Thursday, November 15, 2018

Kisah Ummu Yusuf: Penjual Kopi yang Anaknya Mati oleh Rudal Pemberontak Suriah


Oleh Gus Lion Fikyanto (PCI NU Syiria)

Mungkin dialah wanita satu-satunya penjual kopi dan teh di pinggiran jalanan yang berada di Bab Tuma atau bahkan Damaskus dan seluruh Suriah, sepanjang 7 tahun aku hidup di Damaskus, baru kali ini aku mengetahui bahwa yang berjualan seorang wanita apalagi dipinggir jalan, Karena secara umum profesi seperti ini dilakukan oleh seorang lelaki baik muda ataupun tua, setiap pelanggan yang menikmati secangkir kopi atau teh miliknya banyak yang bertanya, "apakah tidak ada pekerjaan lain selain menjual kopi dan teh dipinggir jalan seperti ini wahai Umm Yusuf?"

Pertanyaan seperti macam ini kadang ia hiraukan begitu saja, ungkapan dan pertanyaan berulang sama sekali tidak mempengaruhi dirinya, apa yang ia suka akan ia dengarkan dan ia respon, apa yang ia anggap tidak suka ia akan diamkan dan acuhkan saja.

Ummu Yusuf, seorang ibu yang kini hidup sebatang kara, kini berjualan kopi, teh, dan minuman hangat lainnya seperti zuhurat (minuman khas Suriah yang terbuat dari ekstrak dedaunan asli ) di atas mobil vans lawas miliknya, di pelataran bunderan Bab Tuma/Thomas Gate ( salah satu dari 7 gate yang mengitari kota tua Damaskus ).


Ia mulai harinya dengan membuka mobil Volkswagen nya yang terlihat begitu tua termakan oleh waktu, merebus air lalu menyiapkan cangkir-cangkir minuman untuk melayani para pelanggan yang sudah terbiasa dengan racikan kopi atau teh dan zuhurat nya, dimana para sopir angkotan umum serta pengendara adalah pelanggan utama yang tidak lepas akan kopi Ummi Yusuf setiap harinya.

Ummu Yusuf memilih untuk berjualan kopi karena dua hal, yang pertama ia tidak sanggup untuk terikat dengan jam sebuah pekerjaan tertentu karena ia seringkali kelelahan dan segera beristirahat kapanpun ada waktu yang ia inginkan, dan yang kedua, sebagaimana ia menyebutkan bahwa ia ingin menjadi tuan bagi dirinya sendiri dan tidak ingin diatur oleh siapapun dengan waktu & syarat-syarat tertentu, maka dari itu sering membuka VW nya kapanpun ia mau dan dimanapun tempat yang ia inginkan meski hanya sebatas berjualan kopi yang sangat sederhana.

Foto semata wayang anaknya lah yang menemani hari-hari nya, dan menguatkan nya diumur yang sudah begitu senja mengais rejeki demi sesuap nasi yang baik dan halal, Yusuf, adalah anak satu-satunya yang telah meninggal dunia disebabkan rudal tak bermata milik para terroris pemberontak yang selalu menghujani Bab Tuma dan Ibukota Damaskus setiap harinya, di sepanjang tahun konflik, rentang 2013 hingga awal 2018, Bab Tuma merupakan daerah yang paling sering terkena dampak hujan mortar setiap harinya, karena disanalah pemukiman umat Kristen begitu padat dan bisa disebut pusat pemukiman dan tempat peribadatan mereka, Bab Tuma memang tempat sangat rawan, karena berbatasan langsung dengan Jobar yang merupakan pintu gerbang menuju masuk ke wilayah para pemberontak hingga menembus Duma & Ghutoh Timur.


Masih teringat begitu jelas, di penghujung tahun 2017 lalu, aku menemani salah satu rekan pegawai kedutaan besar republik Indonesia yang juga kebetulan ia memeluk agama Kristen, di hari itu, malam perayaan Natal begitu ramai memenuhi seluruh pelosok Bab Tuma, di Gereja-gereja, gang jalanan hingga di taman atau bundaran umum serta kafe-kafe. Dibawah rintik-rintik hujan yang juga begitu dingin menusuk, kami mengelilingi Bab Tuma dengan perasaan was-was dan khawatir, bagaimana tidak? Disaat acara berlangsung suara dentuman dan ledakan yang kuat memekakkan telinga berulang kali membuat jantung begitu berdebar lebih kencang dari biasanya. Hanya saja kami dan Rakyat Suriah menolak takut akan terror para penjahat bertopeng Agama dan menjalani aktivitas dengan biasa.

Inilah foto satu-satunya milik Yusuf yang ia miliki, sebelum Yusuf meninggal dunia, Yusuf adalah anak yang menderita lumpuh total, itulah sebab utama atau alasan lain mengapa ia hanya berjualan kopi seadanya, yakni karena harus merawat Yusuf yang tidak dapat ditinggal dalam waktu lama di rumah seorang diri.

"Yusuf meninggal 2 tahun lalu, terkena dampak serangan mortar membabi-buta para pemberontak, saat ini hanya fotonya lah yang menemani hari-hari nya dan setiap waktunya, ia simpan begitu erat di hati dan juga dompenya" raut wajahnya tampak begitu tegar sambil tetap tersenyum meski lelah dan begitu sedih akan ditinggal seorang diri dari anak dan suami tercinta nya.

Meski kini hidup seorang diri, Ummu Yusuf memiliki banyak teman dari para penduduk setempat dan juga para pelanggan kopi racikannya, mereka sudah terbiasa membeli dan menikmati kopi buatannya, mereka jugalah yang menghibur hari-hari nya untuk tetap menghadapi dan menjalani hari dengan penuh semangat dan optimis, jika Ummu Yusuf tidak membuka kedai kopi Vans nya, maka banyak pelanggan tidak membeli dan meminum kopi di tempat lain hingga terkadang mereka menunggu hingga Ummu Yusuf kembali.

Jadi teringat ibu di Kampung, ampuni & maafkan keterbatasan hamba ya Allah ... yang belum mampu menjaga serta merawat Ibu hamba hingga detik ini.
semoga para pahlawan pejuang seperti Ummu Yusuf dan seluruh Ibu yang hingga kini berjuang seorang diri, diberi Umur panjang, sehat wal afiyat lahir batin, serta rejeki yang melimpah.

Postingan ini saya translate dari FP Tourism in Syria, meski saya belum bertemu Ummu Yusuf, saya berjanji jika lewat Bab Tuma akan membeli kopi buatannya, syukur-syukur bisa bantu sedikit. Temen-temen yang mau nitip juga boleh, diniatkan semoga jadi lantaran amal baik kita dan menjaga Ibu kita yang masih hidup, serta merahmati jika sudah tiada. Aamiiiin.

Damaskus 16-10-2018

Al-Faatihah Liruhi Yusuf Ibni Ummi Yusuf

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...