Sunday, November 11, 2018

Hakikat Takbiratul Ihram


Dalam kehidupannya, setiap manusia selalu beraktifitas, baik secara fisik, maupun psykis. Semua aktifitas tersebut tercerap oleh inderawi dan terekam oleh memori di dalam otak, sehingga ruang memori kita penuh dengan ingatan, gambaran dan kenangan terhadap dunia luar yang kita dengar, lihat, hirup, kecap dan ucap.

Uniknya, gambaran tentang dunia luar yang sedemikian banyak dan besarnya, bisa masuk kedalam ruang memori kita, padahal kepala kita sangat kecil. Contohnya, bentuk mobil yang cukup besar, bisa tergambar dalam memori di otak kita yang kecil, demikian juga gambaran benda-benda lainnya.

Walaupun kita sudah tidak melihat bentuk perwujudan dunia luar tersebut, tapi gambaran tentang perwujudan tersebut akan tetap muncul yang kadang menutupi seluruh ruang memeri otak kita, Hal ini akan menjadi masalah dan memang faktanya sering terjadi, ketika kita melakukan ibadah sholat, semua gambaran tentang perwujudan dunia luar akan muncul memenuhi  ruang memori otak kita.

Maka tak heran ketika kita mengangkat tangan untuk bertakbiratul ihram, justru saat itu ruang memori otak kita sebagian BESAR/AKBAR dipenuhi gambaran tentang duniawi, tegasnya : yang terlihat dalam batin kita adalah BESARNYA MOBIL KITA, BESARNYA RUMAH KITA dan lain sebagainya, sehingga yang kita pandang adalah BESARnya dunia, padahal kita sudah berikrar ALLAHU AKBAR dan sedang bertawajuh ”Sesungguhnya aku hadapkan wajahku ini kepada WAJAH (ALLAH YANG MAHA AKBAR) yang menciptakan langit dan bumi”. Kalau hal ini terus terjadi, bukankah kita mempermainkan ALLAH YANG MAHA BESAR ketika kita bertakbiratul ihram ? Kita hanya bermain-main dengan gambaran-gambaran yang muncul dalam batin kita, padahal kita baru saja berikrar ALLAHU AKBAR ?

Supaya kita tidak terus bermain-main dan mempermainkan ALLAHU AKBAR ketika bertakbiratul ihram, maka pahamilah hakikat Takbiratul Ihram sebagai sarana untuk meng-AKBAR-kan Nur-Nya dalam diri.

Takbir al Ihram terdiri dari dua kata.  Takbir = Membesarkan. Ihram = Larangan. Ketika kita mengangkat tangan untuk bertakbirratul ihram, maka sesungguhnya kita sedang mem-BESARkan atau meng-AKBAR-kan ALLAH, (bukan justru membesarkan gambaran dunia dalam memori di otak kita) dengan cara MELARANG (meng-IHRAM-kan) ruang memori kita dari gambaran dunia sekecil apapun. Kalau hal ini bisa terlaksana dengan baik, maka kita akan melihat Kehadiran NUR ALLAH YANG MAHA BESAR MENYELIMUTI BUKAN HANYA DI SEBATAS KEPALA KITA, TETAPI DISELURUH DIRI KITA DAN SEMESTA INI,sehingga BYARRR terang benderanglah diri ini dengan NUR ILAHI dan dijauhkan dari KEGELAPAN (PET).

“Allah adalah Cahaya  langit dan bumi. Perumpamaan Cahaya-Nya, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus , yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya) , yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS 24 : 35)

”Hai orang-orang yang beriman, kembali bertemu dengan Allah dengan kembali bertemu dengan sebenar-benarnya. Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam Jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai (Cahaya), pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia; sedang Cahaya Allah  memancar di hadapan mereka dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah, Cahaya-Mu yang kami lihat, dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS 66 : 8. )

Ya Allah Ya Tuhan kami, kami bermuhasabah dan bermunajat di hari ini, untuk melaksanakan istiqomah pada Jalan Cahaya, yang telah Engkau berikan kepada kami melalui para Pembimbing kami.

Ya Allah Ya Tuhan kami, Engkau telah menunjukkan kepada kami Jalan Lurus menuju Cahaya-Mu, tetapi selama ini kami sering lalai untuk beristiqomah pada Jalan yang telah Engkau berikan itu kepada kami.

Ya Allah Ya Tuhan kami, Engkau telah banyak memberikan kenikmatan dan kebahagiaan dalam hidup kami. Engkau telah memberikan kepada kami orang tua, suami, istri, anak, harta, usaha serta pekerjaan yang layak untuk hidup kami. Tetapi kami seringkali tidak mensyukuri apa yang telah Engkau berikan itu kepada kami.

Ya Allah Ya Tuhan kami, sesungguhnya kehidupan dunia yang kami jalani, seringkali melalaikan kami untuk beristiqomah pada jalan yang telah Engkau berikan kepada kami. Oleh karena itu Ya Allah, berikanlah kekuatan kepada kami untuk tetap beristiqomah pada jalan-Mu, sampai akhir hayat kami.

Ya Allah Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menyiksa kami, jika kami lupa atau kami bersalah. Dan janganlah Engkau pikulkan kepada kami beban yang berat, sebagaimana telah Engkau pikulkan kepada orang-orang sebelum kami.

Ya Allah Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami.

Robbana zholamna anfusanaa, wa ilam taghfir lanaa wa tarhamnaaa lanaa kunana minal khoosiriin

Ya Allah Ya Tuhan kami, selama ini kami telah menggelapkan diri kami dan sekiranya Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, tentulah kami termasuk orang-orang yang merugi.

Robbanaa laa tuzigh qulubanaa ba’daidz hadaitanaa. Wahablanaa min ladunka rohmatan innaka antal wahab.

Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan qalbu kami condong kepada kesesatan, sesudah Engkau memberi Cahaya Petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi Karunia.

Robbanaa innanaa aamannaa faghfirlanaa dzunuubanaa waqinaa ‘adzabannaar.

Ya Allah Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah kesalahan kami dan lindungilah kami dari derita An Naar.

Allahummaj’ali nuuron fii qolbi. Wa nuuron fii qobri. Wa nuuron fii sam’i. Wa nuuron fii bashori. Wa nuuron fii sya’ri. Wa nuuron fii lahmi. Wa nuuron fii dami. Wa nuuron fii ‘idhomi. Wa nuuron min baina yadaya. Wa nuuron min kholfi. Wa nuuron ‘an yamini. Wa nuuron ‘an syimali. Wa nuuron min fauqi. Wa nuuron min tahti. Waj’alna fii nafsi nuuron. Birrohmatika ya arhamarrohimin.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...