Wednesday, October 10, 2018
Karena Hoax Bukan Bagian dari Iman
Oleh Suryono Zakka
Media sosial kita dipenuhi oleh sampah hoax yang begitu parah. Sejak dinobatkannya salah satu tokoh menjadi Ratu Hoax, maka hoax bukan lagi mitos tapi fakta yang harus kita lawan.
Melawan hoax memang tidak mudah karena ada pihak-pihak yang sengaja menyebar berita bohong dengan skenario yang matang, terorganisir dan rapi. Ada bagian yang memproduksi, bagian memutarbalikkan opini, memelintir fakta hingga bagian yang menshare yang sudah terrencana dan terkendali. Tak heran jika satu berita hoax dibagikan hingga ribuan kali. Isinya provokasi yang disebar oleh orang-orang yang karakternya sudah dapat kita perkirakan.
Kelompok penebar hoax ini juga kerap membawa agama dan simbol-simbol suci untuk melegitimasi kejahatan hoaxnya. Menebar hoax sebagai jihad, memberontak sebagai medan peperangan, melawan pemerintah yang sah dengan klaim fi sabilillah. Hoax bagi mereka adalah bagian dari ibadah, keimanan, mata pencaharian, cari sensasi karena followernya yang banyak dan cari makan.
Ciri dari berita hoax biasanya tidak rasional, menyerang pemerintah, menyerang tokoh tertentu dan tidak ada referensi yang memadai. Wajar jika berita hoax biasanya sengaja dishare oleh pihak-pihak tertentu yang memang sengaja ingin membuat kekacauan atau secara tidak sengaja dishare oleh orang-orang yang pengetahuannya rendah.
Meluasnya polusi berita hoax membuktikan bahwa bangsa kita masih belum dapat berpikir kritis. Minimnya intelegensi dan kurangnya akal sehat. Tak hanya berita hoax, viralnya postingan yang berisi propaganda, fitnah hingga penghinaan kepada seorang tokoh tertentu juga membuktikan bahwa bangsa kita masih rendah dalam memahami etika sosial atau etika bermedsos. Tak beradab.
Efek berita hoax dan tipuan medsos sangat dahsyat. Karena berita hoax, orang yang IQ-nya rendah bisa mendadak paling intelek. Orang yang semula toleran menjadi radikal dan ngamukan. Orang yang semula hormat kepada pemimpin menjadi arogan dan represif. Orang yang semula awam mendadak religius dan merasa paling ahli dalam agama. Yang semula hormat kepada ulama menjadi biadab. Yang semula cerdas menjadi idiot.
Jika hoax ini terus dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan negara kita akan hancur. Kita sulit membedakan mana berita fakta dan mana berita palsu. Telah nampak pihak-pihak yang berupaya untuk merusak negara ini dengan memproduksi berita palsu. Mereka adalah hidden hand (tangan tersembunyi) yang berbahaya yang terus-menerus menebarkan dan konfrontasi.
Tak ada kata lain, bagi kita yang sangat cinta dengan negeri ini untuk melawan setiap pemberitaan palsu dan kebohongan. Jika dibiarkan, massifnya berita palsu bisa menjadi ukuran kebenaran dan kebenaran menjadi sesuatu yang dianggap batil.
Agar tidak terbius dan terperangkap berita palsu, perlunya kita meningkatkan ilmu pengetahuan dari sumber-sumber yang terpercaya, melakukan klarifikasi dari sumber-sumber yang lain dan meningkatkan nalar kritisisme.
Untuk membendungnya, perlu kerjasama yang kokoh diantara kita. Melawan berita hoax dengan menyebarkan berita fakta yang berimbang dan melaporkan kepada pihak terkait jika memang berita bohong sengaja dibuat dan disebarkan untuk merusak ketertiban.
Mengutip kalam KH. Mustafa Bisri, jangan diam dalam menghadapi berita bohong. Tak perlu mengalah yang menyebabkan hilangnya kewarasan karena yang waras saat ini bukan lagi untuk mengalah tapi melawan. Jika yang waras terus saja mengalah maka akan banyak manusia yang tidak waras.
Jadi musuh kita bukanlah agama yang berbeda, bukanlah suku yang berbeda dan bukan simbol-simbol kebhinekaan tapi kejahatan hoax yang diproduksi oleh bangsa sendiri untuk merusak negeri sendiri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Hizbut Tahrir memiliki dua bendera, berwarna putih yang disebut Liwa' dan warga hitam yang disebut Rayah. Mereka mengklaim 2 bendera ...
-
Namanya adalah Syeikh Subakir. Seorang mubaligh nusantara dari Persia, Iran. Tak banyak orang tahu dan mengenal nama Syekh Subakir. Padah...
-
Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Infithaar (Terbelah). Surah Makkiyyah; Surah ke 82: 19 ayat “BismillaaHir rahmaanir rahiim. 1. apabila lang...
-
Oleh Suryono Zakka Ada yang mempertanyakan tentang maksud dari Islam moderat. Istilah Islam moderat dipertanyakan karena tidak sesuai d...
-
Soeharto Lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921. Ia lahir dari keluarga petani yang menganut Kejawen. Keyakinan keluarga...
-
Baru-baru ini Nahdlatul Ulama sedang didera ujian berupa fitnah-fitnah dari pihak yang berseberangan dengan Nahdlatul Ulama. Bahkan banya...
-
Anda pasti sering mendengar istilah Cinta ditolak dukun bertindak. Bahkan sebelum menyatakan cinta pun menggunakan jasa dukun, ajian pele...
-
Oleh Rijalul Wathon Al-Madury Sayyid Kamal al-Haydari yg dengan nama lengkap Kamal bin Baqir bin Hassan al-Haydari (السيد كمال بن باقر ...
-
Di dalam Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja Pasai, terdapat sebuah hadits yang menyebutkan Rasulullah menyuruh para sahabat untuk berda...
-
Janganlah memvonis orang yang berziarah kubur lalu peziarah itu mencium nisan kubur dengan tuduhan bid’ah, syirik, khurofat, dll. Kar...
No comments:
Post a Comment