Friday, August 31, 2018
Kriteria Orang yang dimuliakan dan dihinakan Allah menurut Abu Hasan Asy-Syadzili
Menurut Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili, jika Allah hendak memuliakan seorang hamba dalam gerakan dan diamnya sekalipun, maka Allah akan angkat dia menjadi orang yang suka beribadah kepada-Nya. Allah tutup dari kepuasan dirinya sendiri, Dia jadikan hamba itu asyik di dalam ibadahnya, kepuasan dirinya tertutup kecuali sebatas dan secukupnya saja untuk dirinya, bahkan sang hamba tidak akan melirik kepuasan dirinya seolah ia sibuk dalam keterasingan.
Jika Allah hendak menghinakan seorang hamba dalam gerak dan diamnya maka Allah luapkan kepuasan dirinya, Dia tutup pintu ibadahnya sehingga asyik di dalam syahwatnya, sedankan ibadahnya kepada Allah menjadi sesuatu yang asing, meskipun secara lahiriah sang hamba terlihat mengerjakannya.
Ibadah adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan, menolak syahwat dan kehendak, maka barang siapa mampu mencapai derajat kesucian kalbu dari setan, hawa nafsu dan dunia, lalu lalu diiringi dengan banyak ingat untuk beribadah kepada Allah, maka dia telah meraih kebaikan seluruhnya.”
Hamba yang dimuliakan Allah dengan ibadah mendorong hamba untuk menjalankan ketaatan tepat pada waktunya. Hal itu karena, setiap waktu ada nilai ibadah yang harus engkau penuhi dengan mengikuti ketentuan rububiyah. Maka tidak boleh ketaatan itu terlambat dijalankan sebagaimana ketaatan yang dijalankan untuk mengganti ketaatan yang hilang.
Baca berikutnya: Kriteria Orang yang dimuliakan dan dihinakan Allah
Faedah ketaatan dan menjaga kelanggengannya tidak lagi dapat dipungkiri. Pernah suatu ketika Abul Hasan asy-Syadzili ditanya, “Apa yang engkau dapat petik dari ketaatanmu dan apa yang engkau dapat petik dari kemaksiatanmu?” Maka Abul Hasan asy-Syadzili menjawab, “Dari ketaatan aku memetik ilmu yang bertambah, cahaya Ilahi yang terang dan mahabbah. Sedangkan dari kemaksiatan aku memetik kegundahan, kesedihan, takut dan harapan semu.”
--Al-Madrasah Asy-Syadziliyah Al-Haditsah wa Imamuha Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili, karya Syekh Abdul Halim Mahmud
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Infithaar (Terbelah). Surah Makkiyyah; Surah ke 82: 19 ayat “BismillaaHir rahmaanir rahiim. 1. apabila lang...
-
Salam atasmu, wahai pendeta Kristen yang menangisi, memuliakan dan membersihkan kepala Imam Hussain AS. اَلسَّلامُ عَلَيْكَ يا اَبا عَب...
-
Ulama tafsir memiliki dua metode untuk menentukan ayat Makki dan Madani yakni metode Sima'i Naqli dan Qiyasi Ijtihadi. 1. Sima'...
-
Salafi-Wahabi memang lihai dalam mencari simpati. Mengaku sebagai saudara sesama muslim namun itu hanya siasat untuk mencari pengikut da...
-
Lima tahun sudah Abdul Mutholib ngangsu kaweruh di Pondok Syubbaniyah Islamiyah Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat. Ia pulang ke rumah...
-
Resolusi ini lahir ketika Rais Akbar NU, Hasyim Asy'ari memanggil konsul NU se-Jawa dan Madura untuk rapat besar gedung itu pada 21 d...
-
Dahulu saya penganut ajaran salafi (atau yang sekarang biasanya disebut dengan WAHHABI),saya suka mengikuti dauroh-dauroh ustadz-ustadzny...
-
ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢ ﺍَﻟﻠﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَ ﺳَﻠِّﻢْ ﻋَﻠَﻰَ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَ ﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺑِﻌَﺪَﺩ...
-
Sayyid Awud adalah keturunan dari Nabi Muhammad Saw. generasi ke-34.berikut ini adalah silsilah beliau,Sayyid Awud bin Husein bin Awud bi...
-
Di dalam Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja Pasai, terdapat sebuah hadits yang menyebutkan Rasulullah menyuruh para sahabat untuk berda...
No comments:
Post a Comment