Sunday, January 21, 2018

NU dan Penghormatan Makam Ulama


Salah satu tradisi NU sebagai representasi dari tradisi Ahlussunnah Wal Jama'ah adalah memuliakan makam terutama makam ulama. Tidak aneh jika warga NU kental dengan tradisi ziarah sehingga warga NU disebut sebagai Sarjana Kuburan (Sarkub) karena gemarnya ziarah kemakam para wali dan ulama.

Bagi kelompok yang gagal paham terhadap NU dan Aswaja, akan mengira warga NU gemar menyembah kuburan, meminta kepada kuburan, mengkultuskan para wali hingga berlebih-lebihan karena dianggap menjadikan kuburan sebagai masjid ditambah aneka bangunan pelindung yang biasanya ada dimakam-makam tokoh atau ulama NU.

Bagi NU, tradisi ziarah kemakam para wali adalah hal yang biasa dan tidak melanggar syariat karena tradisi ziarah adalah sunnah yang memberikan efek positif yakni mengingat kematian. Bagi NU, mendoakan ulama dan wali yang wafat akan sampai sehingga bukan dalam rangka menyembah kuburan atau menyambah para wali.

Dalam pemahaman Aswaja termasuk NU, memuliakan makam wali adalah sebagai bentuk penghormatan kepada wali yakni dihormati karena keilmuan dan keshalihannya. Allahpun juga memuliakan para kekasihnya (auliya) karena kedalaman ilmunya, keshalihan perilakunya hingga kontribusinya terhadap perkembangan dunia Islam.

Baru-baru ini tepatnya tanggal 18-20 Januari 2018, di Indonesia diadakan seminar tasawuf internasional tentang pemikiran Imam Al-Ghazali. Seminar tersebut bertema "Peran Tasawuf Imam al-Ghazali dalam Membangun Peradaban Dunia yang Damai dan Harmoni" di Hotel Borobudur, Jakarta.

Ulama nasional maupun internasional yang hadir diantaranya: Dr. KH. Said Aqil Siroj yakni Ketua Umum PBNU, Habib M. Luthfi Bin Yahya sebagai Rais Aam JATMAN, Dr. Mohammad Syalaby yakni Mustasyar Grand Mufti Mesir, Yasir al-Qadhmani sebagai Mudir Zawiyah al-Ghazaliyah Masjid Bani Umayyah Damaskus, Mazen Sherif yakni Pemikir Kontemporer Tunisia, KH. Luqman Hakim MA sebagai Pimpinan Majalah Sufi, Syaikh Fayegh Rostami sebagai Ulama Sunni-Syafi’i Iran, Azis al-Kubaithi sebagai Direktur Sufi Center Maroko, Azis Abidin sebagai Tokoh Thariqah USA, Syaikh Muhammad Habib al-‘Alim sebagai Mursyid Thariqah Naqshabandiyah China, Ibrahim Abdulev Dagestan sebagai Islamic University Rusia dan hadir pula Dr. KH. A. Ilyas Ismail, MA dari Univ. Islam Asy-Syafi’iyah Jakarta.

Seminar ini dalam rangka mengaktualisasikan pemikiran Imam Al-Ghazali di era global agar praktik syariah dan tasawuf dapat seiring dan sejalan. Selain itu, dihasilkan pula keputusan untuk memugar kembali makam Imam Ghazali di Thus, Iran yang selama ini tidak terawat.

Dengan demikian, bagi NU merawat makam para wali dan ulama sangat penting sebagai wujud penghormatan atas keilmuannya. Dengan menelantarkan makam wali dan ulama berarti telah mengabaikan keilmuannya. Untuk menghadirkan kecintaan kepada wali dan ulama serta untuk menggali pemikiran-pemikiran ulama maka perlu juga memuliakan tempat kuburnya.

Dalam ajaran Islam sendiri telah jelas bahwa para wali Allah dan orang-orang yang berada dialam kubur tidak mati sehingga tidak berbuat apapun melainkan hanya berpindah tempat sehingga masih dapat berkomunikasi dengan yang hidup walau melalui perantara do'a. Mendoakan para wali dan ulama dirumah tanpa datang menziarahinya juga boleh dan sampai namun akan terasa berbeda jika datang langsung menemui makamnya. Mendoakan kebaikan kepada siapapun boleh namun mendoakan para wali dan ulama sangat mengandung kemuliaan.

Amaliyah Aswaja yang sangat kental dengan tradisi ziarah ini sudah diamalkan oleh rasulullah dan para sahabatnya, tabi'in hingga generasi setelahnya. Sebagai pewaris Aswaja maka NU tidak akan tinggal diam jika makam ulama dan wali terusik atau dihancurkan.

Menghancurkan makam para wali dan ulama bagi NU adalah tanda orang yang tidak beradab. NU akan senantiasa menjaga makam para wali dan ulama sebagai bukti kecintaan mereka kepada ulama. Menghormati dan memuliakan ulama bukan berarti menyembahnya sebab yang layak disembah hanyalah Allah.

Mendatangi makam wali dan ulama adalah sebagai bukti cinta kepadanya. Allah saja cinta terhadap para kekasihnya (auliya' Allah) tentu kita juga layak untuk mencintai kekasih Allah agar Allahpun mencintai kita. Untuk itu, marilah kita jaga dan kita rawat makam para wali dan ulama kita agar tidak dirusak dan dihancurkan oleh kelompok-kelompok yang anti ziarah.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...