" Cendekiawan Indonesia yang hadir dalam konferensi tersebut adalah Prof. Dr. Dicky Sofjan dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia juga merupakan anggota Association of Asian Studies (AAS) dan anggota British Association of Islamic Studies (BRAIS) serta anggota Asia Public Intellectuals (API). Selain itu hadir pula Gus Nuril dari Nahdatul Ulama dan Haidar Alwi."
Republik Islam Iran menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-32 yang diselenggarakan selama tiga hari di Tehran. Lebih dari 350 tokoh dan ulama dari 100 negara dunia termasuk dari Indonesia menghadiri konferensi yang mengusung tema "al-Quds, Poros Persatuan Umat" ini.
Mereka berkumpul dalam rengka mencari solusi atas berbagai persoalan yang sedang dihadapi oleh Dunia Islam. Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-32 yang diprakarsai oleh Iran ini mempunyai posisi yang lebih penting dari periode-periode sebelumnya. Hal ini mengingat adanya situasi yang sangat sensitif dan persoalan besar yang sedang dihadapi oleh Dunia Islam.
Di antara tokoh-tokoh dan cendekiawan Indonesia yang hadir dalam konferensi tersebut adalah Prof. Dr. Dicky Sofjan dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia juga merupakan anggota Association of Asian Studies (AAS) dan anggota British Association of Islamic Studies (BRAIS) serta anggota Asia Public Intellectuals (API). Selain itu hadir pula Gus Nuril dari Nahdatul Ulama dan Haidar Alwi.
Konferensi Internasional Persatuan Islam juga menjadi kegiatan tahunan di Iran menandai Pekan Persatuan Islam. Hari Selasa, 20 November 2018 bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1440 H, adalah hari kelahiran Nabi Muhammad Saw – menurut riwayat Ahlu Sunnah – dan di hari itu dimulai Pekan Persatuan Islam.
Mazhab Ahlu Sunnah wal Jamaah berpendapat, Rasulullah Saw lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal, sementara Mazhab Syiah berpendapat kelahiran beliau jatuh pada tanggal 17 Rabiul Awal. Menyusul perbedaan pendapat ini, Republik Islam Iran menetapkan rentang waktu antara 12-17 Rabiul Awal sebagai Pekan Persatuan Islam, dan menjadikannya sebagai momentum untuk mempererat persatuan di tengah Kaum Muslimin.
Pekan Persatuan Islam merupakan sebuah kesempatan untuk mengkaji lebih jauh tentang urgensitas persatuan dan solidaritas Dunia Islam, terutama di masa sekarang yang sarat dengan fitnah dan konflik. Meskipun umat Islam memiliki banyak mazhab dan berbeda pandangan dalam sebagian masalah hukum, namun mereka menyimpan banyak persamaan seperti, keyakinan kepada Tuhan yang satu, al-Quran, Rasulullah Saw dan kiblat yang sama. Umat Islam juga memiliki pandangan yang sama dalam pelaksanaan ibadah-ibadah wajib seperti, shalat, puasa, haji, zakat dan lain-lain.
"Ketika dunia tenggelam dalam kegelapan jahiliyah dan kebohongan, Allah Swt menganugerahkan seluruh umat manusia cahaya Nabi Muhammad Saw. Hari ini juga, jika kita mengikuti cahaya ini, ia akan menuntun kita menuju keselamatan dan kesejahteraan," kata Ayatullah Khamenei.
"Perkuatlah gerakan Kebangkitan Islam dan resistensi di kawasan (Asia Barat) semampu kalian, karena satu-satunya cara menyelamatkan kawasan adalah mempromosikan pemikiran dan spirit ini," tambahnya.
Mengacu pada ketakutan kekuatan dunia dari kebangkitan bangsa-bangsa Muslim, Rahbar menuturkan, dimana pun Islam telah menguasai hati dan jiwa masyarakat, di situ kekuatan arogan terkena tamparan dan sekali lagi mereka akan terkena tamparan dari Kebangkitan Islam di kawasan.
Sayangnya, lanjut Rahbar, beberapa negara regional justru mengikuti Amerika Serikat daripada mengikuti Islam dan al-Quran.
"Karena esensi arogansinya, AS telah menghinakan negara-negara tersebut dan seperti yang disaksikan semua orang, presiden AS menyamakan para penguasa Saudi sebagai sapi perah," tambahnya.
Menurutnya, penghinaan seperti itu telah merendahkan rakyat Arab Saudi dan bangsa-bangsa Muslim regional. "Beberapa penguasa Islam mengikuti AS dalam dua kejahatan di Palestina dan Yaman, tetapi kemenangan secara pasti akan menjadi milik rakyat Palestina dan Yaman. AS dan pengikutnya akan kalah dalam peristiwa ini," ungkap Ayatullah Khamenei.
Rahbar menganggap kekuatan Amerika dan rezim Zionis di kawasan sudah jauh lebih lemah dari sebelumnya. Rezim Zionis, jelasnya, menelan kekalahan dari Hizbullah Lebanon pada perang 33 hari. Dua tahun kemudian, Israel hanya mampu bertahan 22 hari dalam menghadapi Palestina dan pada perang berikutnya di Gaza, Israel bertahan 8 hari, dan pekan lalu rezim Zionis mengalami kekalahan setelah 2 hari menghadapi kubu perlawanan Palestina.
"Semua peristiwa ini mengindikasikan kelemahan terus-menerus rezim Zionis," tegasnya. Berbicara tentang perlawanan 40 tahun bangsa Iran di tengah semua kesulitan dan tekanan, Ayatullah Khamenei menandaskan Amerika dan Israel berbuat kesalahan jika mengancam bangsa Iran. (RA)
http://parstoday.com/id/news/indonesia-i64656-foto_kegiatan_peserta_konferensi_persatuan_islam_dari_indonesia
No comments:
Post a Comment