Tuesday, May 1, 2018

Sebagai Ormas Islam, Mengapa NU dan Muhammadiyah Tidak Tertarik Model Khilafah?


Oleh Suryono Zakka

Akan bermasalah jika tidak paham tentang kesejarahan serta konsep dakwah NU dan Muhammadiyah sehingga mengaitkan dengan gerakah khilafah. Akan bermasalah jika menganggap khilafah bagian dari ajaran Islam sehingga mempertanyakan status NU dan Muhammadiyah sebagai ormas Islam.

Sebelum ormas sebelah dan simpatisan pengusung khilafah teriak-teriak bela Islam dan bela ulama, NU dan Muhammadiyah sudah bela Islam dan bela Ulama bahkan sebelum mereka lahir. Seolah paling mengerti Islam dan paling membela Islam sehingga meragukan NU dan Muhammadiyah.

NU dan Muhammadiyah bukan ormas kemarin sore yang baru belajar Islam, melek tentang Islam sehingga paling lantang bersuara. Tanpa harus serak-serak berteriak dijalanan, NU dan Muhammadiyah sudah lebih dahulu lantang dengan jihadnya membela Islam dengan cara yang lebih terhormat, dewasadan sesuai dengan cita rasa nusantara.

Menurut NU dan Muhammadiyah, jihad tidak harus demo dijalanan. Jihad bukan pula teriak-teriak khilafah, teriak-teriak bela Islam apalagi mengecam pemerintahan yang sah. Haram bagi NU dan Muhammadiyah mengecam pemerintah, mencaci maki pemerintah apalagi berupaya mengganti dasar negara yang sah.

Berniat mengganti dasar negara dengan cara hujat sana-sini, cerca kesana-kemari bukanlah cara yang terhormat. Apalagi memakai simbol-simbol Islam untuk memanipulasi kejahatan, sungguh kebiadaban yang tak terkira.

Bagi NU dan Muhammaadiyah, NKRI dengan konsep Pancasilanya sudah final maka tak perlu diobrak-abrik lagi, tak perlu lagi bongkar pasang ideologi yang tidak menjamin akan lebih baik. Siapakah yang menjamin bahwa khilafah lebih baik dari segalanya sehingga harus mati-matian menegakkan khilafah.

Pancasila adalah jalan tengah bagi pluralitas bangsa Indonesia apapun statusnya. Beda agama, ras dan suku bangsa hanya bisa disatukan dengan ideologi persatuan yakni Pancasila. Nusantara menjadi NKRI yang berarti negara kesatuan karena asalnya adalah beragam komponen yang berbeda sehingga perlu ada lem atau perekat.

Apakah khilafah mampu membuktikan itu atau bahkan mampu menjadi solusi bagi kemajemukan? Jangankan menyatukan berbagai negara dalam payung khilafah, satu negarapun tak ada yang tertarik dengan gerakan itu. Ngaku ingin buat negara namun khalifahnya masih disembunyikan. Parahnya, pengusung khilafah menjadi mimpi buruk disetiap negara. Benalu yang tak tahu terima kasih kepada inangnya. Sudah diberikan jaminan untuk hidup malah akan mengobrak-abrik tatanan yang sudah ada. Tidak segera minggat tapi membawa babak perpecahan. Kiranya butuh sajen yaitu sajen Islam Nusantara agar segera kabur dari NKRI.

NU dan Muhammadiyah membela Islam dengan semangat yang sangat substansial. Jauh dari arogansi dan keminter. Memperjuangkan kesejahteraan rakyat, memajukan pendidikan dan kesehatan serta mendukung pembangunan adalah bagian dari bela Islam dan jihad ala NU dan Muhammadiyah.

Penerimaan NU dan Muhammadiyah secara lahir dan batin, legowo dan suka cita bukan berarti orang-orang NU dan Muhammadiyah tidak paham Islam. Bukan dikira tidak mengerti syariat Islam sehingga tidak ikut-ikutan demo sana-sini dan hujat sana-sini. Justru karena benar-benar paham tentang Islam luar dalam bukan sekedar ngaku-ngaku, sehingga tidak suka gerudukan membuat gaduh suasana.

Bagi NU dan Muhammadiyah, Islam bukan sekedar label dan stempel. Islam bukan formalitas belaka sehingga tidak harus dipaksakan dalam konsep bernegara. Islam itu sangat universal bukan hanya rahmat bagi muslim dan mukmin namun juga rahmat bagi kehidupan semua makhluk dibumi.

Jika Islam hanya mengejar status dan label namun kering nilai-nilai ruhani, betapa banyak kita yang tertipu dengan label. Ngakunya partai Allah, partai Islam namun paling jago kalau korupsi. Ngakunya partai pembela Islam namun paling hobi hujat sana sini untuk mengolong-olok simbol negara.

Jika Islam hanya sebatas simbol, betapa banyak yang tertipu dengan kaos sablon atau bendera yang diklaim milik Allah. Membawa simbol-simbol Allah dan kalimat Allah untuk melakukan kejahatan. Luar biasa. Melakukan kejahatan tanpa nama Allah saja berdosa dan berbahaya apalagi jika membawa nama Allah, maka fitnahnya akan labih berbahaya. Siapa yang tak seide dan sepemikiran akan dituduh musuh Allah, laknatullah bahkan golongan setan.

Islam substansi. Itulah konsep NU dan Muhammadiyah dalam berislam.  Setia kepada ulama bagi NU dan memegang teguh ajaran kanjeng nabi bagi Muhammadiyah namun tidak melupakan konsep berbangsa dan bernegara.

NU dan Muhammadiyah sadar akan kenyataan bahwa Indonesia adalah plural yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Semua komponen saling membangun, bekerjasama menyumbangkan karya mereka masing-masing untuk kemajuan bangsa. Bukan malah sibuk merasa paling memiliki, merasa paling Islami dan paling surgawi.

Tanpa harus menjadi negara Islam, Indonesia sudah sangat islami. Dihuni mayoritas muslim dan penduduknya bebas menjalankan syariat muslim. Kurang Islami yang mana lagi hidup di NKRI. Rasanya tak ada bangsa yang labih Islami dibandingkan NKRI maka jangan pernah kufur atas titipan Allah berupa kepingan surga yakni nikmat NKRI.

Timur Tengah yang konon katanya sumber Islam, hari ini masih terus berkelahi berebut wilayah dan ladang minyak. Negeri Arab yang kita yakini banyak jejak peradaban namun tak pernah usia aksi teror dan perang antar sekte. Saling kafir mengkafirkan sehingga suara gemuruh bedil terus terngiang ditelinga kita.

Jadi, jangan pernah lagi meragukan keislaman NU dan Muhammadiyah. Dua ormas moderat ini akan selalu setia kepada NKRI sepanjang hayat setiap masa. Siapapun presidennya silih berganti sepanjang peradaban, NU dan Muhammadiyah akan selalu menghormatinya dan tidak akan membelot dari NKRI.

Jadilah NU dan Muhammadiyah yang kaffah dan original yang tidak tercampuri virus radikal dan bakteri anti NKRI. Mengaku NU tapi tergila-gila dengan khilafah maka NU-nya masih KW dan ngaku Muhammadiyah tapi mabuk khilafah maka kemuhammadiyahannya adalah hasil kloningan. Tetap teguh dan setia kepada Pancasila dan jangan menduakan hati dengan yang lain apalagi kepada mbak-mbak khilafah.


No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...