Wednesday, April 4, 2018

Islam Sudah Bersatu, Apa Lagi yang Akan dipersatukan?


Oleh Suryono Zakka

Jargon menyatukan Islam sering mendengung ditelinga kita. Marketnyapun berbeda-beda. Ada yang mengajak bersatu dibawah manhaj salaf ala Salafi-Wahabi dan ada pula ngajak bersatu dibawah bendera Khilafah. Benarkah demikian yang disebut dengan persatuan? Benarkah yang disebut persatuan itu harus seragam anti dengan keramagaman dan keanekaragaman?

Tidak ada yang salah jika menyeru kepada persatuan universalitas sebagaimana yang dimisikan oleh Al-Qur'an. Beragam latarbelakang budaya sebagai sarana untuk mengenal dan berlomba dalam kebaikan. Bukan untuk menyeragamkan dan bukan pula untuk mereduksi satu sama lain namun mengenal dalam kesetaraan. Tidak ada yang dominan dan tidak ada yang determinan.

Akan menjadi masalah jika memaksakan persatuan dalam sebuah produk penafsiran. Sebagaimana manhaj salaf ala Salafi-Wahabi, hanya sebuah produk penafsiran yang literalis dan tekstual.

Akan jadi musibah juga jika memaksakan umat muslim dalam produk penafsiran ala Khilafah HTI. Bukankah itu hanya sebuah pemikiran Nahbhani? Bukan produk kitab suci. Bukan kemutlakan karena ada produk-produk tafsir yang lain tentang siyasah dan kekuasaan.

Bagi saya, umat Islam sudah bersatu tanpa gembar-gembor kembali kepada Qur'an dan Hadits ala Salafi-Wahabi. Tanpa teriak sana-sini mengkampanyekan Khilafah ala HTI. Semua sudah bersatu jika tidak saling menyerang dan menghantam. Yang jadi masalah ketika kelompok lain dianggap sebagai sasaran dan target doktrinasi.

Dalam konteks Indonesia, umat Islam sudah bersatu. Simbol persatuannya adalah persatuan Ormas-Ormas moderat yang digawangi oleh NU dan Muhammadiyah. Cukuplah NU dan Muhammadiyah sebagai kiblat organisasi terbesar dinegeri ini. Ormas asli Indonesia yang lahir, tumbuh dan berjuang untuk kebangkitan bangsa. Berdakwah sesuai dengan cita rasa nusantara. Damai, menyejukkan dan dilandasi dengan semangat toleransi sebagaimana ciri khas kultul Indonesia. Jadi, jika NU dan Muhammadiyah selalu akrab dan mesra saling kasih mengasihi dan menghormati, mengapa ada lagi kampanye persatuan? Mengenal ngajak bersatu dalam ideologi Salafi-Wahabi atau ideologi Khilafah?

Dalam konteks masyarakat dunia, umat Islam sudah bersatu. Simbol persatuan itu sejak digelorakannya perdamaian antar madzhab Sunni dan Syiah yang dipelopori oleh Kampus Sunni Al-Azhar, Mesir. Disepakati oleh ulama-ulama kedua madzhab yakni madzhab Sunni dan Syiah. Dengan dicetuskannya perdamaian ini, maka tidak ada lagi persengketaan dan permusuhan antara Sunni dan Syiah. Mereka adalah dua sayap umat Islam yang saling mendukung dan membutuhkan. Jika salah satu sayapnya ada yang patah maka Islam tidak akan bangkit dan terus jauh tertinggal.

Selain damainya Sunni-Syiah, internal umat Islam Sunni sudah bersatu dalam sistem national state atau negara bangsa. Sistem negara nasional ini adalah keniscayaan mengingat umat Islam yang semakin meluas beserta problem yang semakin kompleks.

Dimasa klasik, umat Islam disatukan dalam bendera dinasti atau kekhalifahan sangat tepat dalam rangka mendukung dakwah Islam agar semakian meluas dan terkontrol. Problem yang masih minim dan jangkauan umat Islam yang tak seluas sekarang menyebabkan sistem politik dinasti dipakai. Kini, berbeda zaman dan berbeda pola umat Islam maka solusinya adalah negara bangsa.

Walau terkesan seolah umat Islam terkotak-kotak dan tidak bersatu dalam naungan tauhid, ada keuntungan dari konsep negara bangsa seperti sekarang ini. Diantaranya, umat Islam atau negara muslim memiliki wewenang untuk mengatur urusan dalam negerinya sendiri tanpa campur tangan kekuatan pusat. Otonomi semacam ini dapat memacu negara muslim semakin maju karena tiadanya hegemoni pemerintah pusat. Adanya negara bangsa, dapat mempermudah akses dan kemandirian sehingga negara muslim yang produktif akan bangkit dan negara muslim yang pasif dan tidak sigap menghadapi tantangan global maka akan tertinggal.

Konsep negara bangsa tidak bertentangan dengan ajaran Islam sebab bersatunya umat Islam secara terpusat dalam naungan Khilafah juga hanya hasil produk penafsiran. Umat Islam boleh memakai dan memilih konsep negaranya sesuai dengan konsensua salkan dapat membawa kepada kemaslahatan sehingga terciptanya masyarakat yang adil dan makmur. Yang dipakai dalam negara bangsa adalah kemaslahatan atau kemanfaatan.

Dengan adanya negara bangsa, maka setiap negara muslim dapat berkompetensi sesama negara muslim lainnya secara produktif. Setiap negara muslim dapat menumbuhkan toleransi karena mereka bekerjasama bukan hanya sebatas satu agama melainkan multi agama. Seluruh pemeluk agama sama-saling menjaga.

Konsep negara bangsa tidak menghalangi negara-negara muslim untuk menjalin kerjasama dan persatuan. Ada banyak konferensi dan kerjasama negara-negara muslim yang senantiasa digalang untuk menyebarkan Islam moderat.

Jika semua sepakat bahwa umat Islam sudah bersatu baik dalam skala nasional maupun internasional, lantas siapakah mereka yang selama ini menggaungkan persatuan? Apakah persatuan yang dimaksud menyatukan dalam manhaj Salaf sebagaimana yang mereka kampanyekan ataukah bersatu dalam naungan khilafah?

Ya, kita sangat paham tentang keberadaan kelompok yang mengajak kesurga namun tidak mencintai tanah air. Mereka inilah yang mempropagandakan Allah ada dilangit dan seolang mengajak kepada sunnah namun hakikatnya kepada kesesatan. Juga kelompok yang mengampanyekan persatuan model Khilafah sehingga sangat anti dengan nasionalisme.

Jadi, mau menyeru persatuan kepada siapa lagi? Tanpa diserupun, NU dan Muhammadiyah sudah bersatu. Tanpa berkoar-koarpun, Sunni dan Syiah senantiasa proaktif menggalang persatuan demi perdamaian dunia.

Lantas siapakah yang selama ini memecah belah? Siapakah yang selama ini anti persatuan? Siapakah yang selama ini memaksakan ideologi dengan doktrin takfiri? Siapakah yang selama ini memprovokasi permusuhan Sunni dan Syiah? Ya, merekalah sejatinya kaum perusak perdamaian dan persatuan. Jika Salafi-Wahabi perusak perdamaian karena menebar teror ditengah masyarakat dengan doktrin takfiri, bid'ah, kafor dan musyrik maka kelompok Khilafah mengusik ketenangan setiap negara dengan doktrin thaguthnya.

Kuatkan barisan Aswaja-Sunni dalam menghadapi mereka. Waspadalah setiap propaganda dan penyesatan mereka. Jaga selalu akidah dan amaliyah Aswaja sehingga tidak dirusak oleh mereka. Hadapi mereka dengan kesantunan dan hujjah yang tegas. Jangan mencela, jangan mencaci dan jangan menghina karena pengikut Aswaja-Sunni adalah pewaris para nabi yang memiliki keagungan akhlak. Tanpa akhlak yang baik, agama akan sia-sia.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...