Tuesday, February 27, 2018
Mengapa PKI Terasa Lebih Seram dari DI/TII?
Oleh Suryono Zakka
Ketika mendengar kata PKI pasti kita akan merasakan ketakutan. Yang terbayang adalah penyiksaan atau pembunuhan secara biadab sebagaimana yang digambarkan dalam film G 30 S/PKI. Ketika mendengar kata-kata komunis maka yang terekam dalam benak kita adalah ideologi anti Tuhan atau anti agama yang hobinya tukang jagal manusia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa PKI telah mengukir sejarah yang sangat pahit dinegeri ini. Tidak salah jika kemudian PKI dianggap telah berbuat dosa besar yang takkan termaafkan. Karenanya, ditetapkan oleh negara sebagai partai terlarang untuk selama-lamanya. Siapa yang mencoba menghidupkan kembali ideologi ini di NKRI pasti dengan cepat akan segera ditumpas habis tak bersisa.
Membandingkan PKI dengan gerakan separatis radikal lainnya semacam DI/TII, PRRI/Permesta dan sejenisnya mungkin kita anggap tidak pada tempatnya. Sangat beda jauh. DI/TII bernuansa syariah, berlabel Islam bahkan dianggap memiliki tujuan mulia yakni menerapkan syariat Islam secara kaffah. Dan ideologi ini serasa bagian dari ajaran agama kita yang wajib untuk kita tegakkan. Bagi yang tidak paham mengenai syariah dan politik Islam tentu akan terbawa ideologi DI/TII karena dianggap bagian dari ajaran Islam. Yang jelas hanya ideologi PKI yang menggambarkan ideologi anti Tuhan.
Jika kita mau jujur, seluruh pemberontakan dinegeri ini tentu sangat berbahaya baik yang berlabel agama maupun non agama. Bukan hanya PKI yang pernah melakukan pemberontakan untuk mewujudkan ideologinya baik skala kecil, menengah bahkan hingga nasional.
Ideologi PKI sama bahayanya bahkan sama biadabnya dengan ideologi DI/TII. Jika ideologi PKI anti Tuhan namun DI/TII mengaku sebagai satu-satunya ideologi milik Tuhan. Dua ideologi yang saling antagonistis. Bahayanya PKI menolak kuasa dan eksistensi Tuhan sedangkan bahayanya DI/TII mengklaim sebagau perpanjangan dari tangan Tuhan. Karenanya, DI/TII akan mengkafirkan umat Islam yang belum atau tidak melakukan formalisasi Islam. Dalam ajaran Islam, ajaran yang gemar menuduh kafir umat Islam lainnya dianggap sebagai doktrin radikal, ekstrim dan memiliki tingkat bahaya yang juga tak dapat diremehkan.
Bukan hanya ideologi PKI yang berbahaya. Jika kita paham mengenai ajaran Islam yang sebenarnya maka tentu ideologi DI/TII juga berbahaya walau memiliki merk syariah. Yang mereka klaim adalah syariah palsu karena Islam yang benar adalah Islam yang moderat, toleran, tidak mengkafirkan umat Islam serta tidak menjadikan Islam hanya sebatas politik formal.
Letupan PKI memang terasa lebih menakutkan dibandingkan DI/TII. Mengapa ini terjadi? PKI memang berdosa bagi bangsa ini namun jika hanya menimpakan segala kejahatan kepada PKI tentu kurang bijak. Sejarah yang telah terjadi memang diskenariokan oleh rezim tertentu agar menjadi momok dan hantu yang paling menakutkan.
Skenario rezimlah yang akhirnya menyebabkan PKI terlihat lebih kejam dibandingkan sparatis dan pemberontak lainnya. Rezimlah yang sebenarnya ingin membantai rakyat namun dengan memperalat PKI. Ibaratnya, seseorang yang memukul atau menampar orang dengan meminjam tangan orang lain.
Siapakah rezim yang memperalat PKI untuk membantai rayat agar ambisi kekuasaannya bisa tercapai dan langgeng? Kita bukan pelaku sejarah namun hanya mampu menganalisa sebatas pengetahuan kita dengan membaca buku-buku sejarah walau buku sejarah yang benar tidak ditulis dan tidak pernah diterbitkan demi menutupi kekuasaan rezim.
Apakah Soekarno atau Soeharto yang telah memperalat PKI? Sulit untuk memastikannya karena kita hanya bisa membaca sejarah yang sepenggal-sepanggal dan sulit mencari versi yang benar. Menurut Orba, Soekarno dan PKI-lah yang paling berdosa. Menurut versi Orla, Soeharto yang disebut paling bertanggungjawab atas meletupnya kebiadaban PKI.
Citra PKI sebagai biang pembunuhan massal semakin lengkap karena PKI dipahami sebagai ideologi atheis atau anti agama. Orang yang terlibat PKI dianggap atheis sehingga dengan bengisnya membantai manusia karena dianggap tidak mempercayai alam akhirat.
Kita tahu dalam beberapa lembaran sejarah bahwa tokoh PKI di Indonesia beragama Islam sehingga tidak dapat dianggap sebagai anti Tuhan atau tidak mengenal agama. Muso, Tan Malaka, Semaun, Aidit dan sebagainya adalah orang yang dianggap taat beragama. Kurang tepat jika setiap yang berideologi komunis menganut paham atheis. Atheis bisa saja membonceng ideologi komunis namun bukan berarti setiap yang komunis berpaham atheis atau sebaliknya.
Tokoh-tokoh PKI pada mulanya adalah aktif dalam organisasi Sarekat Islam (SI). Keterlibatan anggota Sarekat Islam dalam tubuh PKI menyebabkan terbentuknya dua friksi SI yakni SI Merah (pro PKI) dan SI Putih (anti PKI).
Keterlibatan tokoh SI dalam ormas PKI sangat menarik untuk dibahas. Karena mereka muslim, tentu ada persinggungan antara ideologi Islam dan Komunisme. Memahami Islam dengan tafsir Komunis yang akhirnya Tokoh-tokoh PKI ini berupaya menggantikan ideologi Pancasila dengan haluan Komunisme. Komunisme merupakan ideologi pembelaan terhadap kaum tertindas (mustadh'afin) dan ini serasi dalam beberapa ayat Al-Qur'an yang juga membela kaum lemah dan tertindas. Pendekatan tafsir tentang Islam dengan pendekatan Komunisme merupakan penyimpangan yang akhirnya PKI menghalalkan segala cara untuk menegakkan ideologinya.
Pemberontakan DI/TII merupakan pemberontakan yang tak kalah ganasnya dengan PKI. Pernah memberontak berskala nasional yang juga menguras energi pemerintah untuk memadamkannya. Walau DI/TII telah hangus namun ujicoba pemberontakan bergaya DI/TII tidak akan pernah sirna. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang ditetapkan pemerintah sebagai partai terlarang sebagaimana PKI memiliki label yang sama dengan DI/TII yakni formalisasi syariah walau dalam bentuk yang berbeda. Jika DI/TII bersifat nasional keindonesiaan sedangkan HTI bersifat internasional Pan-Islamisme.
Ideologi radikalis ala khilafah yang pernah muncul bukan hanya DI/TII atau HTI. Jabat Nusrah (ISIS) dan Al-Qaeda juga berupaya untuk menegakkan formalisasi syariah. Beberapa tempat di Timur Tengah yang dicengkeram kelompok ini seperti Suriah, Irak dan Afghanistan mengalami kerusakan yang amat parah seperti peperangan, pembunuhan dan penjarahan.
Untuk mengantisipasi gerakan radikal berbungus agama ini, negara kita melalui ormas Nahdlatul Ulama menawarkan konsep Islam ramah yakni Islam moderat ala Islam Nusantara. Konsep Islam Nusantara bukan agama dan tidak akan pernah menjadi agama. Sebuah konsep yang mencitrakan bahwa Islam adalah agama damai, adaptatif terhadap budaya lokal dan tidak merusak kearifan lokal. Konsep ini lahir untuk membendung radikalisme, takfirisme dan terorisme yang saat sudah kian parah terjadi di Timur Tengah yang kemudian efeknya terada dinegara kita. Kelompok Jihadis-radikalis mulai gencar mengasong produk takfirinya didalam negeri dan jika tidak dibendung maka tidak menutup kemungkinan kondisi negara kitapun akan dilumat oleh kelompok takfiri ini.
Dengan demikian, dua ideologi besar diatas sama bahayanya karena bercita-cita mengganti ideologi Pancasila yang sah. Jika PKI sudah tamat riwayat dan kini menjadi "hantu gentayangan" ala zombie karena ada pihak-pihak yang membangun opini bahwa PKI bangkit kembali. DI/TII dan HTI pun berhasil dipadamkan oleh pemerintah. Walau demikian riak-riak gelombang radikalisme berkedok syariah masih tetap ada dan upaya untuk bangkit kembali tidak dapat diabaikan. Buktinya, walau ormas khilafah secara resmi telah dibekukan namun simbol-simbolnya masih bisa kita saksikan sampai hari ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Risalah ‘Amman (رسالة عمّان) dimulai sebagai deklarasi yang di rilis pada 27 Ramadhan 1425 H bertepatan dengan 9 November 2004 M oleh...
-
Salam atasmu, wahai pendeta Kristen yang menangisi, memuliakan dan membersihkan kepala Imam Hussain AS. اَلسَّلامُ عَلَيْكَ يا اَبا عَب...
-
Oleh: Muhammad A S Hikam "Kang, kemarin saya mampir ke makam mBah Kerto." "MBah Kerto yang mana, Gus?" "Lh...
-
Janganlah memvonis orang yang berziarah kubur lalu peziarah itu mencium nisan kubur dengan tuduhan bid’ah, syirik, khurofat, dll. Kar...
-
روضة الطالبين وعمدة المفتين الجزء الثالث صـ ٢٩٢ الرَّابِعَةُ: مَنْ مَرَّ بِثَمَرِ غَيْرِهِ أَوْ زَرْعِهِ، لَمْ يَجُزْ لَهُ أَنْ يَأْخُ...
-
Kitab Fathul Izar adalah karya ulama Nusantara. KH. Abdullah Fauzi Pasuruan. Menerangkan tentang perihal nikah dan yang berkaitan dengan ...
-
Beliau (Sofyan Tsauri) sampai berani bersumpah atas nama ALLAH bahkan berani Bermubahalah jika ada yang menuduh dia berdusta atas apa yan...
-
Ada sebuah peristiwa yang sampai saat ini masih saja membekas dalam ingatan tentang beliau. Malam itu, ketika aku duduk berdesak-desak de...
-
Sejak ditemukannya situs bahtera Nabi Nuh oleh Angkatan Udara Amerika serikat, tahun 1949, yang menemukan benda mirip kapal di atas Gunun...
-
Seorang tokoh dan cendekiawan terkemuka Indonesia mengapresiasi upaya dan peran Republik Islam Iran untuk mempersatukan umat Islam tanpa ...
Islam itu satu , tidak ada jamaah sana sini baik Nu, Muhammadiyah ,persis . Tujuannya sama .
ReplyDeleteSaya sih sebenarnya setuju dengan tujuan di/tii untuk mendirikan negara islam.Tapi kalo pki saya say no.Islam itu agama yang benar, jadi jika ada yang menumpasnya itu adalah kafir atau anti islam
ReplyDelete