Walau resmi dibubarkan, bisa saja ormas ini menjelma, reinkarnasi atau bermetamorfosis dengan 'baju' atau kemasan yang lain. Atau bahkan mungkin bergabung atau melebur kedalam kelompok-kelompok ormas yang belum dibubarkan yang memiliki kesamaan misi untuk menerapkan syariah secara formal dalam kehidupan bernegara. Memang ada banyak ormas-ormas yang memiliki platform Islam yang seide dengan HTI yang belum dibubarkan oleh pemerintah karena dinilai belum begitu membahayakan aksinya walaupun secara ideologis juga sangat membahayakan. Jika hal ini dibiarkan tentu tidak mustahil suatu saatnya nanti akan terjadi letupan besar akibat dari benturan idologi antara kelompok pro Pancasila dan anti Pancasila ditengah masyarakat.
Ada beberapa catatan mengapa HTI masih punya pengaruh dinegeri ini diantaranya:
1. Kuatnya simbolisasi politik atasnama Islam
Simbolisasi bendera yang melambangkan kalimat tauhid seolah mereka adalah mutlak bagian dari ajaran Islam. Siapa yang menentang simbol bendera ini dianggap sebagai penentang ajaran Islam bahkan dituduh memusuhi Islam. Simbol ini pula yang menarik simpati masyarakat yang tidak mengetahui secara mendalam antara politik dan Islam seolah berislam harus memformalisasikan ajaran Islam dalam format politik kebangsaan dan tidak dianggap Islam jika menolak khilafah. Padahal yang menolak konsep khilafah bukan tidak mengetahui ajaran Islam namun dapat membedakan antara politik dan Islam sehingga konsep khilafah yang diusung oleh HTI adalah murni dari khilafah buah pemikiran dari pendirinya yaitu Taqiyudin Nabhani. Intinya, Khilafah adalah kepentingan politik yang meminjam simbol Islam.
2. Kurangnya tindakan tegas pemerintah dalam menindak simpatisan HTI diberbagai instansi
Sistematisnya pola pergerakan HTI dalam menyemai benih khilafah sehingga simpatisannya sangat multi level mulai dari masyarakat biasa, pelajar, aktivis, guru, dosen, politisi hingga pejabat pemerintah.
Isu agama dan kemasan dakwah adalah salah satu faktor penting mengapa HTI cepat besar dan subur. Para aktivisnya kerap mengutip ayat-ayat suci untuk menjual dan mempromosikan produk khilafahnya ditengah masyarakat termasuk memperbanyak buku-buku dengan merk dakwah untuk membidik kalangan remaja, muslimah dan orang yang sedang antusias belajar Islam secara instan.
3. Kampanye khilafah dengan simbol ukhuwah
Untuk membius masyarakat muslim, kata ukhuwah adalah kalimat yang jitu agar masyarakat bersatu dibawah bendera HTI. Menanamkan pengaruh dimasyarakat bahwa mereka adalah represantasi Islam yang murni, lurus dan sesuai dengan ideologi kenabian (khilafah ala minhajun nubuwah).
Mereka mengklaim sebagai satu-satunya khilafah akhir zaman yang membawa panji-panji kenabian dan mengusung messiah atau Mahdi untuk membawa kejayaan Islam. Dengan klaim ini, masyarakat akan bersimpati karena ingin bergabung dengan Imam Mahdi sebagai pemenang peperangan akhir zaman yang kerap ditulis dalam beberapa hadits nabi.
4. Ideologi perlawanan terhadap Barat
Isu melawan tirani Barat adalah jargon yang efektif untuk mencari massa terutama remaja muslim yang sedang bergejolak gairah keagamaannya. Menyiarkan berbagai konflik Timur Tengah agar masyarakat tersulut semangat jihadnya dan membiangkeladikan Barat sebagai satu-satunya penyebab konflik. Mereka menganggap Barat adalah sebagai musuh bersama dan satu-satunya cara mengalahkan Barat adalah dengan menyatukan seluruh negara-negara muslim dibawah bendera khilafah.
Bagi pengusung khilafah HT, seluruh produk Barat adalah kekufurun dan simbol thaguth. Demokrasi, Nasionalisme, Pancasila dan hukum-hukum yang tidak secara tekstual disebutkan didalam al-Qur'an dinilai haram dan wajib hukumnya untuk diperangi. Karena hukum-hukum ini adalah buatan manusia terutama produk Barat yang menyebabkan umat Islam terbelakang dan tertindas oleh dominasi Barat.
Walau demikian, anehnya pusat atau sentralnya HT adalah di Inggris yang tidak lain merupakan negara Barat yang tentu pemerintahannya tidak menggunakan hukum Islam secara formal. Tidak jelas siapa khilafah yang mereka usung dan juga tidak jelas konsep khilafah seperti apa yang akan mereka formalkan untuk menyatukan dunia Islam.
Negara-negara muslim menolak khilafah ala HT karena dinilai tidak ada landasannya dalam al-Qur'an maupun Hadits. Konsep khilafah merupakan murni politik kekuasaan yang tidak ada dalilnya dalam ajaran Islam. Kalaupun ada adalah mewakili dari penafsiran kelompok minoritas Islam yang dikenal dalam sejarah klasik sebagai sekte ekstrim dan tekstualis ala Khawarij. Sekte takfiri yakni mengkafirkan mayoritas umat Islam diluar golongannya.
5. Simpatisan HTI dari ormas moderat
Walau HTI sebagai ormas pendatang baru, namun simatisannya ada banyak dari berbagai ormas moderat. Jadi pro HTI bukan saja mereka yang dibesarkan atau anak ideologis HT pengagum Taqiyudin Nabhani tapi juga masyarakat umum yang secara kultural adalah pengikut ormas moderat namun secara pemikiran bersimpati dan tertarik dengan ide glorifikasi khilafah yaitu sebuah impian besar untuk mewujudkan pan Islamisme dibawah payung khilafah.
Ada orang yang mengaku sebagai NU namun sangat pro dengan misi HTI sehingga secara kultural adalah NU atau aswaja namun secara garis pemikiran sangat antipati dengan garis haluan ormas NU. Ini kita bisa lihat bagaimana mereka sangat anti terhadap tokoh-tokoh NU dan berupaya untuk membenturkan pemikiran antar tokoh NU. Jika kita paham tentang dinamisasi, fleksibilitas dan inklusivisme pemikiran NU tentu tidak akan mempertentangkan satu sama lain. Hal yang lumrah, berbeda sesuai dengan latar belakang keilmuan dan kebutuhan zaman namun tetap dalam wadah NU yang paten. Kelompok NU kultural namun bersimpatik dan mendukung proyek khilafah inilah yang disebut dengan NU rasa HTI atau aswaja rasa khilafah.
Kesimpulan dari tulisan ini adalah bagaimana upaya kita secara preventif membendung arus gerakan khilafah. Upaya bersama seluruh anak bangsa dari berbagai elemen untuk tetap setia menjaga NKRI. Kita berharap tidak akan ada lagi letupan kelompok pengusung khilafah atau formalisasi syari'at sebagaimana Negara Islam (Darul Islam) versi Kartosowiryo dengan pasukannya yang disebut Tentara Islam Indonesia (TII).
Baca juga: Kado Cinta untuk Sang Guru
Baca juga: Kado Cinta untuk Sang Guru
Sudah sangat tepat bagi pemerintah untuk memadamkan api khilafah ala HTI dengan membubarkannya dan membuat Perppu ormas untuk melindungi NKRI dari kelompok anti Pancasila. Disamping itu, menasionalisasi, mengawasi dan memoderatkan tokoh-tokoh HTI adalah solusi agar mereka mencintaI NKRI, menghormati konstitusi dan tidak liar sehingga tidak melawan pemerintahan yang sah. Secara khusus, terimakasih kepada NU yang sudah paham dan berpengalaman dalam menjaga NKRI. Jika tidak ada NU, maka apa jadinya NKRI hari ini?
No comments:
Post a Comment