Thursday, May 10, 2018
Jangan Berikan Negeri Ini kepada Kaum Teroris!
Oleh Suryono Zakka
Kebiadaban kaum teroris dan radikalis kian nampak didepan mata. Kaum teroris tahanan di Mako Brimob melakukan aksi kebiadabannya terhadap polisi. Tak tanggung-tanggung, 5 polisi gugur dalam kondisi mengenaskan dalam rangka menunaikan amanahnya sebagai abdi negara dan satu teroris syahid menemui "bidadari nan cantik jelita" di Surga.
Disaat kondisi yang darurat seperti ini, rakyat mengecam aksi kebiadaban tersebut dan mendukung sepenuhnya kepolisian untuk meningkatkan ketegasan dalam menindak teroris. Tanpa sikap yang tegas maka kehormatan kepolisian akan semakin buruk. Jika pihak keamanan saja tidak berdaya apalagi rakyatnya.
Kejadian ini telah menyayat hati kita betapa radikalisme dan terorisme dinegeri ini tak kunjung padam. Kebiadaban semakin ganas, pembantai manusia semakin beringas. Apakah ini sebagai pertanda bahwa bangsa ini telah dikuasi kaum radikalis? Mungkin saja.
Sayangnya dan sungguh disayangkan, selalu dan selalu yang melakukan aksi radikal adalah mereka yang mengatasnamakan pembela Tuhan. Mereka yang selama ini pelan tapi pasti telah menggerogoti kedamaian bangsa. Kaum perusak berbalut agama, kaum pemberontak bertopeng ayat suci.
Teringat akan aksi bandit Khawarij yang telah merusak persatuan Islam. Teringat aksi yang sangat memilukan saat Ibnu Muljam yang mengklaim sang pembela hukum Allah membantai Sayyidina Ali karramallahu wajhah. Atas nama Tuhan, atas nama jihad dan atas nama kitab suci melakukan kebiadaban tanpa berperikemanusiaan.
Dulu kita ketakutan akan bangkitnya PKI. Sekarang telah terjawab bahwa kita ditampakkan kebiadaban PKI yang menjelma dalam wujud yang lain yaitu PKI bergaya agamis atau komunis berlabel pembela Islam. Habis PKI terbitlah HTI, habis HTI terbitlah kaum teroris yang menyamar sebagai pembela ayat suci.
Apakah ini pertanda akan binasanya kehidupan kebangsaan kita? Apakah ini bukti bahwa negeri kita sedang disandera kaum teroris. Atau jangan-jangan kaum teroris selalu hilir- mudik dalam keseharian kita hanya saja kita tidak menyadarinya bahkan menikmati suguhan nikmat kaum teroris.
Apa saja menu suguhan istimewa kaum teroris yang selalu kita nikmati kesehariannya? Dimedia, digroup bahkan dimedia nyata kita kerap menyaksikan ujaran kebencian, mencaci maki ulama, mencaci maki pemimpin yang sah bahkan ajakan untuk membunuh atas nama kitab suci.
Kita sering dijejali dengan teroris-teroris media dengan aksinya segera turunkan presiden, Indonesia negara thaghut, demokrasi produk kafir dan haram memilih tokoh ini dan itu. Kita disuguhi menu-menu iklan politik dimasjid-masjid. Kita ditakut-takuti bahwa jenazah tidak akan dishalati hanya karena beda pilihan politik bahkan kita akan diusir hanya karena beda pandangan dan pilihan partai. Inilah doktrin anak turun dan tentara-tentara teroris yang sudah mengepung pintu rumah kita.
Apakah dengan diam merupakan pilihan yang tepat? Apakah yang mengalah akan terus dianggap waras? Ataukah yang sebenarnya waras adalah mereka yang tidak perlu mengalah kepada kejahatan? Masihkah ada batas-batas toleransi kepada kaum perusak? Masih halalkan toleran kepada kaum yang tidak toleran?
Jika kita masih cinta NKRI, jika kita masih merindukan negeri yang diberkahi dengan simbol gemar ripah loh jinawi, maka diam bukanlah pilihan yang tepat. Bukan saatnya kita berdiam diri melihat kebiadaban penjagal manusia yang telah membantai saudara-saudara kita. Jika kita diam, ada saatnya kita yang akan digilir oleh mereka.
Memang benar bahwa kebiadaban orang yang tidak waras karena mabuk agama labih berbahaya dari orang yang tidak waras bukan karena agama. Gila yang sebenarnya tidak akan banyak membantai manusia namun gila karena salah resep dalam memahami agama akan menjadi malapetaka.
Jika kita masih cinta dengan negeri ini, jangan buka sedikitpun doktrin teroris masuk dalam otak kita. Jangan impor sedikitpun virus radikal dalam sosial media kita. Sterilkan sosmed kita dari bakteri-bakteri radikal yang akan merusak sistem akal dan kesadaran kita. Proteksi group-group kita dari kanker teroris yang selalu mengintai gerak langkah kita. Jika tersulut satu virus saja, maka akan sulit mengobatinya untuk tidak mengatakan menjadi generasi teroris baru.
Yang juga perlu kita waspadai adalah sel-sel tidur teroris. Disebut sel-sel tidur karena calon, kandidat dan pendukung teroris jenis ini adalah mereka yang tidak berpenampilan ala teroris namun bisa saja yang nongkrong di warung kopi, dikantor-kantor, disekolah-sekolah hingga akademisi kampus.
Sel tidur teroris semacam ini sangat sulit dideteksi karena tampil sebagaimana masyarakat umum namun selalu meneriakkan anti pemerintah, pemerintah kafir, pemerintah anti Islam, pemerintah anti ulama dan membuat gonjang-ganjing agar negara menjadi kacau.
Usaha, kerjasama dan do'a takkan ada henti selalu teriring untuk masa depan negara kita. Jika kaum teroris bercita-cita merusaknya maka kitalah yang akan selalu menjaganya tanpa kenal lelah dan tanpa mengharap upah walau harus mengorbankan nyawa dan darah.
Salam NKRI, Salam Indonesia Raya. Tuhan yang sebenarnya akan selalu bersama kita.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Ulama tafsir memiliki dua metode untuk menentukan ayat Makki dan Madani yakni metode Sima'i Naqli dan Qiyasi Ijtihadi. 1. Sima'...
-
Oleh Rijalul Wathon Al-Madury Sayyid Kamal al-Haydari yg dengan nama lengkap Kamal bin Baqir bin Hassan al-Haydari (السيد كمال بن باقر ...
-
Syeikh Muhammad Mukhtar Atharid (Maha Guru Ulama Nusantara dari Bogor, ulama besar di Mesjidil Haram Mekkah pada masa Negara Saudi dibaw...
-
Oleh Suryono Zakka 1. Pengertian Hadits Secara bahasa (etimologi), hadits berarti baru (jadid), dekat (qarib), atau kabar berita (kha...
-
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, lahir sekitar 1450 M, namun ada juga yang mengatakan bahwa beliau lahir pada sekitar 1448 M. ...
-
Beliau (Sofyan Tsauri) sampai berani bersumpah atas nama ALLAH bahkan berani Bermubahalah jika ada yang menuduh dia berdusta atas apa yan...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi...
-
Deklarasi tentang Hubungan Pancasila dengan Islam Bismillahirrahmanirrahim Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara Republik Ind...
-
Ini adalah sampul kitab berjudul “Risâlah Silsilah al-Tharîqatain al-Qâdiriyyah wa al-Naqsyabandiyyah” karangan Syaikh Abdul Karim Banten...
-
Ternyata bukan hanya di zaman ini saja. 'Alim ulama yang membahas dan ungkap cinta pada keluarga Nabi, tiba-tiba dituduh Syiah. Kadan...
No comments:
Post a Comment