Friday, February 23, 2018
Karamah Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid (Pendiri Nahdlatul Wathan)
Suatu hari salah satu kyai besar Nahdlatul Ulama (NU), KH. Ma’shum Ahmad Lasem, ayahanda KH. Ali Ma’shum Krapyak, bersilaturrahim ke Lombok.
Menjelang waktu Maghrib kiai asal Lasem itu sampai di sana. Saat dijamu oleh tuan rumah, Mbah Ma’shum (panggilan akrab KH. Ma’shum Ahmad) mengetahui betapa ramainya pesantren sang kiai. Hiruk-pikuk para santri yang melakukan aktifitasnya sangat tampak. Segenap santri terlihat mengaji dan berdzikir.
“Alhamdulillah, pesantren Tuan sudah maju. Santrinya banyak. Semoga mereka bisa jadi pemimpin kaumnya,” kata Mbah Ma’shum.
Setelah mengamini doa temannya itu, sang tuan rumah hanya tersenyum penuh arti.
Akan tetapi keesokan harinya, tiba-tiba saja pesantren itu mendadak sepi. Tak seorang pun santri yang terlihat berlalu lalang. Dan di tempat itu hanya ada sang kiai saja, yang bersama keluarga rumahnya berada di tengah-tengah pelataran pesantren. Lalu Mbah Ma’shum bertanya kepada sang tuan rumah: “Ke mana gerangan para santrinya?”
Baca lainnya: Kisah KH. Ahmad Abdul Haq (Mbah Mad)
Lalu Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid, pendiri organisasi Nahdlatul Wathan (NW) pada tahun 1356 H atau bertepatan dengan tahun 1936 M, itu pun menjelaskan bahwa santri-santrinya itu adalah segenap jin. Sang kiai itu memang sangat alim, tangguh dan memiliki banyak kekeramatan, sehingga umatnya tidak saja manusia.
Kekeramatannya yang lain adalah air dari buah-buah kelapa yang tumbuh di lingkungan pesantrennya. Air kelapa itu sangat mujarab untuk menyembuhkan banyak penyakit. Mbah Ma’shum ketika berpamitan pun diberi bawaan (oleh-oleh) berupa beberapa biji buah kelapa itu.
Pertemanan Mbah Ma’shum dengannya berawal ketika keduanya masih sama-sama belajar di Makkah. Beliau sangat akrab dengan Mbah Ma’shum, dan keduanya sama-sama saling menghormati meskipun dalam hal organisasi keduanya berbeda jalan.
Dan masih banyak karamah Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid yang lainnya yang belum kami tulis di sini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Adat Basandi Syarak berarti adat atau budaya bersendikan syariat dan Syarak Basandi Kitabullah berarti syariat bersendikan kitabullah (ki...
-
ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﺇﻟﻰ ﻣﺸﺎﻳﺦ ﺍﻟﻘﻬﻮﺓ ﺍﻟﺒﻨﻴﺔ ﻭﺍﻟﺴﺎﺩﺓ ﺍﻟﻌﻠﻮﻳﺔ ﻭﺍﻷﻭﻟﻴﺂﺀ ﻭﺍﻟﺼﻮﻓﻴﺔ ﻭﻛﻞ ﻣﻦ ﻳﺸﺮﺑﻬﺎ ﺑﻨﻴﺔ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺼﻠﺢ ﺍﻟﻨﻴﺔ ﻭﺍﻟﻄﻮﻳﺔ- Alfatihah ila masyayi...
-
Beliau (Sofyan Tsauri) sampai berani bersumpah atas nama ALLAH bahkan berani Bermubahalah jika ada yang menuduh dia berdusta atas apa yan...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi...
-
Ini adalah sampul kitab berjudul “Risâlah Silsilah al-Tharîqatain al-Qâdiriyyah wa al-Naqsyabandiyyah” karangan Syaikh Abdul Karim Banten...
-
_Sanad Madzhab al-Asy'ari di Indonesia_ Para ulama Tanah Air, seperti KH. Moh. Hasyim Asy'ari Jombang, KH. Nawawi bin Nur Hasan...
-
Salah satu tradisi NU sebagai representasi dari tradisi Ahlussunnah Wal Jama'ah adalah memuliakan makam terutama makam ulama. Tidak a...
-
روضة الطالبين وعمدة المفتين الجزء الثالث صـ ٢٩٢ الرَّابِعَةُ: مَنْ مَرَّ بِثَمَرِ غَيْرِهِ أَوْ زَرْعِهِ، لَمْ يَجُزْ لَهُ أَنْ يَأْخُ...
-
Info dari Ustadz Muafa (Syaikhul Pramukiyyin /Mantan Syabab HT), yaitu berkaitan dgn para senior/pembesar HT Pusat, khususnya yg ada di ...
-
Rabithah Alawiyah, organisasi pencatat keturunan Nabi Muhammad, mendata ada 151 marga segaris keturunan Nabi yang masih ada di dunia, t...
No comments:
Post a Comment