Saturday, March 24, 2018

Benarkah NKRI akan Hancur di 2030?


Oleh Suryono Zakka

NKRI adalah negara besar. Terdiri beragam budaya, etnik dan agama. Negara yang sangat plural dan tak terhitung kekayaan alamnya sebagai anugerah Tuhan.

NKRI didirikan oleh berbagai emelen bangsa. Kalangan nasionalis hingga agamawan. Karena dualisme kekuatan antara nasionalis dan agamis sebagai komponen utamanya maka NKRI tidak menjelma menjadi negara agama dan tidak pula menjadi negara sekuler.

Walau bukan negara agama berlabel syariah, warga NKRI mayoritas umat muslim sehingga rakyatnya beragama. Walau rakyatnya beragama, NKRI tidak menjadi negara syariah karena NKRI adalah negara heterogen beragam agama yang semuanya memiliki andil besar bagi kemerdekaan bangsa ini.

Walau pelan tapi pasti, NKRI kian tumbuh pesat dan dewasa dalam melangkah. Presiden silih berganti yang diproklamirkan oleh Soekarno hingga saat ini presiden Joko Widodo, semuanya memiliki karakter, visi dan misi untuk memajukan bangsa.

Dari sisi ekonomi, sulit rasanya jika memprediksi NKRI akan hancur ditahun 2030. Memang benar bahwa utang NKRI masih memiliki hutang namun hutang dimasa pemerintahan ini adalah warisan dari utang pendahulunya. Dan utang pemerintagan saat ini sudah lebih kecil dibandingkan utang para seniornya. Hutang memang bukan bentuk prestasi namun berhutang semata-mata untuk memajukan bangsa maka tidak ada salahnya.

Dari sisi ketahanan pangan,

Walau bukan negara super power, NKRI memiliki ketersediaan pangan yang sangat memadai. Hal ini dilihat dari produktivitasnya para petani. Kendati pemerintah melakukan impor beras namun bertujuan untuk menyelamatkan rakyat Indonesia yang belum tercukupinya beras dalam negeri. Jika telah tercukupinya kebutuhan beras dalam negeri dan mampu berswasembada maka tentu pemerintah tidak akan mengimpornya.

Dari sisi nasionalisme kebangsaan, rakyat Indonesia sangat tinggi nilai nasionalismenya. Siapapun yang akan merusak dan menghancurkan NKRI maka rakyat Indonesia akan siap sedia mempertahankannya. Rakyat optimis bahwa negara ini akan menjadi negara yang besar dan menjadi negara adi kuasa dikemudian hari. Sebuah sunnatullah dalam perputaran sejarah bahwa yang berada dibawah akan berada diatas dan sebaliknya. Negara-negara Barat tidak selamanya terus berkuasa. Ada masa dimana negara Barat akan turun pamornya dan digantikan dengan negara-negara berkembang. Dimasa inilah kita akan bangkit melesat menjadi bangsa yang tangguh.

Banyaknya muncul prestasi anak-anak bangsya yang ikut dalam kompetisi global semakin mengubur ketakutan akan hancurnya NKRI. Prestasi gemilang anak bangsa kian mewarnai dunia dan Indonesia semakin diperhitungkan dalam kancah kompetisi internasional.

Dua kekuatan besar yang tak dapat diabaikan dan selalu aktif dalam menjaga NKRI adalah NU dan Muhammadiyah. Dua Ormas Islam moderat ini akan terus setia menjaga NKRI. Siapapun yang berusaha merusak NKRI maka pasti akan berhadapan dengan NU dan Muhammadiyah.

Walau tak nampak secara fisik sebagaimana TNI dan Polri, namun kekuatan dua Ormas ini tak dapat diragukan. Jika NU punya Banser-Ansor dan Pagar Nusa (PN) maka Muhammadiyah punya Kokam. Merekalah yang akan menjadi pejuang tangguh melawan kelompok perusak NKRI.

Dari sisi militernya, Indonesia dikenal sebagai negara yang kuat dari segi persenjataan. Kualitas tentara kita sangat diperhitungkan oleh negara-negara Barat. Kekhawatiran negara-negara maju tentang kekuatan militer Indonesia sangat beralasan karena memang militer kita memiliki kualitas yang tak mampu diraih oleh negara maju manapun.

Posisi Indonesia yang netral dari dua kekuatan besar Blok Barat dan Blok Timur merupakan posisi yang strategis sehingga Indonesia bisa menjalin hubungan dengan negara manapun tanpa intervensi kedua Blok tersebut. Walau Indonesia akrab dengan negara Barat namun Indonesia juga dekat dengan negara-negara Timur yang selama ini menjadi kekuatan penyeimbang Barat seperti Rusia dan Cina. Bahkan Indonesia juga dekat dengan Iran yang selama ini sangat anti terhadap Barat.

Kekuatan NKRI yang juga tak dapat diabaikan adalah bersatunya antara ulama (agamawan) dan umara (pemerintah). Dengan bersatunya ulama dan umara maka sulit kiranya jika NKRI akan bubar. Negara bubar, negara gagal dan negara bangkrut biasanya terjadi karena ketidakharmonisan antara tokoh agama dan penguasa.

Ulama adalah pengendali umat sedangkan umara adalah pengontrol rakyat. Disatu sisi, rakyat menjadi umat sehingga maju dan mundurnya ditentukan oleh mobilisasi ulama dan pada sisi yang lain umat menjadi rakyat yang harus senantiasa siap diatur oleh pemerintah. Jadi ulama bertugas dalam bidang keumatan sedangkan pemerintah bertugas dalam hal kerakyatan.

Jika ulama bertugas menyejahterakan umat dalam bidang kerohanian maka umara menyejahterakan rakyat  dalam bidang fisik seperti kesehatan, kesejahteraan hidup, tersedianya lapangan kerja dan sebagainya. Keduanya saling bersinergi dan tak dapat dipisahkan.

Negara dapat maju jika kedua hal tersebut sama-sama diperhatikan. Rakyat yang berdaya saing adalah tercukupinya kesejahteraan lahir dan batin. Jika yang diutamakan hanya pembangunan fisik maka negara akan pincang dan sebaliknya jika hanya diutamakan dalam hal keruhanian tanpa kesejahteraan sosial maka negara tidak akan pernah maju.

Peran ulama bagi negara sangat vital. Merekalah yang akan memandu gerak langkah umat menuju perbaikan ataukah kerusakan. Tanpa ulama maka siapa lagi yang akan mengarahkan umat dan membentengi umat dari penyimpangan. Dengan banyaknya ulama yang berkualitas dan berkompeten maka negara akan damai dan tanpa ulama maka negara akan kacau.

Kekuatan ulama dalam mengatur umat sangat besar dan tidak dapat diremehkan. Peran ulama yang sangat dominan itu pernah dibuktikan dalam sejarah perjuangan bangsa saat merebut kemerdekaan. Ulamalah yangbtrlah berhasil memobilisasi umat dan kaum santri untuk berjihad memperjuangkan kemerdekaan. Tanpa ruh jihad hubbul wathan minal iman maka mustahil negara ini akan merdeka.

Dengan menyejahterakan ulama, memuliakannya dan mendengarkan fatwa-fatwanya maka negara ini akan semakin kuat kedepannya. Namun jika mengabaikan ulama maka tunggulah kehancurannya. Dengan sekali komando maka umat akan siap berbuat apa saja dan rela mati membela ulama.

Masa sekarang ini adalah masa dekatnya ulama dan umara maka jangan sia-siakan potensi ini agar Indonesia berjaya dimasa yang akan datang. Mesranya ulama dan umara adalah pemandangan yang indah yang akan mempererat persatuan bangsa.

Jangan ikuti kelompok-kelompok yang memecah belah antara ulama dan umara. Kelompok pembenci yang tidak senang jika ulama dan umara bersatu. Kelompok inilah sebagai kelompok pemecah belah yang berusaha keras agar ulama dan umara bermusuhan. Dengan bermusuhan kedua belah pihak maka Indonesia bisa dihancurkan.

Ikutilah pemimpin yang adil dan ulama yang arif dan moderat. Pemimpin yang adil yang selalu memuliakan ulama dan mencintai rakyatnya dan ulama yang arif yang mencintai negaranya dan mencintai umatnya. Mengajak umat untuk bersatu padu membangun bangsa dan tidak membenci pemerintahannya.

Ulama yang arif tidak akan pernah mengajak umatnya untuk bughat (memberontak) negara. Ulama yang arif dan moderat akan selalu mendamaikan, cinta persatuan dan tidak suka menebar kebencian kepada siapapun. Jika mengaku ulama tapi menebar teror, kebencian dan mengajak melawan negara maka yang demikian tidak layak disebut sebagai ulama. Wajib bagi kita untuk berhati-hati terhadap ulama model ini karena hanya mencari panggung untuk mencari sensasi, tebar pesona dan mencari keuntungan sesaat.

Siapapun pemimpin kita dimasa depan, harus kita hormati karena adalah pilihan rakyat Indonesia. Jangan sekali-kali menghujat pemimpin karena menghujat dan mencela bukan karekter bangsa Indonesia. Kritiklah yang membangun bukan merusak apalagi mengacak-acak NKRI.

Dari beberapa fakta diatas, kita sebagai rakyat Indonesia akan selalu optimis dalam menyongsong masa depan yang lebih cerah. Indonesia tidak akan bubar dan akan selau terus ada selama dunia ini masih ada. Harapan itu ada dipundak kita, generasi muda Indonesia. Jadilah generasi yang berprestasi secara intelektual dan spiritual. Berprestasi memajukan bangsa segenap kemampuan dan tetap memiliki jati diri bangsa sebagai bangsa yang berbudaya, bermoral dan berakhlak luhur.

2 comments:

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...