Oleh Suryono Zakka
Al-Qur'an merupakan kitab samawi terakhir yang diturunkan. Sebagai kitab samawi terakhir, misi Al-Qur'an bersifat universal yakni petunjuk seluruh manusia hingga akhir zaman tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini yang membedakan antara kitab Al-Qur'an dengan kitab samawi lainnya semisal kitab Injil atau Taurat. Kitab-kitab ini bersifat temporal dan lokalitas sehingga terbatas oleh ruang dan waktu.
Al-Qur'an memuat berbagai hal dengan jumlah ayat relatif banyak yang tersebar dalam 114 surat. Secara garis besar, tema pokok dan isi kandungan Al-Qur'an dapat kita klasifikasikan pada beberapa unsur yakni:
1. Akidah
Kata akidah yakni عقيدة berarti keyakinan dan kepercayaan. Jamaknya adalah عقائد. Unsur akidah menempati posisi yang paling utama dalam Al-Qur'an karena pada dasarnya Islam adalah agama yang sangat menenkankan aspek akidah.
Akidah adalah pondasi utama sehingga bangunan akidah dalam Al-Qur'an sangat konstruktif. Akidah diutamakan karena sebagai pedoman pokok sebelum membicarakan aspek-aspek yang lain. Beribadah dan bermuamalah tanpa dilandasi dengan akidah yang kuat maka ibadahnya akan sia-sia.
Munculnya syariat Islam yang dibawa oleh nabi terakhir adalah sebagai koreksi atas akidah yang menyimpang dari umat sebelumnya. Ajaran Islam dari syariat nabi terakhir yakni Nabi Muhammad saw. dan syariat nabi pertama yakni Adam memiliki misi yang sama yakni menyeru kepada ajaran tauhid. Allah mengutus para nabi dan rasul agar umat manusia kembali mengesakan Allah karena kecenderungan manusia untuk menyimpang dari ajaran Allah. Jadi nabi dan rasul adalah juru selamat yakni mengajak kepada umatnya menuju jalan keselamatan dalam bimbingan wahyu.
Ayat tentang tauhid, diantaranya:
وَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ ۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ
Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. [QS. Al-Baqarah: Ayat 163]
Ayat tentang kesamaan misi nabi dan rasul, diantaranya:
قُلْ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَاۤ اُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَاۤ اُنْزِلَ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَ اِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَاۤ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَ عِيْسٰى وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْ ۖ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْ ۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya'qub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri." [QS. Ali 'Imran: Ayat 84]
2. Ibadah dan Muamalah
Kata ibadah terambil dari kata عبد-يعبد-عبدا/عبادة yang berarti menyembah. Jadi, ibadah bermakna penyembahan atau pengabdian secara totalitas kepada Allah swt. dengan menaati hukum-hukum-Nya.
Tujuan dari penciptaan manusia dan jin adalah dalam rangka untuk menyembah Allah. Manusia dan jin memiliki kewajiban yang sama yakni semata hanya untuk mengabdi kepada sang Pancipta.
Sebagaimana penjelasan ayat:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. [QS. Az-Zariyat: Ayat 56]
Manusia perlu menyembah Allah sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah kepada manusia. Selain itu, adanya ibadah adalah bentuk pembuktian atas keimanan dan akidah yang telah tertanam dalam jiwa.
Keimanan yang telah terkonseptual membentuk pola pikir perlu adanya pembuktian. Tanpa pembuktian keimanan melalui bentuk ritual ibadah maka keimanan tiada artinya. Seberapa jauh dan seberapa besar keimanan kita kepada Allah sangat ditentukan dengan bagaimana kualitas ibadah kita. Keimanan yang mantap maka akan melahirkan ibadah yang juga mantap sedangkan keimanan yang masih minim maka akan terrealisasi dengan bentuk ibadah yang kurang berkualitas.
Pembuktian keimanan dengan ritual ibadah bukan hanya ada dalam ajaran Islam. Ajaran agama manapun baik samawi maupun agama bumi memiliki praktik ritual yang wajib ffilakukan oleh pemeluknya. Disinilah adanya konsistensi dan konsekuensi dari agama yang kita pilih. Dengan memilih Islam sebagai agama yang benar dan jalan yang lurus maka umat muslim harus tunduk dan patuh sebagaimana yang telah ditentukan dalam syariat Islam. Ada hak dan kewajiban yang harus ditunaikan. Memilih agama dan keyakinan adalah pilihan sehingga kita semua akan mempertanggungjawabkan atas pilihan kita masing-masing kelak dihari kiamat. Mengaku muslim namun enggan beribadah sesuai dengan ajaran Islam yang telah ditentukan maka keislamannya perlu dipertanyakan.
Ibadah dalam ajaran Islam dibedakan menjadi ibadah mahdhah dan ghaira mahdhah. Ibadah mahdhah berarti ibadah yang khusus yang tata cara dan ketentuannya telah ditentukan oleh syariat dan tidak dapat diubah lagi. Ibadah ini bersifat spiritual-vertikal yakni komunikasi langsung dari hamba kepada Allah yang disebut hablumminallah. Ibadah semacam ini antaralain shalat, puasa, zakat dan haji. Ibadah ghaira mahdhah adalah ibadah yang bersifat umum sehingga tata cara dan ketentuannya tidak diatur secara spesifik dan berorientasi sosial-horizontal seperti jual beli, sedekah, silaturahim, belajar, menuntut ilmu dan sebagainya.
3. Akhlak
Kata akhlak berasal dari kata khuluq (خلق) yang berarti tabiat, budi pekerti, perangai dan tingkah laku. Jadi akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul secara refleks dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlak adalah unsur yang sangat penting dalam ajaran Islam. Akidah dan syariat tanpa akhlak maka ibarat benih, pohon dan ranting namun tidak memiliki buah. Akidah yang tertanam jiwa hendaknya menjadi energi untuk menghasilkan ibadah yang positif dan ibadah yang positif harus membuahkan pesan-pesan spiritual dan akhlak mulia seperti kelembutan, kesabaran, keikhlasan, rendah hati, qanaah, cinta kasih, gemar menolong dan sebagainya.
Unsur akhlak adalah puncak dari ajaran Islam. Rasulullah merupakan publik figur yang diutus sebagai teladan manusia. Jika Al-Qur'an adalah ajaran akhlak yang tertulis dan tersurat maka Rasulullah adalah contoh akhlak yang hidup atau Al-Qur'an yang berjalan. Mengenai keagungan akhlak Rasulullah, saat sahabat menanyakannya kepada Aisyah maka jawab Aisyah: كان خلقه القرآن (akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an). Al-Qur'an juga mengisyaratkan tentang akhlak Rasulullah diantaranya:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا ؕ
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. [QS. Al-Ahzab: Ayat 21]
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur. [QS. Al-Qalam: Ayat 4]
4. Hukum (Syari'ah)
Al-Qur'an merupakan kitab undang-undang sehingga memuat tentang beberapa perangkat hukum sehingga manusia dapat hidupa seimbang, dinamis dan teratur sesuai dengan hukum ketuhanan.
Undang-undang yang direkam Al-Qur'an terkadang bersifat generik atau global (mujmal) dan terkadang bersifat spesifik (mufasshal). Keberadaan hadits atau sunnah nabi adalah menjelaskan dan memperinci hukum-hukum yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an. Ayat-ayat yang bersifat umum terkadang mendapat penjelasan dalam ayat yang lain dan terkadang pula diperinci oleh nabi sebagai penafsir Al-Qur'an.
Memahami ayat hukum tanpa penjelasan hadits dan ulama akan menjadi fatal. Ayat Al-Qur'an tidak semua siap saji namun terkadang hanya tersedia bahan mentahnya saja. Disinilah perlunya kita merujuk kepada hadits dan ulama tafsir sehingga mendapatkan penjelasan yang sangat gamblang dan akurat.
Ada sebagian orang yang bersemangat tinggi mengajak kembali kepada Al-Qur'an dan hadits. Ada yang mengampanyekan untuk menegakkan hukum-hukum Allah. Tiada hukum kecuali hukum Allah. Sebuah misi yang sebenarnya bagus dan idealis. Tanpa memahami konteks, tafsir dan maksud dari menegakkan hukum Allah akan menjadi masalah besar sehingga mudah untuk mengkafirkan sana-sini karena dianggap belum menegakkan hukum Allah.
Beberapa contoh tentang ayat hukum antaralain:
اِنَّاۤ اَنْزَلْنَاۤ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَـقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَاۤ اَرٰٮكَ اللّٰهُ ؕ وَلَا تَكُنْ لِّـلْخَآئِنِيْنَ خَصِيْمًا ۙ
Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah) karena (membela) orang yang berkhianat, [QS. An-Nisa': Ayat 105]
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. [QS. Al-Ma'idah: Ayat 90]
Jika diperrinci, ayat-ayat yang berkaitan tentang hukum antaralain:
1. Hukum perkawinan, contohnya:
وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكٰتِ حَتّٰى يُؤْمِنَّ ؕ وَلَاَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكَةٍ وَّلَوْ اَعْجَبَتْكُمْ ۚ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَتّٰى يُؤْمِنُوْا ؕ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكٍ وَّلَوْ اَعْجَبَكُمْ ؕ اُولٰٓئِكَ يَدْعُوْنَ اِلَى النَّارِ ۚ وَاللّٰهُ يَدْعُوْٓا اِلَى الْجَـنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِاِذْنِهٖ ۚ وَيُبَيِّنُ اٰيٰتِهٖ
لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ
Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran. [QS. Al-Baqarah: Ayat 221]
2. Hukum waris, seperti:
كُتِبَ عَلَيْكُمْ اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ اِنْ تَرَكَ خَيْرَا ۚ ا ۨ لْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ بِالْمَعْرُوْفِ ۚ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِيْنَ ؕ
Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak menjemput seseorang di antara kamu, jika dia meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua orang tua dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa [QS. Al-Baqarah: Ayat 180]
3. Hukum perjanjian, seperti:
اِلَّا الَّذِيْنَ عَاهَدتُّمْ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ ثُمَّ لَمْ يَنْقُصُوْكُمْ شَيْئًـا وَّلَمْ يُظَاهِرُوْا عَلَيْكُمْ اَحَدًا فَاَتِمُّوْۤا اِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ اِلٰى مُدَّتِهِمْ ؕ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِيْنَ
kecuali orang-orang musyrik yang telah mengadakan perjanjian dengan kamu dan mereka sedikit pun tidak mengurangi (isi perjanjian) dan tidak (pula) mereka membantu seorang pun yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. [QS. At-Taubah: Ayat 4]
4. Hukum pidana, contohnya:
وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَـقِّ ؕ وَمَنْ قُتِلَ مَظْلُوْمًا فَقَدْ جَعَلْنَا لِـوَلِيِّهٖ سُلْطٰنًا فَلَا يُسْرِفْ فِّى الْقَتْلِ ؕ اِنَّهٗ كَانَ مَنْصُوْرًا
Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara zalim, maka sungguh, Kami telah memberi kekuasaan kepada walinya, tetapi janganlah walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan. Sesungguhnya dia adalah orang yang mendapat pertolongan [QS. Al-Isra': Ayat 33]
5. Hukum perang, misalnya:
وَقَاتِلُوْهُمْ حَتّٰى لَا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ وَّيَكُوْنَ الدِّيْنُ كُلُّهٗ لِلّٰهِ ۚ فَاِنِ انْـتَهَوْا فَاِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. [QS. Al-Anfal: Ayat 39]
6. Hukum antar bangsa, contohnya:
يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوْا ؕ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. [QS. Al-Hujurat: Ayat 13]
5. Sejarah dan Kisah Kaum Terdahulu
Al-Qur'an banyak merekam berbagai peristiwa sejarah dimasa lampau. Sejarah yang disampaikan Al-Qur'an bersifat acak sehingga satu tema terkadang tersebar dalam beberapa ayat dengan narasi, gaya bahasa dan komposisi ayat yang berbeda. Ada yang dikupas secara simpel dan ada pula sejarah yang dijelaskan secara penjang lebar.
Walau Al-Qur'an memuat sejarah bukan berarti Al-Qur'an dianggap sebagai kitab sejarah sebab sejarah yang disampaikan Al-Qur'an memuat banyak ibrah (pelajaran) yang layak untuk dipelajari. Sejarah yang disampaikan sangat akurat sehingga dapat diuji secara ilmiah dan dan dapat dibuktikan kebenarannya karena Al-Qur'an bukan kitab dongeng sebagaimana yang dituduhkan oleh kaum musyrik jahiliyah.
لَـقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِ ؕ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَـرٰى وَلٰـكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لِّـقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ
Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. [QS. Yusuf: Ayat 111]
Karena sejarah yang disampaikan Al-Qur'an sesuai data otentik maka sejarah yang dimuat oleh Al-Qur'an disebut dengan kisah (qisshah/qasshash). Kisah dalam Al-Qur'an dimaksudkan agar menjadi i'tibar atau ibrah (pelajaran) bagi manusia untuk perbaikan kualitas dirinya.
6. Ilmu Pengetahuan dan Sains Modern
Al-Qur'an merupakan sumber ilmu pengetahuan. Bukan hanya ilmu pengetahuan agama dan ketuhanan melainkan juga ilmu pengetahuan modern (sains). Sebagai kitab sains maka Al-Qur'an turun dengan kalimat pertama kali yakni menyeru untuk membaca yakni membaca segala ilmu pengetahuan. Membaca adalah langkah awal untuk menjadi saintis dan penguasaan berbagai disiplin ilmu. Buku adalah jendela ilmu. Demikian ungkapan sebuah kata mutiara tentang pentingnya membaca.
Al-Qur'an tidak pernah membedakan ilmu agama dan ilmu umum sehingga tidak ada dikotomis antara ilmu agama dan sains dalam Islam. Keduanya sama-sama penting dan dibutuhkan dalam menopang kehidupan manusia. Tanpa ilmu agama manusia akan rusak dan tanpa ilmu umum dan sains maka manusia akan terus primitif dan ketinggalan zaman.
Contoh tentang ayat sains misalnya:
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَـتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَا ؕ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَآءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ؕ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman? [QS. Al-Anbiya: Ayat 30]
Ayat ini merupakan penjelasan sains bahwa dahulunya langit dan bumi pernah menyatu kemudian memisah saat terjadinya ledakan besar (Big Bang) diangkasa raya.
بَلٰى قٰدِرِيْنَ عَلٰٓى اَنْ نُّسَوِّيَ بَنَانَهٗ
(Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna [QS. Al-Qiyamah: Ayat 4]
Ayat ini merupakan inspirasi utama mengenai sidik jari manusia.
خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّ ۚ يُكَوِّرُ الَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى الَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ؕ كُلٌّ يَّجْرِيْ لِاَجَلٍ مُّسَمًّى ؕ اَ لَا هُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia memasukkan malam atas siang dan memasukkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah! Dialah Yang Mahamulia, Maha Pengampun.
[QS. Az-Zumar: Ayat 5]
Ayat diatas merupakan uraian ilmiah mengenai bentuk bumi yang bulat. Kata yukawwiru bermakna menggulung atau melilit secara melingkar yang berarti bahwa perubahan siang dan malam terjadi secara berangsur-angsur karena bentuk bumi yang bulat sehingga perubahan siang dan malam saling memasukkan atau saling kejar mengejar.
No comments:
Post a Comment