Oleh Suryono Zakka
Dalam sebuah pengajian Kamis Legi di Pesantren Lirboyo pada tanggal 22 Maret 2018, KH. M. Anwar Manshur menyatakan bahwa kelompok-kelompok yang menyatakan tidak perlunya NU-NU-an bisa dipastikan mereka adalah kelompok Wahabi. Jika bukan Wahabi maka mereka termasuk antek dan pembela Wahabi.
Mengutip dari ungkapan atau dawuh kiai kharismatik pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo diatas, kiranya merupakan kewaspadaan bagi kita selaku warga NU dari upaya penggembosan keteguhan terhadap NU. Dengan slogan tidak perlu NU-NU-an merupakan upaya meruntuhkan pondasi ke-NU-an warga Nahdliyin.
Dengan ungkapan tidak terlalu pentingnya NU, merupakan strategi suhbhat agar warga NU ragu dengan ke-NU-annya. Menganggap Ormas NU sama halnya dengan Ormas-Ormas lainnya yang sama baiknya dan sama benarnya.
Jika menganggap bahwa NU tidak terlalu penting, berarti mengabaikan peran NU yang sangat vital dan strategis bagi NKRI. Dengan menolak jasa-jasa NU bagi NKRI maka sejatinya kelompok Wahabi ingin menadamkan cahaya NU dan berupaya memendam dalam-dalam jasa NU yang selama ini terukir dalam sejarah.
Jika yang menjadi pedoman hanya sekedar Aswaja atau yang penting Aswaja maka apa jadinya negeri ini? Ada banyak Ormas Islam yang mengaku sebagai Aswaja bahkan Wahabipun tak lepas dari klaim sebagai Aswaja walaupun keaswajaannya perlu dipertanyakan. Mereka adalah Aswaja palsu yang menjual nama Ahlusssunnah Wal Jamaah karena keaswajaannya keluar dari prinsip-prinsip Aswaja yang telah dirumuskan dan digariskan oleh ulama Aswaja.
Jika yang penting asal Aswaja maka Ormas manakah yang berhaluan Aswaja yang turut serta dan istiqamah menjaga NKRI? Adakah Ormas Aswaja selain NU yang serius menjaga NKRI? Adakah Ormas Aswaja non-NU yang ikut andil membentuk NKRI dan mempertahankan hingga mati-matian?
Boleh saja Ormas lain atau Ormas tetangga sebelah mengklaim sebagai Aswaja namun adakah jasa dan kiprahnya untuk NKRI? Jangankan menjaga NKRI, membentuk NKRI saja tidak ada andilnya sama sekali. Alih-alih menjaga NKRI, Ormas tentangga sebelah bahkan bercita-cita mengganti NKRI dengan ideologi lain seperti khilafah, NKRI bersyariah dan sebagainya.
Karena kebutaan terhadap Pancasila dan sejarah NKRI maka sangat wajar jika anti terhadap Pancasila dan NKRI. Karena ketidakpahaman ini pula maka Ormas non-NU tidak setia kepada Pancasila dan NKRI. Ada yang cuek dengan Pancasila dan masa depan NKRI yang penting masih hidup di NKRI dan yang lebih berbahaya lagi berambisi dan bernafsu mencoba merubah hukum Pancasila dan NKRI.
Jika mereka memiliki ambisi demikian, masih layakkah jika dianggap sebagai bagian dari Aswaja? Jika berupaya merusak tatanan berbangsa dan bernegara maka patutkah mengaku sebagai Aswaja? Jika berupaya merongrong negara dengan tujuan politik, masih pantaskah mengklaim sebagai Aswaja?
Menjadi Aswaja bukan hanya sekedar klaim semata melainkan pembuktian secara nyata. Karakteristik Aswaja bukan hanya sekedar berakidah Asya'irah dan Maturidiyah, bukan hanya berfikih empat madzhab dan bukan pula hanya mengakomodasi sufisme namun juga wawasan kebangsaan.
Tanpa wawasan kebangsaan maka keberadaan Aswaja tidak berarti sama sekali. Bagaimana akan menerapkan akidah, fikih dan tasawuf jika tidak memiliki wawasan nasionalisme. Bagaimana akan bisa beribadah secara khusyuk jika kondisi bangsa carut marut dan rakyatnya krisis nasionalisme.
Tidak pentingkah nasionalisme NKRI? Jika tidak penting, mengapa para pendiri bangsa ini, para pahlawan dan tokoh agama bahu-membahu mewujudkan kemerdekaan. Jika nasioalisme tidak penting, mengapa para kiai dan santri rela mati berperang mengusir penjajah. Jika membela tanah air harus memakai banyak dalil lantas kapan kita akan mencapai kemerdekaan hingga saat ini?
Warga NU harus senantiasa waspada terhadap propaganda kelompok sebelah tentang tidak pentingnya NU dan tidak perlunya NU-NU-an. Itu semua mereka lakukan agar warga NU luntur nasionalismenya, luruh akidahnya sehingga enggan menjaga negeri ini. Dengan berkurangnya rasa nasionalisme terhadap negeri ini maka rakyat dapat dipecah belah, negeri ini dapat dirusak dan diubah sesuai dengan sistem politik mereka.
Menembus benteng pertahanan NKRI memang tidak mudah. Perlu energi besar untuk meruntuhkan NU terlebih dahulu. Dengan mengendurkan kecintaan warga NU terhadap NKRI maka tamatlah riwayat NKRI.
Warga NU jangan terprovokasi dengan slogan murahan tidak perlu NU-NU-an. Tetap istiqamah bersama NU dan NKRI. Siapapun yang akan merusak NU dan NKRI maka tugas kita bersama untuk membela dan mempertahankannya. Selama NU tegak berdiri maka NKRI akan tetap kokoh takkan pernah tumbang.
No comments:
Post a Comment