderung dibaca “e”, tapi setelah mendapat mata kuliah ilmu Quran, jadi lebih paham. Wallahu A’lam.

Pun begitupula saat pelajaran Alquran, masing2 mahasiswa disuruh membaca Alquran. Ketika giliran orang Cina suara mereka cenderung sengau, bahkan kalau mereka sedang menghafal Quran, kalau tidak jeli mendengar, saya kira mereka sedang bercakap2 bahasa Cina. Orang Asia Tengah (Uzbekistan, Tadjikistan, Kazakhstan,dll), cara ngajinya lain lagi, cenderung seperti baca huruf V...Tapi toh dosen kami tidak menyalahkan, semua dianggap benar, Tidak pernah bilang, cara orang ngaji orang Indonesia lebih bagus, misalnya.

Saya cukup geli ketika kemudian Jokowi dikritik dan dicaci habis2an cuma karena lidahnya “njowo”. Kalau mau kritik yang substansial gitu lho, masa aksen aja jadi bahan caci maki!!! Toh kalau dibilang Alfateka, semua orang Indonesia akan paham, itu maksudnya Alfatiha.

Saya menjadi sangat bersyukur dulu pernah belajar dengan banyak orang dari berbagai negara, dan paham bahwa tidak ada seorangpun yang benar2 paling benar dalam beragama, meski begitu saya juga sedih, banyak teman2 yang pernah kuliah disana sering kali menganggap dirinya paling alim, merasa paling suci sendiri. Mereka ini sering mengatai orang lain, dan menganggap dirinya berda’wah amar maruf nahi munkar, tanpa merasa bersalah, bahwa yang dikatakan itu membuat perasaan orang lain sedih, jengkel, dan tersinggung.

*Inget jg, kalau kita ingin mengkritik, lihat konteksnya dulu, Jokowi lagi buka acara dan minta doa untuk para korban bencana, bukan lagi ngaji ataupun sholat. Gitu kok mikir ribet banget. Dan sama aja kl kalian k luar rmh atau bertamu k rmh teman akrab, lalu salamnya blg: Lam le kom..trs mau blg, itu penistaan gt? atau disangkut pautin sama kosa kata Arab lainnya? haduhh...

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...