Monday, February 12, 2018
Nikmat Manakah (di NKRI ) yang Kau Dustakan?
Negeri yang subur makmur, gemah ripah loh jinawi toto tentrem kartoraharjo itu bernama Indonesia atau negeri Nusantara. Negeri miniatur Surga karena kenikmatan yang ada di Surga ada di Indonesia. Negeri yang cantik, elok dan menawan karena tiada satupun negeri yang indah nan permai kecuali negeri kita ini.
Dahulu penduduknya rukun dan damai saling bertoleransi dengan penuh cinta dan kasih. Masih terngiang dari simbah leluhur bahwa rakyat Indonesia ini dahulunya sangat tepa selira dan saling memuliakan sesamanya. Rakyatnya tenteram dalam beribadah walau berbeda satu sama lain. Itu dulu dimana negeri ini masih cantik dan perawan sehingga penduduknyapun masih natural menyatu dengan tradisi. Itu dulu.
Negeri ini dahulunya adalah negeri yang perkasa. Raja-raja yang hebat karena terkenal dipenjuru dunia sehingga ditakuti dunia dan takluk dengan Nusantara karena mereka. Dielu-elu, dipuji-puji dan menjadi rebutan negara-negara asing.
Kehidupan beragama, berjalan damai terus-menerus. Saling menghormati antar umat beragama. Bergandengan tangan dan royongan dalam setiap menyelesaikan persoalan. Tidak ada perdebatan agama dan tidak adapula permusuhan karena agama.
Kekayaan alamnya yang melimpah ruah. Tanahnya, lautnya, udaranya dan keagungan alam yang tiada tara. Rakyatnya makmur ijo royo-royo terpenuhi sandang, pangan dan papan. Sejarah yang selalu rindu untuk dikenang. Nenek moyangku orang pelaut, tanah air beta yang selalu dipuja-puja bangsa.
Petakapun datang. Masa dimana kaum perusak tiba dan meluluhlantakkan sendi-sendi kehidupan bangsa Nusantara. Yang semula toleran menjadi arogan dan intoleran, yang semula andapasor (rendah hati) menjadi congkak dan tinggi hati. Masa dimana para pendatang membawa fitnah. Merusak tradisi dan merusak toleransi. Nenek moyang kita yang dahulunya bangsa beradab lantas dijajah oleh bangsa yang tidak beradab atau biadab.
Entah karena apa. Mungkin karena mabuk agama, belajar agama yang tak selesai atau karena terlalu banyak dijejali dogma yang dianggap agama. Jika agama adalah perdamaian dan jalan keselamatan maka dogma mengajak kepada pembid'ahan, pemusyrikan, pengkafiran dan akhirnya adalah pembunuhan.
Lahirnya agama adalah mengajak manusia agar hidupnya tidak kacau. A berarti tidak, gama berarti kacau atau rusak. Jadi esensi dari agama adalah hidup yang seimbang dan selaras agar tidak kacau, rusak dan njomplang.
Mengapa akhir-akhir ini banyak yang mengaku beragama bahkan paling beragama karena lidahnya mahir dalam mengutip ayat dan mencomot sabda namun hidupnya kacau. Padalah agama mengajarkan cinta kasih dan damai tapi mereka yang gila agama suka menebar teror dan pembunuhan. Membunuh dan menganiaya atasnama Tiuhan kemudian mengaku gila yakni gila dadakan. Yang mereka teladani sebenarnya siapa? Para nabi yang tersebut didalam kitab suci atau iblis yang hobinya menebar arogansi.
Lantang teriak kafir namun lupa dengan kekufurannya. Lantang menuding sesat namun alpa dengan kesesatannya sendiri. Bangga dengan kemuslimannya namun tidak sadar dengan kekufurannya. Kufur bukan hanya disematkan kepada orang yang dianggap kafir namun kepada siapa saja yang tidak bersyukur.
Bagaimana mensyukuri nikmat NKRI ini? Menjaga dan merawat negeri ini dengan sepenuh hati. Jangan tergiur oleh simbol-simbol apapaun yang berniat merusak NKRI. NKRI adalah amanah dari Tuhan untuk selalu dijaga agar tidak direbut atau dirusak oleh kaum perusak. Memanfaatkan segala sumber alamnya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jangan mengeksploitasi atau merusak kekayaan alamnya agar tidak dicabut kenikmatannya oleh Tuhan.
Kita jadikan NKRI yang permai ini selalu damai dan tenteram. Negeri indah untuk semua rakyatnya dan bukan monopoli satu agama tertentu. Saling bertoleransi seperti sediakala sebagaimana yang telah diajarkan oleh moyang kita. Mensyukuri nikmat NKRI ini untuk sama-sama menyembah Tuhan dan berbakti kepada-Nya. Duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Setara dihadapan Tuhan. Mencintai semua makhluk ciptaan-Nya apapun identitas agamanya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Namanya adalah Syeikh Subakir. Seorang mubaligh nusantara dari Persia, Iran. Tak banyak orang tahu dan mengenal nama Syekh Subakir. Padah...
-
Hizbut Tahrir memiliki dua bendera, berwarna putih yang disebut Liwa' dan warga hitam yang disebut Rayah. Mereka mengklaim 2 bendera ...
-
Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Infithaar (Terbelah). Surah Makkiyyah; Surah ke 82: 19 ayat “BismillaaHir rahmaanir rahiim. 1. apabila lang...
-
Oleh Rijalul Wathon Al-Madury Sayyid Kamal al-Haydari yg dengan nama lengkap Kamal bin Baqir bin Hassan al-Haydari (السيد كمال بن باقر ...
-
Soeharto Lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921. Ia lahir dari keluarga petani yang menganut Kejawen. Keyakinan keluarga...
-
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا يَا رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا يَا مَوْلَانَا إِنَكَ أِن...
-
Beliau adalah KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, seorang ulama besar yang sampai akhir hayat beliau masih memberikan ilmu agama bagi masya...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi...
-
Ada perbedaan mendasar antara ideologi Wahabi dengan Aswaja. Bagi masyarakat yang tidak paham tentang belantara online, akan mudah terper...
-
Baru-baru ini Nahdlatul Ulama sedang didera ujian berupa fitnah-fitnah dari pihak yang berseberangan dengan Nahdlatul Ulama. Bahkan banya...
No comments:
Post a Comment