Monday, January 29, 2018

Apakah Tanda Sujud Harus Berdahi Hitam?



Salah satu ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tanda sujud (atsaris sujud) yaitu sebagaimana firman Allah:

مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ    ؕ  وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ  تَرٰٮهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا  ۖ  سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ    ؕ  ذٰ لِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰٮةِ   ۛ       ۚ  وَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِ    ۛ
 كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْئَـه
 فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَـغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ     ؕ  وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا

Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar. [QS. Al-Fath: Ayat 29]

Ulama memiliki pandangan yang kontekstual mengenai tanda atau bekas sujud mengenai ayat diatas. Tanda sujud bukan dimaknai tekstual sebatas tanda hitamnya dahi melainkan tanda-tanda akhlak yang baik. Yaitu tanda keshaliham yang terpancar dari sanubari berupa luhurnya budi pekerti.

Tanda sujud mungkin saja membekas karena seringnya sujud namun hal ini tidak dapat dijadikan pedoman mutlak sebab jika hanya ditandai dengan hitamnya dahi dapat saja direkayasa agar dahinya hitam dan tentunya ini mengandung maksud yang lain yaitu karena unsur riya'.

Dalam kitab An-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar dijelaskan:

أَنَّهُ رَأَى رَجُلاً بَيْنَ عَيْنَيْهِ مِثْلَ ثَفِنَةِ الْبَعِيرِ فَقَالَ : لَوْ لَمْ يَكُنْ هَذَا كَانَ خَيْراً يَعْنِي كَانَ عَلَى جَبْهَتِهِ أَثَرُ السُّجُودِ وَإِنَّمَا كَرِهَهَا خَوْفاً مِنَ الرِّيَاءِ عَلَيْهِ.

Bahwa beliau (Rasulullah) melihat seorang laki-laki yang di antara kedua matanya terdapat tanda seperti tsafinatul ba’ir (bagian tubuh hewan yang menempel ditanah saat menderum). Lantas beliau berkata: Seandainya tidak ada ini maka ia lebih baik. Maksudnya adalah di keningnya ada bekas sujud. Beliau tidak menyukainya karena dikhawatirkan hal itu menyebabkan riya'. ( Ibnul Atsir, an-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar, Beirut al-Maktabah al-‘Ashriyyah, cet ke-1, 1426 H/2005 M, juz, I, h. 200).

Dalam hadits yang lain dinyatakan:

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : إِنِّي لَأَبْغَضُ الرَّجُلَ وَأْكْرَهُهُ إِذَا رَأَيْتُ بَيْنَ عَيْنِيهِ أَثَرُ السُّجُودِ

Dari Anas bin Malik dari Nabi saw. bersabda: Sungguh aku marah dan tidak menyukai seorang laki-laki yang ketika aku melihatnya terdapat bekas sujud di antara kedua matanya.” (Muhammad al-Khathib asy-Syarbini, Tafsir as-Sirajul Munir, Beirut-Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, juz, IV, h. 31).

Menurut Al-Biqa'i: Jika sengaja membuat tanda sujud dengan menghitamkan bagian dahinya agar dianggap sebagai ahli ibadah maka perbuatan ini menyerupai perbuatan kaum Khawarij yaitu kaum yang keluar dari barisan umat Islam.

وَلَا يُظَنُّ أَنَّ مِنَ السِّيمَا مَا يَصْنَعُهُ بَعْضُ الْمُرَائِينَ مِنْ أَثَرِ هَيْئَةِ السُّجُودِ فِي جَبْهَتِهِ فَإِذًا ذَلِكَ مِنْ سِيمَا الْخَوَارِجِ

Tak disangka bahwa termasuk tanda bekas sujud adalah tanda bekas sujud di jidat yang sengaja dibuat oleh sebagian orang-orang yang riya'. Jika demikian maka itu adalah termasuk identitas atau tanda orang Khawarij. (Burhanuddin Ibrahim bin Umar al-Biqa`i, Nazhmud Durar fi Tanasubil Ayat wal Atsar, Beirut-Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1415 H/1995 M, juz, IIV, h. 216).

Mengenai tanda sujud yang berimplikasi kepada akhlak yang baik diantaranya dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur'an:

اُتْلُ مَاۤ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ     ؕ   اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ  ؕ  وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ    ؕ   وَاللّٰهُ يَعْلَمُ 
مَا تَصْنَعُوْنَ

Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS. Al-'Ankabut: Ayat 45]

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ  ؕ  وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَ ۙ 

Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. [QS. Al-Baqarah: Ayat 45]

Dalam beberapa hadits dijelaskan:

Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia tidak bertambah dari Allah kecuali semakin jauh dariNya” (diriwayatkan oleh ath Thabarani dalam al-Kabir nomor 11025, 11/46)

Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya: Siapakah anda? Aku adalah anak asuhmu, jawab orang tersebut. Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya: Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku? (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)

Dari Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang yang pada dahinya terdapat bekas sujud. Ibnu Umar berkata: Wahai hamba Allah, sesungguhnya penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau jelekkan penampilanmu! (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).

Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di dekat as Saib bin Yazid ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin Auf datang. Melihat kedatangannya, As-Saib berkata: Sungguh dia telah merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud. Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada wajahku (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).

Dari Manshur, Aku bertanya kepada Mujahid tentang maksud dari firman Allah "tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud" apakah yang dimaksudkan adalah bekas di wajah? Jawab beliau: Bukan, bahkan ada orang yang ‘kapal’ yang ada di antara kedua matanya itu bagaikan ‘kapal’ yang ada pada lutut onta namun dia adalah orang bejat. Tanda yang dimaksudkan adalah kekhusyu’an (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3702)

Ahmad Ash-Showi mengatakan: Bukanlah yang dimaksudkan oleh ayat adalah sebagaimana perbuatan orang-orang bodoh dan tukang riya’ yaitu tanda hitam yang ada di dahi karena hal itu adalah ciri khas khawarij (Hasyiah Ash-Shawi 4/134, Dar al Fikr)

Dari Al-Azraq bin Qais, Syarik bin Syihab berkata: Aku berharap bisa bertemu dengan salah seorang shahabat Muhammad yang bisa menceritakan hadits tentang Khawarij kepadaku. Suatu hari aku berjumpa dengan Abu Barzah yang berada bersama satu rombongan para shahabat. Aku berkata kepadanya: Ceritakanlah kepadaku hadits yang kau dengar dari Rasulullah tentang Khawarij! Beliau berkata: Akan kuceritakan kepada kalian suatu hadits yang didengar sendiri oleh kedua telingaku dan dilihat oleh kedua mataku. Sejumlah uang dinar diserahkan kepada Rasulullah lalu beliau membaginya. Ada seorang yang plontos kepalanya dan ada hitam-hitam bekas sujud di antara kedua matanya. Dia mengenakan dua lembar kain berwarna putih. Dia mendatangi Nabi dari arah sebelah kanan dengan harapan agar Nabi memberikan dinar kepadanya namun beliau tidak memberinya. Dia lantas berkata: Hai Muhammad hari ini engkau tidak membagi dengan adil. Mendengar ucapannya, Nabi marah besar. Beliau bersabda: Demi Allah, setelah aku meninggal dunia kalian tidak akan menemukan orang yang lebih adil dibandingkan diriku. Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda,

يَخْرُجُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ رِجَالٌ كَانَ هَذَا مِنْهُمْ هَدْيُهُمْ هَكَذَا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ثُمَّ لاَ يَرْجِعُونَ فِيهِ سِيمَاهُمُ التَّحْلِيقُ لاَ يَزَالُونَ يَخْرُجُونَ

Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca Al-Qur’an namun Al-Qur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah menembusnya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Cirri khas mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalul muncul” (HR Ahmad no 19798)

Dengan uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa tanda sujud tidak mesti nampak dengan hitamnya dahi. Bagi umat Islam yang ahli inadah namun dahinya tidak menghitam maka tidak diperkenankan berburuk sangka terhadap saudaranya yang dahinya hitam dan sebaliknya bagi yang dahinya hitam tidak diperkenankan merasa lebih baik ibadahnya dibandingkan dahinya yang tidak menghitam. Ibadah bersifat personal sehingga tentang bagaimana kualitas ibadah kita hanya kita dan Allah saja yang mengetahui.

Bagi yang dahinya tidak menghitam, tetap istiqamah beribadah karena ahli ibadah tak sebatas dahinya hitam dan bagi yang dahinya hitam hendaklah untuk berhati-hati agar tidak terperosok kepada sifat riya atau bahkan mengikuti langkah-langkah kaum Khawarij yang merasa ahli ibadah dibandingkan umat Islam lainnya.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...