Tuesday, October 2, 2018

Prabowo diserang Gerombolan Khilafah


Beberapa waktu yang lalu calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto sowan ke kediaman keluarga Gus Dur guna meminta restu atas pencalonannya sebagai capres. Prabowo pun disambut hangat oleh Ibu Sinta Nuriyah dan Yenny Wahid. Ketika ditanya oleh Yenny Wahid tentang isu pergantian sistem menjadi khilafah jika kelak dirinya menang, maka Prabowo menjawab bahwa isu tersebut tidak benar, beliau menjawab bahwa sebagai seorang mantan prajurit maka sampai kapanpun akan memperjuangkan pancasila dan menolak tegas dikaitkan dengan Hizbut Tahrir Indonesia.

Jawaban Prabowo yang secara tegas menolak dakwah khilafah langsung membuat meradang pengikut Hizbut Tahrir Indonesia yang belum lama ini telah dibubarkan. Dalam berbagai akun facebooknya, kader HTI melayangkan kecaman hingga ancaman kepada Prabowo Subianto. Salah satu ancaman yang cukup keras datang dari kader HTI yang bernama Nasruddin Joha.

Berikut ancaman Nasrudin Joha terhadap Prabowo Subianto yang beredar di media sosial


PRABOWO CARI MASALAH 'MEMPERMASALAHKAN KHILAFAH

Oleh: Nasrudin Joha

Prabowo, berani mengulik soal khilafah dengan tendensi 'negatif'. Dia, tidak paham jika instrumen 'loyalis khilafah' mengeluarkan amunisi untuk memberondong kubu Prabowo, selesai sudah. Prabowo, tanpa bantuan kaum oposan, tidak memiliki pijakan kokoh untuk melangkah menuju 2019. Jika Prabowo, berani nyenggol 'khilafah' dengan tendensi negatif, habis sudah.

Prabowo harus paham, beberapa pemahaman sebagai berikut :

Pertama,Prabowo tidak paham apa itu khilafah. Prabowo hanya tahu khilafah, dalam versi negatif sebagaimana diteriakkan rezim dan para begundalnya. Karenanya, tafsir apapun yang disampaikan Prabowo tidak mewakili dan merepresentasikan khilafah yang sesungguhnya.

Kedua, Prabowo harus sadar saat ini elektabilitasnya disokong kaum oposan. Sekali Prabowo membuat garis batas, apalagi menyerang ide khilafah, sudah dipastikan Prabowo tidak akan sibuk menghadapi lawan politik rezim, tetapi Prabowo akan terkunci oleh manuver politik yang tidak perlu ini.

Ketiga, Prabowo harus memanfaatkan momentum dan kekuatan politik oposan, sebagaimana gelaran Pilkada DKI Jakarta. Fokus Prabowo adalah menghadapi rezim, sebagaimana kaum oposan melakukan hal yang sama. Jika Prabowo berani menggeser moncong senapan politik, dan ikut-ikutan membidik khilafah, maka dapat dipastikan "PRABOWO SELESAI SUDAH".

Keempat, mengunggah ujaran negatif terhadap khilafah, memang akan menimbulkan simpati kaum sekuler. Tetapi ingat, kunci kemenangan itu suara Islam. Bunuh diri politik, jika Prabowo berjibaku mengunduh suara kaum sekuler, tetapi menelantarkan suara mayoritas Islam. Ingat, khilafah isu sensitif. Membahas khilafah, bisa meningkatkan sekaligus meruntuhkan elektabilitas. Tinggal Prabowo mau pilihan yang mana.

Tulisan ini hanya pendahuluan, jika Prabowo berani melanggar batas merah, ikut-ikutan mendeskreditkan khilafah, padahal dia juga belum paham rincian khilafah, maka dapat dipastikan Prabowo akan disibukkan mengkonter opini khilafah, ketimbang berfokus untuk melawan ujaran rezim. Ini tentu hanya akan menguras energi, sementara pejuang khilafah itu memiliki energi tak terbatas. Mereka berjuang tanpa bayaran, mereka berjuang dengan motivasi lillahi ta'ala.

Ini adalah ultimatum dari Nasrudin Joha, bagi Prabowo atau siapa saja yang berani mendeskreditkan khilafah. Jangan anggap enteng tulisan ini, analisis politik Nasrudin Joha itu tajam, setajam silet. Ingat jenderal, pembalasan lebih kejam dari perbuatan.

Nasrudin Joha akan menghantui siapapun yang menentang Islam, menentang syariat Islam, menentang ajaran Islam khilafah. Selama ini, Nasrudin Joha hanya berfokus menghantam rezim. Jika diinginkan, nasjo juga masih memiliki banyak amunisi untuk menentang Prabowo dalam waktu bersamaan. Ingat ! Sayatan sosmed itu pedih jenderal !

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...