Tuesday, September 4, 2018

Filosofi Garwo (Sigarane Nyowo) menurut Kalam Ulama


Garwo adalah istilah jawa dari istri. Garwo adalah akronim (singkatan) dari kata "sigarane nyowo" (belahan hati) Dan belahan hati adalah penentu sang buah hati.

KH. Maimoen Zuber pernah dawuh :

"Neng Al Qur-an ﻧﺴﺎﺅﻛﻢ ﺣﺮﺙ ﻟﻜﻢ
Istri iku ladang kanggo suami. Sepiro apike bibit tapi nek tanahe atau ladange ora apik, ora bakal ngasilno pari apik".

Artinya “ Di dalam Al Qur’an, Istri itu ibarat sebuah ladang bagi suami. Seberapa bagus bibit tetapi kalau tanah dan ladangnya tidak bagus, maka tidak akan menghasilkan padi yg bagus pula".

Maka, beliau menawarkan konsep dalam mencari istri itu hendaknya:

"Nek milih bojo iku sing ora patiyo ngerti dunyo, mergo sepiro anakmu sholeh, sepiro sholehahe ibune".

Artinya: “Jika memilih istri sebaiknya (wanita yg) tidak begitu suka dunia, karena seberapa sholeh anakmu tergantung dari seberapa sholeh ibunya".

Seirama dengan beliau, KH. M. Anwar Manshur pun berpesan:

"Carilah wanita yg memiliki nasab baik, karena itu akan mempengaruhi nasib yg baik pula. Tapi andai kata jodohmu bukanlah orang yg memiliki nasab, maka buatlah nasab sendiri dan bangun nasib dengan nasab yg kamu bangun".

Kemuadian Mbah Maimoen mengambil i'tibar dari kisah para sahabat Rasulullah:
“ Sohabat Abbas iku nduwe bojo ora seneng dandan, nganti sohabat Abbas isin nek metu karo bojone. Tapi beliau nduwe anak ngalime poll, rupane Abdulloh bin Abbas".

Artinya: “Sahabat Abbas mempunyai istri yg tidak suka berdandan, sampai sahabat Abbas malu jika keluar rumah bersama istrinya. Tapi beliau memiliki anak yg sangat alim sekali, yaitu Abdullah bin Abbas".

“Sayyidina Husain nduwe bojo anake Rojo Rustam (rojo Persia). Walaupun asale putri Rojo, sakwise dadi bojone Sayyidina Husain wis ora patiyo seneng dunyo. Mulane nduwe putro Ali Zainal Abidin bin Husain, ngalim-ngalime keturunane Kanjeng Nabi".

Artinya: “Sayyidina Husain (cucu Rosulullah SAW) memiliki istri dari putri Raja Rustam (Raja Persia). Walaupun berasal dari putri raja, setelah menjadi istri Sayyidina Husain sudah tidak begitu suka dunia. Makanya beliau memiliki putra bernama Ali Zainal Abidin bin Husain, keturunan Rosulullah yang paling alim".

Beliau juga memberikan contoh bukti real pentingnya peranan "garwo" di zaman now:

“Kiai-Kiai Sarang ngalim-ngalim koyo ngono, mergo mbah-mbah wedo'e do seneng poso".

Artinya: “Para kiyai dari Sarang bisa alim seperti itu, sebab para mbah perempuannya suka berpuasa".

Beliau pun memberikan contoh ulama besar Mekkah berdarah Padang Sumatra Barat. Tokoh berdarah Nusantara itu bernama Abu Al-Faidh’ Alam Ad Diin Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani, bergelar “Almusnid Dunya” (ulama ahli sanad dunia) karena keahliannya dalam hal ilmu periwayatan hadist. Maka banyak para ulama-ulama dunia berbondong-bondong untuk mendapat Ijazah Sanad hadist dari beliau. Bahkan Al-‘Allamah Habib Segaf bin Muhammad Assegaf salah seorang ulama dan waliyulloh dari Tarim Hadromaut sangat mengagumi keilmuan Syekh Yasin Al-Fadani hingga menyebut Syekh Yasin dengan ”Sayuthiyyu Zamanihi” (imam Al Hafid Assayuthy pada zamannya).

Mbah Maimoen dawuh:

“Syekh Yasin Al Fadani iku nduwe istri pinter dagang, nduwe putro loro. Sing siji dadi ahli bangunan sijine kerjo neng transportasi. Kabeh anake ora ono sing nerusake dakwahe Syekh Yasin".

Artinya: “Syekh Yasin Al Fadani itu mempunyai istri yg pandai dalam berdagang, mereka memiliki dua putra. Yang satunya ahli dalam bangunan, yg satunya bekerja dalam bidang transportasi. Semua anaknya tidak ada yg meneruskan dakwah Syekh Yasin".

Beliau memberikan konklusi (kesimpulan) bahwa :

“Intine iso nduwe anak ngalim, nek istrine ora patiyo ngurusi dunyo lan khidmah poll karo suamine".

Artinya: “Intinya untuk memiliki anak yg alim, jika istrinya tidak begitu mengurusi masalah dunia dan totalitas berkhidmah (patuh) kepada suaminya".

“Nek kowe milih istri pinter dunyo, kowe sing kudu wani tirakat. Nek ora wani tirakat, yo lurune istri sing ahli dzikir, kowene sing mikir dunyo alias kerjo".

Artinya: "Jika kamu memilih istri yang pandai mengurus masalah dunia, kamu harus berani untuk tirakat. Jika kamu tidak berani, yg kedua carilah istri yg ahi dalam berdzikir, kamu yg berpikir masalah dunia alias bekerja".

Dan saya ingat dawuhipun Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya:

"Semangat bekerja, bertanggung jawab, tidak meninggalkan sholat lima waktu dan mau mendekati Ulama dan orang-orang Sholeh. Insya Allah akan membawa kebaikan, baik duniawi maupun ukhrawi. Yang masih single semoga segera mendapat jodoh, yg membawa maslahat dunia dan akhirat".

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...