Saturday, March 3, 2018

Sanad Keilmuan Nahdlatul Ulama


Ajaran Islam bukanlah sebuah ajaran yang dipahami sebagian kecil kelompok yang secara lantang mengatakan “Kita kembali ke Al-Qur'an dan Hadis”, atau “Kita salat seperti Rasulullah dan bukan menurut Imam Syafi’i” dan slogan-slogan lainnya.

Islam yang telah lama sampai kepada kita adalah ajaran yang telah dibawa oleh ulama-ulama terkemuka dalam Islam melalui jalur ilmu, guru dan murid, terus hingga saat ini hingga dapat menjaga kemurnian ajarannya, seperti sabda Nabi Muhammad Saw:

عَنْ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْعَذَرِي قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَرِثُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يَنْفَوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الْغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ وَتَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ (رواه البيهقي)

“Dari Ibrahim bin Abdurrahman al-Adzari, ia berkata: “Rasulullah Saw bersabda:  Ilmu Islam ini akan diwarisi oleh orang-orang yang adil dari setiap generasi Islam, mereka akan membersihkan dari penyimpangan makna oleh para ekstrimis, pengagamaan sesuatu yang bukan agama oleh orang-orang yang membatalkan ajaran Islam (seperti para orientalis), dan penyimpangan harfiyah atau maknawiyah oleh orang-orang bodoh” (HR al-Baihaqi. Para ulama ahli hadis menilainya sahih)

Karena pentingnya jalur ulama yang membawa ajaran Islam, para ulama Salaf menegaskan:

قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ (رواه مسلم)

Muhammad bin Sirin berkata: “Ilmu ini adalah agama. Maka lihatlah oleh kalian dari siapa kalian mengambil agama kalian” (Riwayat Muslim)

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ الإِسْنَادُ مِنَ الدِّينِ وَلَوْلاَ الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ (رواه مسلم)

Abdullah bin Mubarak berkata: “Sanad adalah bagian dari agama. Andai tidak ada sanad, maka orang akan berkata sesuai kehendaknya” (Riwayat Muslim)

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْقَوَائِمُ. يَعْنِى الإِسْنَادَ (رواه مسلم)

Abdullah (bin Mubarak) juga berkata: “Yang membedakan antara kita dan mereka adalah sanad” (Riwayat Muslim)

Berikut adalah salah satu sanad ilmu Islam bagi ulama Ahlussunnah wal Jamaah yang terus bersambung kepada ulama Salaf hingga Rasulullah Saw:

Syaikhona Kholil Bangkalan Madura dari Syaikh Abu Bakar bin Al Arif Billah As Sayid Muhammad Syatho dari Syaikh Muhammad Nawawi Al Bantani dari Syaikh Ahmad Zaini Dahlan dari Syaikh Abdulloh bin Umar dari Syaikh Muhammad Solih Rois dari Syaikh Ali Al Wana'i dari Syaikh Sulaeman bin Muhammad bin Umar Al Bujaerimi Al Mishriy dari Syaikh Ahmad bin Romadlon dari Syaikh Sulaeman Al Babili dari Syaikh Abdul Aziz Zamzami dari Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al Mulaibari dari Wajihuddin Abdurrohman bin Ziyad Az Zubaedi dari Syihabuddin bin Ahmad bin Hajar Al Haitamiy (Syaikh Ibn Hajar) dari Abu Yahya Zakarya bin Muhammad bin Ahmad bin Zakarya Al Anshori (Syaikhul Islam Zakarya Al Anshori) dari Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahalliy dari Syaikh Solih bin Umar bin Ruslan bin Nasir bin Solih Al Bulqini dari Syaikh Umar Al Bulqini dari Syaikh Abdurrohim Al Quroisyiy dari Syaikh Hibatulloh Al Baar dari Syaikhul Islam Muhyiddin bin Zakarya bin Syarifuddin dari Imam Kamal Ardabili dari Syaikh Muhammad Naisaburi dari Abu Hamid bin Muhammad Al Ghozali Aththusiy (imam Ghozali) dari Abdul Malik ibn Yusuf bin Muhammad Al Juwaeni (imam Haromain) dari Abu Abdillah Muhammad Al Juwaeni dari Imam Abu Bakar Qofal dari Imam Ibrohim Al Maruzi dari Imam Ahmad ibn Umar bin Surej Abu Al Abas Al Baghdadi dari Imam Abu Al Qosim dari Imam Abu Ibrahim Ismail bin Yahya Al Mazani dari AsySyaikh Al Imam Al A’zhom Ibn Abdillah bin Idris Asysyafi’i (imam Syafi’i pendiri madzhab syafi'i ) dari Al Imam Malik bin Anas dari Sayiduna Syafi’ Maula Abdillah dari Sayiduna Abdulloh bin Umar dari Rosululloh Shollahu 'Alaihi Wasallam.

Amaliah Ahlussunnah Berdasarkan Ijtihad Bukan Bid’ah

Amaliah yang telah diamalkan oleh umat Islam Ahlussunnah wal Jamaah, baik secara ubudiyah, fadlail, tradisi yang tidak bertentangan dengan Islam dan sebagainya adalah bersumber dari Ijtihad, baik dari al-Quran, Hadis, Ijma’ Ulama maupun Qiyas. Keempat sumber hukum ini berlandaskan firman Allah:

قوله : { أَطِيعُواْ الله وَأَطِيعُواْ الرسول } يدل على وجوب متابعة الكتاب والسنة . قوله : { وَأُوْلِى الأمر مِنْكُمْ } يدل عندنا على أن إجماع الأمة حجة ... { فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِى شَىْء فَرُدُّوهُ إِلَى الله والرسول } يدل عندنا على أن القياس حجة (تفسير الرازي - ج 5 / ص 248)

“Firman Allah yang artinya: (Patuhilah Allah dan Patuhilah Rasulullah) adalah kewajiban mengikuti al-Quran dan Sunah. Firman Allah yang artinya: (Dan Ulil Amri) menunjukkan bahwa Ijma’ ulama adalah sebuah hujjah. Dan firman Allah yang artinya: (Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya) menunjukkan bagi kita bahwa Qiyas adalah sebuah hujjah” (Tafsir al-Razi Mafatih al-Ghaib 5/248)

Dengan demikian, banyaknya amaliah Ahlisunnah yang melalui metode Qiyas, seperti mengucapkan niat, kirim pahala al-Quran dan sebagainya adalah menggunakan Qiyas yang dibenarkan dalam Islam, dan bukan bid’ah seperti yang dituduhkan sebagian kecil kelompok.

Sedangkan yang berkaitan dengan tradisi-tradisi yang baik adalah berlandaskan atsar berikut:

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ : مَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ وَمَا رَآهُ الْمُسْلِمُوْنَ سَيّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّىءٌ وَقَدْ رَأَى الصَّحَابَةُ جَمِيْعًا أَنْ يَسْتَخْلِفُوْا أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (رواه احمد والحاكم والطبراني والبزار . قال الذهبي قي التلخيص : صحيح وقال الهيثمي رجاله ثقات)

“Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: “Apa yang dilihat baik oleh umat Islam, maka baik pula bagi Allah. Dan apa yang dilihat buruk oleh umat Islam, maka buruk pula bagi Allah. Para sahabat kesemuanya telah berpandangan untuk mengangkat khalifah Abu Bakar” (Riwayat Ahmad, al-Hakim, al-Thabrani dan al-Bazzar. Al-Dzahabi berkata: Sahih. Al-Haitsami berkata: Para perawinya terpercaya)

Ahlussunnah Wal Jamaah Diantara Aliran Lain

Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam saat ini yang terbesar dianut di dunia adalah Ahlussunnah wal Jamaah, yang secara akidah bermadzhab kepada Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi, juga di bidang fikih bermadzhab kepada salah satu dari 4 madzhab, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hanbal. Ini adalah kelompok terbesar (al-Sawad al-A’dzam) dalam Islam sejak masa ulama Salaf ribuan tahun yang lalu. Karena Ahlussunnah adalah kelompok mayoritas dalam Islam, maka ada jaminan dari Rasulullah bahwa mereka tidak akan sesat secara massal:

مَا كَانَ اللهُ لِيَجْمَعَ هَذِهِ الْأُمَّةَ عَلَى ضَلَالَةٍ أَبَدًا، وَيَدُ اللهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ هَكَذَا، فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ الْأَعْظَمِ، فَإِنَّهُ مَنْ شَذَّ شَذَّ فِي النَّارِ
“Allah tidak akan mengumpulkan umat ini di atas kesesatan selamanya. Kuasa Allah berada dalam jamaah seperti ini. Maka ikutilah al-Sawad al-A’dzam oleh kalian. Barangsiapa yang menyendiri (dari jamaah) maka menyendirilah dalam neraka”

Berkenaan dengan hadis ini ulama Wahabi, Syaikh Albani berkata:

قال الشيخ في مقدمة الصحيحة : ] رواه ابن أبي عاصم في السنَّة وإسناده ضعيف كما بينته في ظلال الجنة رقم 80، ولكنه حسن بمجموع طرقه كما شرحته في الصحيحة 1331 وغيره[. انظر: هداية الرواة ]171[. (تراجعات العلامة الألباني في التصحيح والتضعيف – ج 1 / ص 13)

“Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Ashim dalam kitab al-Sunnah. Sanadnya dlaif sebagaimana saya jelaskan dalam Dzilal al-Jannah. Tetap hadis ini HASAN dengan akumulasi jalur-jalur riwayatnya, sebagaimana saya jelaskan dalam [al-Silsilah] al-Shahihah dan lainnya” (Taraju’at Al-Albani 1/13)

Penjelasan dalam banyak hadis tentang [Ma Ana alaihi wa Ashabi] juga ditemukan riwayat yang mempertegas makna al-Sawad al-A’dzam sebagai Ahlisunnah wal Jamaah:

إِنَّ بَنِى إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ هَذِهِ الْأُمَّةَ سَتَزِيْدُ عَلَيْهِمْ فِرْقَةً كُلُّهَا فِى النَّارِ إِلاَّ السَّوَادَ الْأَعْظَمَ (أخرجه الطبرانى فى الكبير وفى الأوسط وقال الهيثمي : فيه أبو غالب وثقه ابن معين وغيره وبقية رجال الأوسط ثقات وكذلك أحد إسنادى الكبير عن أبى أمامة)

“Sesungguhnya Bani Israil terpercah menjadi 71 golongan. Dan umat ini akan melebihi Bani Israil secara kelompoknya. Semua di neraka, kecuali kelompok terbesar” (HR al-Thabrani dari Abu Umamah. Al-Hafidz al-Haitsami berkata: Di dalam sanadnya terdapat Abu Ghalib, ia dinilai tsiqah oleh Ibnu Ma’in dan lainnya, dan perawi yang lain adalah terpercaya. Begitu pula salah satu dua sanad dalam al-Mu’jam al-Kabir)

Membentuk NU

Rapat pembentukan NU diadakan di kediaman Kiai Wahab dan dipimpin oleh Kiai Hasyim. September 1926 diadakanlah muktamar NU yang untuk pertama kalinya yang diikuti oleh beberapa tokoh. Muktamar kedua 1927 dihadiri oleh 36 cabang. Kaum muslim reformis dan modernis berlawanan degan praktik keagamaan kaum tradisional yang kental degan budaya lokal. Kaum puritan yg lebih ketat di antara mereka mengerahkan segala daya dan upaya utk memberantas praktik ibadah yang dicampur dengan kebudayaan lokal atau yang lebih dikenal dengan praktik ibadah yang bid’ah. Kaum reformis mempertanyakan relevansinya bertaklid kepada kitab-kitab fiqh klasik salah satu mazhab. Kaum reformis menolak taklid dan menganjurkan kembali kepada sumber yang aslinya yaitu Alquran dan Hadis yaitu dengan ijtihad para ulama yang memenuhi syarat dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kaum reformis juga menolak konsep-konsep akidah dan tasawuf tradisional yang dalam formatnya dipengaruhi oleh filsafat Yunani pemikiran agama dan kepercayaan lainnya. Bagi banyak kalangan ulama tradisional kritikan dan serangan dari kaum reformis itu tampaknya dipandang sebagai serangan terhadap inti ajaran Islam. Pembelaan kalangan ulama tradisional terhadap tradisi-tradisi menjadi semakin ketat sebagai sebuah ciri kepribadian.

Mazhab Imam Syafii merupakan inti dari tradisionalisme ini. Ulama tradisional memilih salah satu mazhab dan mewajibkan kepada pengikutnya karena di zaman sekarang ini tidak ada orang yang mampu menerjemahkan dan menafsirkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Alquran dan Sunah secara menyeluruh. Inilah kenapa kita harus bermazhab salah satu dari mahzab 4.

Sejak abad dua belas Hijriah yang lalu, dunia Islam dibuat heboh oleh lahirnya gerakan baru yang lahir di Najd. Gerakan ini dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi dan populer dengan gerakan Wahabi. Dalam bahasa para ulama gerakan ini juga dikenal dengan nama fitnah al-wahhabiyah, karena dimana ada orang-orang yang menjadi pengikut gerakan ini, maka di situ akan terjadi fitnah.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa aliran Wahabi berupaya keras untuk menyebarkan ideologi mereka ke seluruh dunia dengan menggunakan segala macam cara. Di antaranya dengan mentahrif (merubah) kitab-kitab ulama terdahulu yang tidak menguntungkan bagi ajaran Wahhabi. Hal ini mereka lakukan juga tidak lepas dari tradisi pendahulu mereka, kaum Mujassimah yang memang lihai dalam mentahrif kitab.

NU adalah Benteng Ahlussunnah Wal Jamaah

Adapun Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadits dan ahli fiqih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi SAW  dan sunnah Khulafaur Rasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat (al-firqah al-najiyah). Mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam madzhab yang empat, yaitu pengikut Madzhab al-Hanafi, al-Syafi’i, al-Maliki dan al-Hanbali. Sedangkan orang-orang yang keluar dari madzhab empat tersebut pada masa sekarang adalah termasuk ahli bid’ah.

Dari definisi ini, dapat dipahami bahwa Ahlussunnah Wal Jama’ah bukanlah aliran baru yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang menyimpang dari ajaran Islam yang hakiki. Tetapi Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah Islam yang murni sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi saw dan sesuai dengan apa yang telah digariskan serta diamalkan oleh para sahabatnya. Kaitannya dengan pengamalan tiga sendi utama ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah mengikuti rumusan yang telah digariskan oleh ulama salaf.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...