Sunday, March 25, 2018

Perlukah Ayat Al-Qur'an dihafal?


Oleh Suryono Zakka

Mungkin sebagian diantara kita bertanya-tanya mengapa umat Islam menghafal Al-Qur'an? Padahal sudah ada android atau aplikasi digital Al-Qur'an namun masih saja umat Islam menghafal Al-Qur'an. Semakin hari semakin tumbuh pesat majelis-mejelis, pondok pesantren dan lembaga pendidikan Islam yang memprioritaskan pada hafalan Al-Qur'an. Adakah manfaat yang didapat dari menghafal Al-Qur'an? Baiklah, akan kita kaji bersama mengapa umat Islam menghafal Al-Qur'an.

Sebagai kitab wahyu dari langit (samawi), Al-Qur'an telah mendapat jaminan dari Allah bahwa keberadaanya akan senantiasa terjaga hingga akhir zaman. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah yang berbunyi:

اِنَّا نَحْنُ  نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰـفِظُوْنَ

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. [QS. Al-Hijr: Ayat 9]

Ayat diatas merupakan jaminan tentang terjaganya kemurnian Al-Qur'an setiap waktu. Redaksi diatas menggunakan kata nahnu (Kami) ketika merujuk kepada Allah yang berarti Kami kata Allah, akan selalu menjaga Al-Qur'an karena Allahlah yang telah menurunkannya.

Dalam kajian linguistik Arab, kata kami bermakna pengagungan bukan barmakna Allah yang banyak atau lebih dari satu walau terkadang dalam ayat yang lain, Allah menyebut diri-Nya dengan kata aku atau menggunakan lafadz Allah.

Pemakaian kata Kami didalam Al-Qur'an dimaknai juga bahwa pelaku terjadinya sesuatu melibatkan banyak pihak sehingga terjadilah proses sunnatullah. Sunnatullah berarti hukum yang membuat terjadinya sesuatu atau komando utama adalah Allah namun terjadi dengan sistem sebab akibat dari makhluk Allah.

Kata Kami yang menurunkan adz-Dzikr (Al-Qur'an) berarti yang menurunkan Al-Qur'an selaku komando utama namun turunnya Al-Qur'an melalui proses sunnatullah yakni melibatkan hamba-Nya. Mulai diturunkan oleh malaikat dari lauhul mahfudz secara sekaligus hingga ke Langit Dunia kemudian diturunkan oleh malaikat Jibril dari Langit Dunia kebumi secara berangsur-angsur dalam rentang dua puluh tiga tahun.

Selain karena inspirasi banyaknya ganjaran dan keutamaan menghafal Al-Qur'an, menghafal Al-Qur'an adalah proses penjagaan Al-Qur'an. Sebagaimana ayat diatas, Kamilah yang menjaganya bermakna para penjaga Al-Qur'an adalah hamba-hamba Allah yang mencintai-Nya sehingga sangat mencintai pula kitab Al-Qur'an.

Dengan ayat diatas, Allah mengundang dan mempersilakan hamba-Nya siapa saja jika ingin menjadi bagian dari para penjaga Al-Qur'an maka hafalkanlah. Jadi, walau komando utama penjaga Al-Qur'an adalah Allah namun Allah hendak memuliakan hamba-Nya bagi siapa saja yang ikhlas dan berlelah-lelah menjaga firman-Nya.

Dengan diundangnya hamba-hamba pilihan Allah yang bersedia menghafal Al-Qur'an bukan berarti Allah membutuhkan makhluknya. Allah sama sekali tidak butuh terhadap makhluk namun makhluk-Nyalah yang sangat berharap dan bergantung kepada-Nya. Dengan undangan ini, maka Allah ingin memuliakan hamba-hamba-Nya yang shalih dan bertakwa melalui penjagaan Al-Qur'an.

Ketika umat Islam menghafal Al-Qur'an bukan berarti Allah mendapatkan keuntungan dan kemanfaatan dari perilaku makhluknya. Dan ketika umat Islam enggan untuk menghafal Al-Qur'an bukan berarti juga Allah mendapatkan kerugian, apes atau merasa dirugikan. Allah tidak pernah dirugikan oleh hamba-hamba-Nya.

Allah hendak memuliakan hamba-hamba-Nya bagi siapa saja yang layak untuk dimuliakan-Nya. Umat Islam adalah umat yang mulia, memiliki nabi yang mulia dan sangat selaras jika ikut menjagakitab yang paling mulia yakni Al-Qur'an. Jadi yang mendapatkan kemanfaatan dan keuntungan dari menghafal Al-Qur'an bukan Allah namun hamba itu sendiri.

Dikatakan menghafal Al-Qur'an berarti adalah bagian dari menjaga Al-Qur'an. Karena proses penjagaan Al-Qur'an melalui hafalan Al-Qur'an maka dengan banyaknya penghafal, Al-Qur'an senantiasa terjaga dari pemalsuan, pengurangan dan penambahan ayat yang bisa saja terjadi.

Adanya para hafidz dan hafidzah, Al-Qur'an takkan bisa dipalsukan. Siapa saja yang menambahi, mengurangi dan mengganti ayat Al-Qur'an dengan ayat palsu maka pasti akan ketahuan. Akan menjadi lain jika tidak ada satupun yang hafal Al-Qur'an maka pasti Al-Qur'an dapat digubah oleh siapapun.

Uniknya Al-Qur'an adalah mudah dihafal oleh usia dan kalangan manapun. Hak ini berbeda dengan kitab-kitab lainnya yang tak satupun orang hafal secara keseluruhan. Jadi Al-Qur'an bukan berasal dari bahasa Arab biasa melainkan bahasa Arab yang sudah baku, fasih dan pilihan kata yang bermutu tinggi. Dari generasi ke generasi, Al-Qur'an selalu dihafal sehingga tidak akan musnah dari muka bumi.

Walau mesin digital dan aplikasi android Al-Qur'an telah ada, bukan berarti menghafal Al-Qur'an tidak diperlukan lagi. Justru dengan banyaknya aplikasi Al-Qur'an maka diperlukan lebih banyak lagi hafidz-hafidzah agar mereka mampu menyeleksi dan mendeteksi jika kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penulisan dan cetak. Android dan aplikasi hanya mesin yang bisa saja hilang, rusak dan musnah. Ketika aplikasi rusak atau non aktif maka aplikasi Al-Qur'an pun akan hilang. Jadi walau simpel, modernis dan stylish, aplikasi Al-Qur'an tidak adaptable dan praktis karena tidak dapat dipakai dalam semua keadaan.

Pembuat aplikasi Al-Qur'an juga seorang hafidz-hafidzah atau minimal orang yang paham tentang penulisan ayat Al-Qur'an dengan mesi digital. Oleh karenanya, dengan pesatnya dunia digital maka dibutuhkan banyak pula hafidz-hafidzah yang bertugas membuat aplikasi Al-Qur'an yang juga paham mengenai sistem penulisan Al-Qur'an dengan mesin digital. Jadi, dimanapun berada, para hafidz hafidzah sangat dibutuhkan dan tidak akan pernah tidak dibutuhkan.

Alasan lain mengenai perlunya menghafal Al-Qur'an adalah mempermudah prosesi dakwah. Dakwah orang yang hafal Al-Qur'an akan lebih mudah dalam mengutip ayat tanpa harus mencari mushaf Al-Qur'an. Jadi hafidz-hagidzah dibutuhkan dalam kondisi apapun, kapanpun dan dimanapun. Al-Qur'an adalah sumber kehidupan, sumber perunjuk dan pokok-pokok perundang-undangan. Untuk mendapatkan dan menguasai itu semua, maka hafalkanlah Al-Qur'an.

Alasan yang terakhir tentang perlunya Al-Qur'an dihafal adalah berharap berkah, ganjaran, syafaat dan pahala. Berharap pahala dengan menghafal Al-Qur'an adalah sah-sah saja karena Allah telah menyiapkan ganjaran yang melimpah bagi para penghafal Al-Qur'an. Berharap berkah dari Al-Qur'an sehingga hidupnya tenteram, damai dan sejahtera bersama anak, istri dan keturunan yang shalih-shalihah adalah kenikmatan yang sangat luar biasa. Berharap ganjaran sehingga mengharap surga lantaran menghafal Al-Qur'an adalah cita-cita yang tidak salah dan tetap lurus. Menghafal Al-Qur'an agar diberi syafaat Al-Qur'an didunia, alam kubur hingga alam akhirat adalah upaya yang mulia dan tetap dalam koridor syar'i.

Apapun alasannya, menghafal Al-Qur'an adalah cita-cita yang mulia. Apalagi dengan dimuliakannya para hafidz-hafidzah terutama minat menghafal dikalangan pelajar sehingga dimudahkannya akses dalam menempuh pendidikan dan cita-cita oleh pemerintah. Kini marak diberbagai lembaga pendidikan sangat mengutamakan mereka yang menghafal Al-Qur'an.

Menghafal adalah cita-cita yang mulia maka juga harus dilandasi dengan niat yang mulia, lurus dan ikhlas. Orang yang menghafal Al-Qur'an bukan dalam rangka mencari popularitas, nama besar dan gelar namun dalam rangka memahami isi kandungan Al-Qur'an agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan. Hafalan Al-Qur'an harus sinkron dan selaras dengan akhlak Al-Qur'an. Puncak dari Al-Qur'an adalah akhlak maka puncak pencarian dari penghafal Al-Qur'an adalah berakhlak mulia.

Tanpa akhlak mulia, hafalan Al-Qur'an hanya akan sia-sia. Dimasa-masa merosotnya akhlak sebagaimana zaman ini, maka generasi hafidz-hafidzah harus segera tampil dan mengisi segala laoisan dan elemen masyarakat. Menyelamatkan bangsa dari keterpurukan akhlak dan moral.

Semakin fasih lisannya dalam membaca dan menghafal Al-Qur'an maka idealnya semakin terjaga pula moralitasnya agar Al-Qur'an benar-benar dapat menjadi syafaat dan penolong bagi umat. Semakin fasih dan dekat dengan agama namun semakin merosot nilai akhlaknya maka Al-Qur'an tidak lagi menjadi syafaat melainkan sebagai laknat.

Mau apa lagi? Marilah kita bersama-sama menanamkan dalam diri kita, anak-anak kita dan generasi kita mendatang untuk selalu mencintai Al-Qur'an. Memberikan motivasi, inspirasi dan sugesti agar kita dan generasi kita giat untuk menghafal Al-Qur'an. Bukan saja hanya menciumnya atau mengelus-elus sampulnya namun juga menghayati dan menerapkan ajarannya dalam kehidupan.




No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...