Wednesday, November 15, 2017

Kebangkitan Kaum Santri


Masa ini merupakan sinyal yang kuat akan bangkitnya kaum sarungan (santri). Relasi yang kuat antara negarawan (Pemerintah) dan agamawan (Ulama) adalah modal utama bangkitnya kaum santri di era generasi milenial yakni kini dan mendatang.
Faktor-faktor kebangkitan kaum santri itu diantaranya semakin menguatnya jiwa Pancasilais dengan munculnya perpu ormas untuk mengeksekusi setiap organisasi atau ormas yang anti pancasila, munculnya organisasi-organisasi dan komunitas pro Pancasila, menguatnya paham Islam Nusantara yang digawangi oleh kaum santri sebagai antitesa terhadap kelompok radikal dan semakin terbukanya peran santri dalam mewarnai dinamika kehidupan bangsa.

Ditetapkannya Hari Santri Nasional (HSN) tanggal 22 Oktober oleh Pemerintah merupakan prestasi bagi dunia Pesantren terkait jasa-jasanya dalam memajukan bangsa. Mulai dari jasanya dalam mengenalkan Islam yang moderat, resolusi jihad dalam melawan penjajah, mengisi kemerdekaan hingga membentengi NKRI dari badai-badai perpecahan dan ideologi perusak bangsa.

Gagalnya kebijakan Full Day School (FDS) karena perlawanan kaum santri, ulama dan kiai merupakan gambaran betapa menguatnya peran Pesantren dalam menentukan masa depan bangsa. Pendidikan Pesantren tidak mudah untuk ditukar atau diganti dengan model pendidikan manapun lebih-lebih model pendidikan abal-abal yang hanya berorientasi materialistik, hayalan tingkat akut dan gagal dalam mendidik budi pekerti. Eksistensi dan suksesnya pendidikan Pesantren tanpa harus dijabarkan lebih panjang dalam tulisan ini sudah sangat jelas dan tidak diragukan lagi. Intelektual didapat, mentalitas terasah dan spiritual terjamin.

Lahirnya perpu anti ormas radikal merupakan bagian dari penghargaan pemerintah terhadap Pesantren bahwa Pesantren akan terus setia kepada Pancasila dan akan menjadi musuh besar bagi kelompok radikal yang bersembunyi dibalik simbol Islam dan ayat suci. Pesantren sangat paham bahwa perpu anti ormas radikal bukan memusuhi Islam dan ulama melainkan perlawanan terhadap ormas apapun yang bertentangan dengan konstitusi kebangsaan yang bernama Pancasila. Jika ormas radikal mengaku paling Islami dan seolah hanya mereka pemilik sah status Islam maka kita punya Pesantren yang lebih sah untuk menggambarkan kehidupan Islami bangsa Indonesia. Nilai-nilai Islami yang membumi, mengakar dan mendarah daging dalam denyut nadi kultur bangsa Indonesia. Islam yang lebih akomodatif, akulturatif, moderat dan substansial dari pada hanya sekedar jargon-jargon atau simbol-simbol yang melangit.

Kaum sarungan baik santri maupun kiai sangat kenal dan akrab antara Islam dan Kebangsaan. Islam dan nasionalisme kebangsaan tidak akan pernah dipisahkan dan ditinggalkan. Bagi kaum santri, Ber-Islam diwujudkan dengan memegang erat Rukun Islam sebagai ketundukan terhadap pesan syariah dan ber-Nasionalis kebangsaan dengan wujud penerimaan Pancasila sebagai kecintaan terhadap Tanah Air yang disimbolkan oleh Sang Kiai Hadratusy Syeikh Hasyim Asy'ari yaitu cinta tanah air bagian dari kaum beriman.
Untuk mewujudkan kehidupan beragama dan berbangsa menuju masyarakat adil dan makmur, maka modal utama yang harus senantiasa dijaga dan dilestarikan adalah keharmonisan antara ulama dan umara. Keharmonisan mereka yang saat ini telah dicontohkan oleh panutan kita merupakan sinyal-sinyal kebaikan untuk mewujudkan NKRI sebagai negara power diatas bangsa-bangsa dimasa mendatang. Negeri harapan yang digambarkan oleh al-Qur'an sebagai baldatun thayyibatun warabbun ghafur yang kemudian diterjemahkan oleh lidah citarasa bangsa nusantara sebagai negeri gemah ripah loh jinawi.

Semakin mesranya antara ulama dan umara akan semakin membuat kelompok radikal anti Pancasila kejang-kejang, demam, panas tinggi dan meriang tingkat gawat darurat. Kaum santri sangat paham bahwa untuk menguasai negeri ini, kelompok radikal berupaya untuk membenturkan seluruh elemen bangsa ini. Untuk merusak keharmonisan bangsa, tidak lain mereka lakukan dengan cara menghujat dan mencela ulama, mencaci pemerintah, menebarkan berita bohong hingga membuat aksi-aksi gaduh untuk merusak persatuan. Meskipun begitu, seluruh elemen bangsa termasuk kaum santri harus tetap menebarkan perdamaian, toleransi dan cinta kasih sebagai umat yang mengaku beragama.

Baca juga: Perppu Oh Perppu, Mengapa Kau Tega Membunuhku?

Selangkah demi selangkah (step by step), Pesantren dan kaum santri semakin mewarnai bangsa ini. Untuk itu, memajukan bangsa berarti harus memajukan Pesantren, kiai dan kaum santri. Membangun bangsa berarti harus membangun pesantren lebih banyak lagi dengan memperhatikan dan memuliakan kehidupan ulama, kiai dan kaum santri. Memakmurkan bangsa berarti harus memakmurkan kehidupan ulama dan kiai serta menjamin kehidupan dan masa depan kaum santri untuk ikut andil dalam seluruh aspek kehidupan.

Salam silaturahim kepada sahabat-sahabat kami yakni ulama, kiai dan kaum santri disegenap penjuru negeri. Kami tunggu suaramu. Kami tunggu gaungmu. Selalu kami nanti geloramu. Goncangkan negeri ini zaman demi zaman dengan satu milyar prestasi sebagaimana lantunan satu milyar shalawat dan dzikir yang menggema dari lidah suci para santri. 

Suryono Zakka, 21 Oktober 2017.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...