Friday, December 14, 2018
Ketika KH. Hasyim Asy'ari "dikerjain" Santrinya
Hadratusy syekh Muhammad Hasyim Asy’ari – pendiri organisasi Nahdlatul Ulama - memiliki seorang santri yang bernama Sulam Syamsun. Ia adalah ayah dari Munyati Sulam, penyiar di TVRI yang biasanya disuruh qira’ah. Sulam Syamsun ini adalah santri yang tergolong bandel. Saking bandelnya, ia sampai memiliki banyak hutang.
Pada suatu waktu pasca hari raya, setelah musim liburan, Sulam tidak berani kembali ke pondok. Ia kemudian berkirim surat kepada kiainya, KH Hasyim Asy’ari yang kurang lebih isinya:
Teruntuk Hadratussyekh Hasyim Asy’ari. Ini saya ayahanda Sulam. Mengabarkan, bahwa Sulam tidak bisa kembali ke pondok, karena Sulam telah meninggal dunia. Jika ada salahnya mohon dimaafkan. Jika ada utangnya mohon untuk di-ikhlasaken.
Mendapat surat seperti itu, Kiai Hasyim menangis (muwun), karena salah satu santrinya meninggal dunia. Kemudian beliau mengumpulkan para santri untuk diajak shalat ghaib (sholat yang dilakukan tatkala seorang muslim yang meninggal dunia pada tempat yang jauh dan tidak memungkinkan didatangi). Setelah shalat ghaib, beliau mengumumkan:
“Hadirin sekalian, ini Sulam telah meninggal dunia. Maafkan kesalahannya, ya? Dimaafkan, ya?,” pinta Kiai Hasyim, dalam bahasa Jawa.
Semua santri menjawab: “Nggih...” (Iya)
Kemudian yang agak berat, soal utang. “Kalau ada utangnya, diikhlaskan, ya?”
Karena Kiai Hasyim yang berbicara, semua santri menjawab kompak: “nggih...”
“Halal?”
“Halal,” jawab santri, serempak.
Tak dinyana, tiba-tiba kemudian, dari pintu pondok, Sulam berlari mendekat sambil berteriak: “matur nuwuuun” (terima kasih....!)
Melihat kelakuan santrinya yang “kurang ajar” seperti itu, Kiai Hasyim bukannya marah, malah justru menangis, merangkul Sulam.
“Alhamdulillah, Lam, kamu masih hidup. Aku kira meninggal dunia beneran. Ya sudah, aku sudah terlanjur mengikrarkan: kamu di sini sudah tidak punya salah dan tidak punya hutang. Adapun yang masih belum ikhlas dengan hutangmu, karena kamu masih hidup, Lam, dan aku sudah berbicara, aku yang menanggungnya sekarang. Jadi kalau ada yang punya hutang di Sulam, atau yang dihutangi Sulam, tagihlah aku,” tutur Kiai Hasyim.
Kira" ada yg berani menagih tidak?
Sumber nu online
Baca juga: Pesan Gus Dur: Saatnya Santri dan Abangan Beraatu!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Teknik dasar Naqsyabandiyah, seperti kebanyakan tarekat lainnya, adalah dzikir yaitu berulang-ulang menyebut nama Tuhan ataupun menyataka...
-
Oleh Suryono Zakka Ada yang mempertanyakan tentang maksud dari Islam moderat. Istilah Islam moderat dipertanyakan karena tidak sesuai d...
-
Organisasi ini membawa label ulama. Namanya adalah GNPF Ulama yang semula bernama GNPF MUI. Organisasi ini beralih nama dari GNPF MUI jad...
-
Sayyidi Syaikh Ahmad bin Ali Bin Yahya Al-Badawi beliau lahir di Kota Fes, Maroko pada tahun 596 H./1199 M adalah seorang imam sufi, wali...
-
ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﺇﻟﻰ ﻣﺸﺎﻳﺦ ﺍﻟﻘﻬﻮﺓ ﺍﻟﺒﻨﻴﺔ ﻭﺍﻟﺴﺎﺩﺓ ﺍﻟﻌﻠﻮﻳﺔ ﻭﺍﻷﻭﻟﻴﺂﺀ ﻭﺍﻟﺼﻮﻓﻴﺔ ﻭﻛﻞ ﻣﻦ ﻳﺸﺮﺑﻬﺎ ﺑﻨﻴﺔ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺼﻠﺢ ﺍﻟﻨﻴﺔ ﻭﺍﻟﻄﻮﻳﺔ- Alfatihah ila masyayi...
-
Beliau adalah KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, seorang ulama besar yang sampai akhir hayat beliau masih memberikan ilmu agama bagi masya...
-
Membungkukkan badan kepada makhluq jika tidak sampai batasan ruku' hukumnya makruh. Namun jika sampai pada batasan ruku' maka dit...
-
Dalam dunia wali atau sufistik, tidak ada yang tidak mungkin. Semuanya dapat menjadi mungkin atas izin Allah. Gambar yang kami pasang di ...
-
Oleh Yulizon Amansyah Mereka dapat terjerumus KAFIR TANPA SADAR yakni menuduh umat Islam telah kafir namun karena mereka salah memaham...
-
Nabi Muhammad SAW amat sangat sabar menerangi orang-orang yang tersesat. Meski kepala beliau dilumuri kotoran, meski wajah beliau dilu...
No comments:
Post a Comment