Friday, October 5, 2018

Matinya Aswatama: Hoax dalam Kisah Pewayangan


Kala itu, di sela perang saudara keluarga Bharata alias Bharatayudha, kubu Pandawa berkumpul di sudut Padang Kurusetra. Mereka membicarakan strategi untuk mengalahkan Begawan Durna.

Durna sendiri adalah guru para Pandawa. Dia yang mengajarkan para putra Pandu itu seni berkelahi dan perang. Maka wajar jika saat mereka berhadapan di kubu berbeda saat perang, para muridnya dan para sekutunya kesulitan mengalahkannya.

Tak bisa mengalahkan Durna dengan cara “biasa”, kubu Pandawa kemudian mencoba strategi lain. Kresna yang menjadi penasehat Pandawa mengusulkan agar menyerang titik lemah Durna yaitu anak kesayangannya; Aswatama. Karena jika anak kesayangannya mati, Durna akan sedih, tidak fokus dan mudah dikalahkan.

Namun karena Aswatama susah dibunuh karena dilindungi, maka sebuah strategi lain kemudian dijalankan. Strategi ini berupa penyebaran hoax di arena perang bahwa Aswatama mati.

Skenarionya dimulai dari aksi Werkudara atau Bima membunuh seekor gajah dengan gada rujakpolonya. Kebetulan sekali gajah tersebut bernama : Aswatama, maka saat gajah sudah mati, pasukan kubu Pandawa diperintahkan ramai-ramai bersorak: “Aswatama mati! Aswatama mati!”

Kabar ini sampai ke telinga Durna. Dia bingung, kabar cepat tersebar dan riuh. Sudah viral seantero Kurusetra baik di kubu Pandawa maupun Kurawa. Setiap yang ditanya membenarkannya. Mungkin dengan bumbu cerita versi masing-masing.

Durna yang galau kemudian memutuskan menemui pimpinan Pandawa Puntadewa atau Yudistira. Durna memutuskan bertabayun ke Yudistira karena tahu betul muridnya ini tidak pernah berbohong sepanjang hidupnya. Setelah bertemu Durna lalu bertanya apakah benar Aswatama putranya mati? atau cuma hoax?

Yudistira saat itu menjawab memang benar Aswatama mati. Versi lain, Yudistira bilang benar gajah Aswatama mati, namun gajahnya diucapkan lirih agar tak terdengar Durna. Konon ini adalah kebohongan pertama sulung Pandawa ini. Karenanya, Yudistira yang awalnya kakinya melayang tidak pernah menapak tanah karena jujur, hari itu juga jadi menapak tanah seperti manusia lainnya.

Mendengar konfirmasi dari orang yang paling bisa dipercaya itu, Durna langsung lemas dan kehilangan gairah hidup. Dia melanjutkan bertempur namun tidak fokus lagi. Akhirnya dia tewas ditangan Drestajumena. Kakak Drupadi ini menebas leher Durna hingga pisah kepala dan badannya.

Kematian Durna bagi pihak pandawa adalah pembalasan dendam terbadap Abimanyu, anak Arjuna yang dihabisi secara licik dengan dijebak dan dikeroyok oleh Kurawa. Durna lah dalang di balik aksi licik tersebut.

Bagi kubu Kurawa, kematian Durna adalah kerugian besar. Apalagi bagi Aswatama putra kesayangan Dorna. Terbakar dendam, ksatria berambut kuda ini (karena dia hasil perkawinan Durna dengan siluman kuda) lalu pergi untuk menghabisi Pandawa. Mengabaikan etika perang, dia pergi malam-malam ke kemah Pandawa untuk menghabisi mereka diam-diam.

Lima orang yang tertidur pulas kelelahan dihabisi dengan sangat sadis. Belakangan diketahui mereka bukan Pandawa tapi anak-anak pandawa dengan Drupadi. Di versi India lima Pandawa poliandri dengan Drupadi dan masing-masing punya satu anak. Mereka ini disebut Pancawala. Selain menghabisi Pancawala, Aswatama juga membunuh Drestajumena dan Srikandi.

Di akhir cerita, Aswatama akhirnya mati ditangan Bima. Remuk dihajar gada rujakpolo. Ini versi Jawa. Kalau versi India, dia bertarung dengan Arjuna tapi remis alias seri. Karena sama-sama akan mengelurkan senjata pamungkas kalau beradu bisa menghancurkan dunia. Aswatama kemudian dikutuk hidup abadi dengan penyakit kusta.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...