Oleh : Abdulloh Faizin
Beliau adalah seorang ulama kharismatik berwibawa panutan ummat dengan akar daur nasab tidak tanggung-tanggung bersambung dari syeh Nawawi Tanara Banten al-Jawi sebagai bagian dari founding father ulama penyebar Islam di Indonesia lewat tersohor di santero pesantren.
Ini bukan masalah ta'ashub atau kefanatikan buta. Yang cerdas akan memahami keprihatinan ini bahkan generasi NU yang punya loyalitas dan militasi perjuangan akan terpanggil bahkan semangat bergerak bukan hanya menggeliat apalagi mengabaikan. Kecuali generasi yang lemah dan telah teragitasi dan terprovokasi pemahamamnya oleh skandal mereka.
Mari bersama memandang dan merasakan. Ada fenomena diluar kewajaran untuk beliau. Ada sempalan radikalis pasukan mengaku sebagai garda terdepan membela Islam. Siapa mereka? Mereka adalah kalangan tidak konsisten dalam bersikap dan bertidak diluar batas keawajaran. Yang dulu membela sekarang melawan, yang dulu memuji sekarang membenci bahkan memaki dan menertawakannya. Mengapa? Karena tidak sesuai dengan kepentingan birahi-birahi konspirasi politiknya.
Terasa gatal didengar memang bagi kita warga NU khususnya dan ummat Islam pada umumnya. Namun itu yang terjadi dan sengaja dihembuskan di dunia medsos, dengan aroma busuk kebencian ketidakwajaran menimbulkan perapektif negatif yang disematkan kepada beliau romo KH. Ma'ruf Amin sang Ketua MUI dan Rais Am PBNU. Tuduhan penghinaan dan pelecehan yang membabi buta antara lain bangsat, pengkhianat dan tuduhan tetek bengek lain-lain yang menyakitkan.
Fenomena ini merupakan bukti hilangnya etika kesopanan dan tercabutnya rasa malu dari hati mereka. Yang ada dalam pikirannya hanya ambisi perut dan kekuasaan dengan kedok bela Islam dalam semangat yang beringas dan tak terkendali tapi tidak pernah sama sekali merenungi dan meresapi bahkan Islam tidak menjadi substansi dan tujuan dari tindakan dan perbuatan mereka.
Sungguh sangat ironis apa yang mereka lakukan. Mereka telah terjebak fatamorgana yang berkepanjangan yang menjadi mujahid-mujahid palsu pengagum 73 bidadari dengan sejumlah aksi yang mereka benarkan tanpa legalitas dan legetimasi dari nilai Islam yang murni.
Mereka juga telah mengobarkan kebencian kepada ulama-ulama salafushalih yang benar-benar alim dalam tindakannya dan menebarkan kebecian serta isu sektarian kepada sesama bahkan memprovokasi rakyat untuk menghujat NU dan pemerintah yang sah.
Semua penghinaan demi penghinaan, semua pelecehan demi pelecehan mereka tujukan kepada para masyayikh ulama serta kiyai. Artinya, tidak ada kata lain kecuali dilawan karena mereka telah menginjak-injakkan kakinya diatas kehormatan pewaris nabi.
Semangat membela beliau sebagai ulama kita harus seperti pangeran Sparta yang gagah mengendarai kuda troli yang tercambuk untuk mengalahkan mereka yakni para penghujat dan pembenci ulama. Bukan seperti pencundang yang hanya memuji dan memuja dikala sama dengan kepentingan nafsu politknya dan membenci serta melecehkan dikala tidak menguntungkan kelompokya.
Yang paling miris, mereka tidak melihat tempat waktu dan suasana meneriakkan gema takbir dengan tanpa menjunjung nilai tinggi keagungannya bahkan mengkerdilkan mereka sendiri karena kecongkakannya. Maka benar larangan ketum PP Muhamadiyah tentang larangan takbir disembarang tempat dalam semua kegiatan mereka.
Ayo para generasi! Dimana merahmu dimana nyalimu untuk mendobrak tirai-tirai hitam kepengecutan mereka dan penghinaan mereka medsos?
Untuk Romo yai, sekali lagi kami pemuda generasimu mendukungmu sepenuhnya. Kami akan melawan persengkokolan busuk mereka dengan lisan maupun tulisan serta tindakan dengan harapan mendapatkan wasilah dan barakah karena membela dan mencintaimu. Doa kami semoga engkau diberkahi panjang umur sehat wal afiat.
No comments:
Post a Comment