Tuesday, November 13, 2018

Hukum Mengambil Sesuatu Milik Tetangga (Buah) yang Jatuh Ketempat Kita


روضة الطالبين وعمدة المفتين الجزء الثالث صـ ٢٩٢  
الرَّابِعَةُ: مَنْ مَرَّ بِثَمَرِ غَيْرِهِ أَوْ زَرْعِهِ، لَمْ يَجُزْ لَهُ أَنْ يَأْخُذَ مِنْهُ، وَلَا يَأْكُلَ بِغَيْرِ إِذْنِ صَاحِبِهِ، إِلَّا أَنْ يَكُونَ مُضْطَرًّا، فَيَأْكُلَ وَيَضْمَنَ. وَحُكْمُ الثِّمَارِ السَّاقِطَةِ مِنَ الْأَشْجَارِ حُكْمُ سَائِرِ الثِّمَارِ إِنْ كَانَتْ دَاخِلَ الْجِدَارِ. فَإِنْ كَانَتْ خَارِجَهُ، فَكَذَلِكَ إِنْ لَمْ تَجْرِ عَادَتُهُمْ بِإِبَاحَتِهَا، فَإِنْ جَرَتْ بِذَلِكَ، فَهَلْ تَجْرِي الْعَادَةُ الْمُطَّرِدَةُ مَجْرَى الْإِبَاحَةِ؟ وَجْهَانِ. قُلْتُ: الْأَصَحُّ: تَجْرِي. وَالْمُخْتَارُ: أَنَّهُ يَجُوزُ أَكْلُ الْإِنْسَانِ مِنْ طَعَامِ قَرِيبِهِ وَصَدِيقِهِ بِغَيْرِ إِذْنِهِ إِذَا غَلَبَ عَلَى ظَنِّهِ أَنَّهُ لَا يَكْرَهُ ذَلِكَ، فَإِنْ تَشَكَّكَ، فَحَرَامٌ بِلَا خِلَافٍ.

Makna Pesantren

( Yang Keempat ) Orang yang lewat melihat buah  ( yang masih ada dipohon ) atau tanaman orang lain, tidak diperbolehkan baginya untuk mengambilnya dan tidak boleh memakannya tanpa izin dari pemiliknya kecuali dalam keadaan terpaksa, maka ( jika terpaksa ) diperbolehkan baginya untuk memakannya akan tetapi harus mengganti rugi. Adapun hukum mengambil buah-buahan yang terjatuh dari pohonnya, hukumnya sama seperti buah-buahan yang masih ada dipohon apabila ( jatuhnya ) masih berada didalam pagar. Apabila jatuhnya berada diluar pagar, maka hukumnya juga sama jika menurut kebiasaan setempat tidak berlaku kebolehan  memakannya. Kemudian jika menurut kebiasaan setempat diperbolehkan memakannya, apakah kebiasaan yang berlaku tersebut menjadikan diperbolehkannya memakannya ? dalam hal ini terdapat dua wajah pendapat, Aku ( Imam Nawawi ) berkata : menurut pendapat yang lebih sohih, kebiasaan tersebut dapat menjadikan diperbolehkan untuk memakannya. Dan menurut pendapat yang dipilih ( dalam madzhab Syafi’i ) bahwa diperbolehkan bagi seseorang untuk memakan makanan kerabat dan temannya tanpa mendapat izin dari pemiliknya ketika ada dugaan kuat bahwa si pemilik tidak membenci hal itu. Kemudian jika ia ragu, maka haram untuk memakannya tanpa perselisihan Ulama.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...