Bagi kaum aswaja, maulid adalah hari yang istimewa dimana sang junjungan dan teladan manusia dilahirkan. Meskipun maulid tidak pernah didaulat nabi sebagai hari raya dan tidak pernah dilakukan oleh sahabat namun bagi kaum aswaja, maulid menjadi tradisi yang baku dan diagungkan diseluruh penjuru negeri-negeri muslim sunni.
Kaum aswaja mengagungkan maulid sebagai bentuk penghormatan kepada manusia terhormat dan mengagungkan manusia agung yang memang layak untuk diagungkan. Ia bukan saja teladan bagi umat muslim tapi teladan bagi siapa saja yang mau meladaninya baik muslim maupun non muslim.
Bagi kaum aswaja, mengagungkan maulid adalah kebaikan karena substansinya tidak bertantangan dengan syariah. Maulid adalah sampul dan kemasan yang isinya sebenarnya adalah nilai-nilai kebaikan yang memiliki legalitas dalam al-Qur'an dan sunnah seperti membaca al-Qur'an, mengenal sirah kenabian untuk memuliakan nabi dan meneladani akhlaknya, shalawat, sedekah, silaturahim, saling mendoakan, menghidupkan majelis ilmu dan sebagainya.
Format baru atau kreativitas yang mengandung kebaikan namun tidak dibakukan dalam al-Qur'an dan sunnah memiliki legalitas didalam hadits nabi diantaranya:
مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ .ومَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
“Barangsiapa yang mengerjakan dalam Islam Sunnah yang baik maka ia mendapat pahalanya dan pahala orang yang mengkutinya tanpa mengurangi pahala orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengerjakan dalam Islam Sunnah yang jelek maka ia mendapat dosanya dan dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi
dosa orang yang mengikuti mereka sedikitpun.” (HR. Muslim no. 1017)
Dari hadits diatas didapatkan pemahaman bahwa sunnah adalah tradisi, adat atau kebiasaan. Tradisi atau sunnah sebagaimana hadits diatas dapat berupa tradisi baik maupun tradisi buruk. Sunnah nabi adalah tradisi atau kebiasaan nabi yang baik karena tidak ada sunnah nabi yang buruk. Tradisi nabi adalah kebiasaan atau adat nabi yang telah dilakukannya dan patut untuk ditiru umatnya. Tentu tidak semua kebaikan atau kreativitas telah dilakukan oleh nabi sebab beliau manusia yang berbatas usia sesuai dengan konteks zamannya. Walau begitu, kita bisa melacak dan menangkap setiap pesan-pesan yang dilakukannya bahwa kita boleh saja melakukan semua kebaikan yang sudah atau belum dilakukannya dengan catatan tidak melanggar batas-batas syariat.
Isyarat nabi tentang kebolehan membuat atau berkreasi mentradisikan kebaikan-kebaikan yang baru adalah sangat jelas sebab tanpa kreativitas dakwah Islam akan jumud, stagnan, kaku dan tidak akan relevan dengan zaman. Meskipun begitu, kita tidak serta merta boleh membuat kreasi baru atau modivikasi syariat yang sudah baku dan paten (qath'i) dalam bidang ibadah mahdhah.
Isyarat nabi tentang kebolehan membuat atau berkreasi mentradisikan kebaikan-kebaikan yang baru adalah sangat jelas sebab tanpa kreativitas dakwah Islam akan jumud, stagnan, kaku dan tidak akan relevan dengan zaman. Meskipun begitu, kita tidak serta merta boleh membuat kreasi baru atau modivikasi syariat yang sudah baku dan paten (qath'i) dalam bidang ibadah mahdhah.
Islam bukanlah agama dogma yang kaku dan bukan pula tidak boleh dipahami secara nalar. Islam adalah agama rasional sehingga peran akal tidak diharamkan dalam memahami ajaran agama. Tidak dianggap sebagai orang yang beragama jika tidak menggunakan akalnya dan syarat sah dalam melaksanakan hukum syar'i juga sangat ditentukan dengan kewarasan akal. Islam yang dipahami oleh kaum aswaja adalah memadukan peran wahyu atau peran sabda nabi dan diimbangi dengan peran akal agar tidak gersang dan kosong dari pesan-pesan ilahi. Setiap syariah memiliki pesan-pesan filosofis yang perlu diterjemahkan agar merasakan kenikmatan dan kelezatan dalam beribadah dan beragama.
Momentum maulid adalah bagaimana menampilkan akhlak nabi dimasa kekinian. Kita sudah paham bahwa peran terpenting dan tugas utama Rasulullah yang sebenarnya adalah memperbaiki akhlak manusia.
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
Aku diutus tuk menyempurnakan akhlak
Beliau adalah objek percontohan akhlak bagi manusia:
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.
[QS. Al-Qalam: 4]
Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlaknya Rasulullah, lantas Aisyah menjawab:
گان خلقه القرآن
Budi pekertinya adalah (sesuai) Al-Qur'an
گان خلقه القرآن
Budi pekertinya adalah (sesuai) Al-Qur'an
Maulid nabi bukan dipahami hanya sekedar ajang untuk kumpul-kumpul dan makan-makan melainkan mengenang kembali bagaimana sang teladan manusia tersebut bisa menjadi rahmat sekalian alam. Maulid bukan pula sebagai ajang penyembahan dan pengkultusan kepada Rasulullah sebagaimana yang dituduhkan oleh kaum anti maulid namun menghadirkan kembali sosok beliau yang selalu dirindu karena kejujurannya, keramahannya, kelemahlembutannya, keadilannya dan kebijaksanaannya kepada seluruh kaum. Karena bukan sebagai bentuk pengkultusan maka maulid boleh diperingati kapan saja tidak harus tanggal 12 Rabiul Awal yang diyakini sebagai tanggal kelahiran nabi. Yang terpenting bagi umat Islam adalah spiritnya yaitu menghadirkan akhlak nabi dalam setiap zaman.
Dengan maulid, kita hadirkan kembali akhlak luhur sang manusia pilihan kedalam kehidupan kita dan anak-anak kita. Kita tidak ingin generasi kita dan setelah kita rusak akhlaknya sehingga tidak mengenal siapa yang layak untuk menjadi panutan. Derasnya arus global dan rusaknya akhlak sebagian manusia saat ini perlu disikapi dengan melindungi keluarga kita dan anak-anak kita dari berbagai media jahat yang siap mengancam, menerkam dan merusak kehidupan kita. Mengajarkan dan mencontohkan sejak dini bagaimana akhlak sang nabi adalah solusi agar kita semua bisa mendapatkan kebahagiaan yang hakiki yakni mengikuti jejak-jejak kehidupan sang nabi.
Menguatnya terorisme dan radikalisasi atas nama Islam akhir-akhir ini adalah efek dari tidak pahamnya akhlak dan sunnah nabi. Menampilkan Islam dengan wajah yang buas, biadab, sadis, bengis, kejam dan bar-bar bukanlah pengikut sunnah nabi melainkan pengikut setan. Islam bukanlah agama teroris yang menghancurkan dan merusak siapa saja yang berbeda. Islam datang bukan untuk memaksa semua manusia untuk menjadi muslim dengan menghunus pedang, perang dan pertumpahan darah namun Islam memberikan kedamaian dan kesejahteraan kepada seluruh manusia baik yang muslim dan non muslim.
Esensi menghidupkan sunnah nabi adalah menumbuhkan sifat-sifat hormat, kasih sayang antar manusia dan mengimbangi dengan akhlak mulia. Yang menjadi standar sunnah adalah meneladani akhlak nabi. Mengejar yang sunnah itu perlu dan penting namun mengejar yang wajib yakni baik kepada seluruh makhluk ciptaan sebagaimana akhlak nabi juga sangat penting dan tak kalah pentingnya.
Pesan dari sunnah nabi adalah saling memuliakan diantara manusia. Tidak merendahkan manusia dan tidak memandang rendah kepada orang yang dianggap penampilannya belum islami. Kehidupan adalah berproses dari yang belum baik menjadi baik dan yang sudah baik menjadi lebih baik lagi. Walaupun mungkin kita menganggap diri kita sudah islami atau sudah melaksanakan semua perintah Allah dan perintah nabi namun kita tidak tahu bagaimana akhir dari kehidupan kita. Pendosa yang sadar dengan dosanya sehingga bertaubat dipenghujung hidupnya akan lebih beruntung dengan seorang ahli ibadah yang bangga dengan amal baiknya sehingga tidak sempat untuk bertaubat dari sifat kesombongannya. Merasa paling suci, paling islami, paling ahli ibadah, paling selamat dan paling mulia disisi Allah adalah kehinaan yang bukan saja bertentangan dengan sunnah namun juga bertentangan dengan misi Islam yang sesungguhnya.
Baca selanjutnya: Jangan Tuduh Kami!
Baca selanjutnya: Jangan Tuduh Kami!
No comments:
Post a Comment