Khutbah adalah salah satu rukun ibadah. Karena itu ada syarat rukun dan adab khutbah yg harus dipenuhi. Dalam Sholat Jum'at, khutbah menjadi syarat syahnya sholat.
Namun demikian, mungkin pernah kita jumpai khutbah yang berisi hinaan bahkan caci maki.
Sejak kapan caci maki ada ? As-Suyuti menjelaskan dalam kitabnya :
ﻛﺎﻥ ﺑﻨﻮ ﺃﻣﻴﺔ ﻳﺴﺒﻮﻥ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻃﺎﻟﺐ ﻓﻲ اﻟﺨﻄﺒﺔ ﻓﻠﻤﺎ ﻭﻟﻲ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻌﺰﻳﺰ ﺃﺑﻄﻠﻪ، ﻭﻛﺘﺐ ﺇﻟﻰ ﻧﻮاﺑﻪ ﺑﺈﺑﻄﺎﻟﻪ، ﻭﻗﺮﺃ ﻣﻜﺎﻧﻪ: {ﺇﻥ اﻟﻠﻪ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﻟﻌﺪﻝ ﻭاﻹﺣﺴﺎﻥ} اﻵﻳﺔ، [ اﻟﻨﺤﻞ: 90]
Bani Umayyah mencaci maki (Sayidina) Ali bin Abi Thalib saat khutbah. Ketika Umar bin Abdul Aziz memimpin menghapus hal itu dan mengirim surat kepada semua pejabat agar menghapusnya dan mengganti dengan membaca ayat:
اِنَّ اللّٰهَ يَأۡمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَآىِٕ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (An-Naĥl: 90)
ﻓﺎﺳﺘﻤﺮﺕ ﻗﺮاءﺗﻬﺎ ﻓﻲ اﻟﺨﻄﺒﺔ ﺇﻟﻰ اﻵﻥ.
Membaca ayat ini tetap berlangsung hingga saat ini. (Al-Hafidz As-Suyuthi, Tarikh Al-Khulafa' 1/182).
Atas dasar itulah, ada larangan khutbah yg berisi caci maki. Dikalangan khotib NU wasiat dalam surat An Nahl ayat 90 selalu dibaca di akhir khutbah.
Disadur dari KH. Ma'ruf Khozin
Aswaja Center Jawa Timur
No comments:
Post a Comment