Friday, December 21, 2018

Kesaksian WNI tentang Tiongkok dan Uyghur


Saya seorang WNI yang sudah 6 tahun studi dan bekerja di Tiongkok. Saya non-muslim, dan saya tinggal di Tiongkok selatan, jauh dari Xinjiang. Jadi saya tidak bisa membuktikan sendiri keadaan di Xinjiang seperti apa. Tapi setelah mendengar berita soal penindasan di Xinjiang, saya menjadi penasaran dan mencoba melakukan klarifikasi mengenai hal tersebut
1. Di Tiongkok sini, berita soal penindasan atau kamp rehabilitasi di Xinjiang hampir tidak pernah muncul di media, atau setidaknya selama tidak ada berita apapun mengenai hal itu selama sebulan terakhir ini (sebulan terakhir ini saya mulai rajin memantau berita lokal, tapi sejauh pengetahuan saya, tidak ada berita apapun soal Uyghur dan Xinjiang)
2. Saya mencoba mencari info kepada seorang mahasiswa yang berasal dari Xinjiang. Kami mengobrol santai dalam Bahasa Mandarin. Dia muslim, dan keluarganya masih tinggal di Xinjiang. Dari hasil obrolan saya dengan dia, sang mahasiswa bilang bahwa dia dan keluarganya sama sekali tidak merasa mendapatkan tindakan persekusi atau opresi apapun dari pemerintah Tiongkok. Mereka bebas pergi ke masjid dan beribadah di sana. Mereka merasa bahwa kebebasan beragama mereka tidak pernah diusik oleh pemerintah Tiongkok, termasuk dalam merayakan hari-hari raya keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
3. Menurut cerita dia, beberapa tahun silam, situasi Xinjiang tidak sekondusif sekarang. Sering ada bom dan random attack di tempat-tempat umum yang dilakukan oleh kelompok separatis. Bahkan serangan serupa pernah terjadi di beberapa kota lain di Tiongkok. Tapi beberapa tahun terakhir ini, sejak pemerintah Tiongkok sudah berhasil menumpas dan membekuk para anggota gerakan separatis ini, situasi di Xinjiang sekarang sudah jauh lebih aman dan kondusif dibandingkan dulu.
4. Di Tiongkok ada banyak artis film dan public figure yang berasal dari keturunan Uyghur, sebut saja Dilraba Dilmurat (迪丽热巴), Gülnezer Bextiyar (古力娜扎), dan Nëghmet Raxman (尼格买提). (Monggo, silakan googling). Kalau memang kaum mereka ditindas, masa mereka bakal tinggal diam saja?
5. "Jadi apakah ada Kaum Uyghur yang ditangkap oleh pemerintah?" tanya saya kepada mahasiswa itu. Dia bilang, ada, tapi mereka ditangkap karena merupakan anggota gerakan separatis yang meresahkan masyarakat, BUKAN karena mereka beragama Islam. Kebebasan memeluk agama di Tiongkok, dilindungi oleh hukum. Bahkan perkembangan agama Islam di Xinjiang didukung oleh pemerintah Tiongkok. Di berbagai kota di Tiongkok ada Institut Islam, tempat para calon imam belajar Al-Quran dan juga kebudayaan. Tidak ada larangan memakai hijab di tempat umum, tidak ada penyitaan Al-Quran dan sajadah, tidak ada larangan untuk belajar agama Islam, dan tidak ada larangan untuk melakukan kegiatan keagamaan, selama kegiatan itu dilakukan di dalam tempat ibadah yang sudah mempunyai izin dan tidak menganggu ketertiban umum.
Pernyataan ini sudah dikonfirmasi oleh seorang WNI yang pernah ke Xinjiang : http://blog.imanbrotoseno.com/melihat-muslim-di-xinjiang/?fbclid=IwAR15cBC9bkerYy4VvLJa1Zt0aZh5dulAYtzvIr2A_aFkORqQ0b0rwiJua8

Memang saya non-muslim, tapi saya kenal dengan banyak WNI muslim yang tinggal di Tiongkok. Saya sering mengobrol dengan mereka, dan mereka bilang, kehidupan beragama di Tiongkok ini JAUH BERBEDA dengan apa yang sering diberitakan oleh media-media asing.
1. Pemerintah Tiongkok melindungi hak-hak kaum minoritasnya. Kebebasan beragama di Tiongkok juga dilindungi oleh hukum, selama kegiatan keagamaan itu dilakukan di dalam tempat ibadah yang sudah ditentukan (sudah mempunyai izin) dan tidak menganggu kepentingan umum
2. Setiap kota besar di Tiongkok PASTI punya masjid dan gereja. Di kota tempat saya tinggal misalnya, masjidnya besar dan bagus. Lokasinya strategis, di pusat kota. Setiap hari Jumat, umat muslim mancanegara yang ada di kota saya, pergi untuk Jumatan ke masjid ini. Di sekitar masjidnya dibangun banyak restoran dan pasar halal untuk memudahkan kaum muslim membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari
3. Setiap kampus di Tiongkok DIWAJIBKAN untuk mempunyai kantin halal, supaya memudahkan mahasiswa-mahasiswa muslim (yang jumlahnya mungkin tidak sampai 1% total mahasiswa di kampus tersebut)
4. Pemerintah Tiongkok punya aturan dan standar yang ketat dalam memberikan label halal bagi produk-produk makanan di Tiongkok, dan mereka aktif memberantas produk-produk yang menggunakan label halal palsu
5. Di kota-kota besar seperti Beijing dan Xi’an ada tempat yang dinamakan Muslim Street. Di area tersebut penuh dengan toko-toko dan kedai-kedai makanan khusus muslim. Lokasinya strategis, cocok untuk berbisnis kuliner dan pariwasata, dan umat muslim di kota tersebut diberikan kemudahan untuk berdagang dan mencari nafkah di sana. Mereka hidup harmonis dan sejahtera di sana. Buat yang penasaran, monggo silakan cari di Youtube, sudah banyak videonya.

Sekali lagi, saya bukan tinggal di Xinjiang dan tidak bisa memastikan keadaan sebenarnya di sana seperti apa, tapi kalau memang ada penindasan terhadap umat muslim di Tiongkok, saya yakin teman-teman WNI muslim di sini pasti akan mendengar kabarnya dan mereka tidak akan tinggal diam. Tapi sejauh ini, kami tidak merasakan ada bentuk opresi apapun terhadap kebebasan kami memeluk agama, kami juga tidak melihat adanya intimidasi terhadap etnis atau agama tertentu.

Jadi saya mohon teman-teman di Indonesia untuk tetap berpikir jernih, jangan mudah terpancing oleh isu-isu menyesatkan yang belum terbukti kebenarannya.

Salam
Keven Keppi

(Gambar : Baju tradisional dan tarian tradisional suku Uyghur)

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...