Tuesday, November 13, 2018

Siasat NU dalam Idelogi Nasakom


Mengingat Bung Karno hanya memberikan waktu 3 hari pada NU untuk menolak atau menerima NASAKOM, maka diputuskanlah oleh KH Wahab Chasbullah dan KH Idham Chalid untuk menerima NASAKOM tanpa harus menunggu persetujuan cabang-cabang NU yang ada di seluruh daerah, dengan pertimbangan sebagai berikut:

Pertama, tak mungkin mengumpulkan seluruh cabang NU yang tersebar di berbagai daerah dalam waktu sesingkat itu, sementara keputusan harus dibuat cepat mengingat PKI telah menghasut Bung Karno untuk membubarkan partai politik yang tak menerima NASAKOM.

Kedua, bila partai NU dibubarkan maka praktis tak ada lagi partai besar Islam yang bisa memperjuangkan aspirasi umat baik di pemerintahan maupun di parlemen, mengingat partai Masyumi sudah dibekukan sebelumnya.

Selang beberapa bulan kemudian setelah menerima NASAKOM, dikumpulkanlah seluruh cabang untuk diberikan penjelasan mengapa NU menerima NASAKOM dengan alasan pertimbangan di atas. Seluruh cabang pun menerimanya. Pada pertemuan tersebut KH Wahab Chasbullah berpesan, "Kecuali terpaksa, jangan bertempur di luar gelanggang, karena hanya sedikit mendatangkan manfaat bagi umat".

Kalimat tersebut menandai dimulainya pertempuran terbuka NU yang dikomandani politikus sangat cerdik KH Idham Chalid melawan PKI baik di pemerintahan, parlemen, sampai akhirnya pada tingkat akar rumput juga.

Sadar kalau faham komunis sudah menyebarluas, NU pun mengusulkan pada Bung Karno agar tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila.

Ide ini dilontarkan untuk mengingatkan masyaraķat, dasar negara adalah Pancasila dan jangan sampai tergantikan oleh faham komunis, sekaligus menyatukan kaum Nasionalis dengan Islam melawan ajaran Komunis. Lalu ketika PKI sudah begitu besar dan sulit ditandingi, NU pula yang memancing banyak pihak untuk mengangkat Bung Karno sebagai presiden seumur hidup, bahkan PKI pun terpengaruh dan bahkan yang paling lantang menyuarakan ide tersebut.

Bila pemilu pasca dekrit presiden diselenggarakan, bisa dipastikan PKI akan memenangkannya. PKI tak menyadari bahwa ide menjadikan Bung Karno presiden seumur hidup sesungguhnya untuk meniadakan pemilu. Sebab buat apa ada pemilu bila presiden sudah ditetapkan, demikianlah logikanya. Pemilu akhirnya tak terselenggara, negara dan bangsa selamat dari bahaya kemenangan komunisme.

Melihat sudah demikian mengguritanya PKI di masyarakat, NU pun mengadakan perlawanan pada tingkat akar rumput dengan melahirkan berbagai ormas tandingan. Lesbumi lahir untuk menandingi Lekra, Pertanu untuk melawan BTI, dan Banser Ansor untuk melawan pemuda rakyat.

Demikianlah sekelumit cerita disampaikan agar warga NU tak hanya hafal doa tahlil dan fasih membaca arab gundùl, tapi juga wajib tahu sejarah masa lalunya.


Bagaimana dengan HTI sekarang, HTI telah menyebar. Sel-sel jaringan HTI sudah masuk dalam kehidupan berbangsa. Bukan hanya pelajar dan mahasiswa yg terpapar virus khilafah yg ditebar oleh HTI, tetapi aparatur pemerintah, aparat negara, juga ada yg  menjadi simpatisan, aktifis, bahkan pimpinan HTI.

NU membutuhkan sosok seperti KH. Idham Khalid dan KH. Wahab Hasbullah, untuk menangkis serangan HTI dan para penumpang gelap yg masuk ke gerbong HTI.

HTI tidak cukup dibubarkan, tetapi harus ada tindakan konstitusional yg melarang sepak terjangnya. Dan Sisa-Sisanya Segera dibina... Jangan menunggu NKRI rusak, porak  poranda seperti Suriah.

Salam Damai !!!

Ini adalah bukti bahwa NU sangat mahir dan cermat melihat perpolitikan saat itu. Sebagai penyeimbang dan mengcounter ekstrem kiri juga ekstrem kanan, karena NU menggunakan "Politik Kebangsaan Demi utuhnya NKRI.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...