Monday, February 5, 2018

Membongkar Dusta Wahabi: Ketika Imam Syafi'i di Tuduh Membenci Tashawuf


Karakter khas Wahabi adalah gemar memelintir kalam ulama Sunni agar terkesan seide dan satu pemikiran dengan Wahabi. Tokoh ulama yang tidak lolos dari fitnah Wahabi yang kerap diplintir dan dicomot sana-sini agar mendukung proyek wahabi adalah salahsatu imam madzhab Sunni yaitu Imam Syafi'i.

Beberapa kalam Imam Syafi'i agar terkesan membenci tasawuf adalah perkataan imam Syafi'i yang dikutip oleh imam Baihaqi dalam kitab Manaqib Imam Syafi'i.

Ungkapan imam Syafi'i: Kalau seorang menganut ajaran tashawuf pada awal siang hari maka tidak datang waktu zhuhur kepadanya melainkan engkau mendapatkan dia menjadi dungu.

Berikut penjelasan lengkap agar tidak salah pah dan mengikuti pemahaman yang salah model Wahabi.

Sanadnya dalam kitab Manaqib al-Syafi’i lil Imam Al-Baihaqi:

Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah al Hafizh, berkata: Aku telah mendengar Abu Muhammad; Ja’far ibn Muhammad al Harits berkata: Aku telah mendengar Abu Abdillah al Husain ibn Muhammad ibn Bahr, berkata: Aku telah mendengar Yunus ibn Abd al A’la berkata: Aku telah mendengar asy-Syafi’i berkata: “Jika ada seseorang bertasawwuf di pagi hari maka sebelum datang zhuhur aku sudah mendapatinya telah menjadi orang dungu.

Dan telah memberitakan kepada kami Abu Abdurrahman as-Sullami, berkata: Aku telah mendengarJa’far ibn Muhammad al Maraghi, berkata: Aku telah mendengar al Husain ibn Bahr, berkata: (lalu mengatakan apa yang dinyatakan oleh Imam Syafi’i di atas).

Telah mengabarkan kepada kami Muhammad ibn Abdullah, berkata: Aku telah mendengar Abu Zur’ah ar-Razi, berkata: Aku telah mendengar Ahmad ibn Muhammad ibn as-Sindi, berkata: Aku telah mendengar ar-Rabi’ ibn Sulaiman, berkata: “Aku tidak pernah melihat seorang -yang bernar-benar- sufi kecuali Muslim al-Khawwash“.

Aku (Al-Baihaqi) mengatakan: Sesungguhnya yang dimaksud oleh Imam Syafi’i adalah orang yang masuk dalam kalangan sufi yang hanya mencukupkan dengan nama saja sementara dia tidak paham makna intinya, dia hanya mementingkan catatan tanpa mendalami hakekatnya, hanya duduk dan tidak mau berusaha, ia menyerahkan biaya hidup dirinya ke tangan orang-orang Islam, dia tidak peduli dengan orang-orang Islam tersebut, tidak pernah menyibukkan diri dengan mencari ilmu dan ibadah, sebagaimana maksud ucapan Imam Syafi’i ini ia ungkapkan dalam riwayat lainnya yaitu riwayat yang telah dikabarkan kepada kami oleh Abu Abdirrahman al-Sullami, berkata: Aku telah mendengar Abu Abdillah ar-Razi berkata: Aku telah mendengar Ibrahim ibn al Mawlid berkata dalam meriwayatkan perkataan asy-Syafi’i: Seseorang tidak akan menjadi sufi hingga terkumpul pada dirinya empat perkara; pemalas, tukang makan, tukang tidur dan tukang berlebihan. Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini. Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah dan menggunakan adab syari’ah dalam mu’amalahnya kepada Allah dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka.

Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdirrahman al-Sullami, berkata: aku mendengar Abdullah bin al-Husain Ibnu Musa al-Sullami, mengatakan: aku mendengar Ali bin Ahmad, mengatakan: aku mendengar Ayyub bin Sulaiman, mengatakan: aku mendengarkan Muhammad bin Muhammad bin Idris al-Syafi’i mengatakan: aku mendengarkan ayahku mengatakan: “Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua huruf ini,”Waktu adalah pedang” dan “termasuk kemakshuman, engkau tidak mampu” (maknanya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, hingga terhindar dari maksiat).

Ibnul Qayyim al-Jauziyyah (salah seorang tokoh panutan Wahabi) mengutip ucapan Imam al-Syafi’i didalam kitabnya:

قال الشافعي رضي الله عنه : صحبت الصوفية فما انتفعت منهم إلا بكلمتين سمعتهم يقولون الوقت سيف فإن قطعته وإلا قطعك ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإلا شغلتك بالباطل . قلت – أي ابن القيم – : يا لهما من كلمتين ما أنفعهما وأجمعهما وأدلهما على علو همة قائلهما ويقظته ويكفي في هذا ثناء الشافعي على طائفة هذا قدر كلماتهم

Imam Syafi’i berkata: Aku berteman dengan kaum sufi dan tidaklah aku mendapat manfaat dari mereka kecuali dua kalimat yang aku dengar dari mereka yaitu: Waktu itu adalah pedang jika kamu mampu memutusnya, jika tidak maka waktu itu yang akan memutusmu. Dan nafsumu jika tidak disibukkan dengan kebenaran, maka akan disibukkan dgn kebatilan. Aku katakan (Ibnul Qoyyim): Aduhai sangatlah manfaat dan mencangkup dua kalimat tersebut dan sangat menunjukan atas tingginya semangat dan ketajaman pikiran orang yang mengatakan dua kalimat tersebut, dan cukuplah hal ini sebagai pujian Imam Syafi’i pada mereka…” (Madarij As-Salikin juz 3 hal; 129).

Imam Syafi’i didalam kitab Diwannnya:

فقيهاً وصوفياً فكن ليس واحدا فإنــي وحـق الله إيـاك أنصح
فذلك قاس لم يذق قلبه تقــى وهذا جهول كيف ذو الجهل يصلح

Jadilah kamu seorang ahli fikih yang bertashawuf  dan jangan jadi salah satunya, sungguh dengan hak Allah aku menasehatimu. Jika kamu menjadi ahli fiqih saja, maka hatimu akan keras tak akan merasakan nikmatnya takwa. Dan jka kamu menjadi yang kedua saja, maka sungguh dia orang teramat bodoh, maka orang bodoh tak akan menjadi baik. (Diwan Imam Syafi’i halaman : 19)

Pada suatu kesempatan, Imam As Syafi’i memuji salah satu ulama ahli qira’ah dari kalangan sufi. Ismail bin At Thayyan Ar-Razi pernah menyatakan: Aku tiba di Makkah dan bertemu dengan Asy-Syafi’i. Ia mengatakan,: Apakah engkau tahu Musa Ar-Razi? Tidak datang kepada kami dari arah timur yang lebih pandai tentang Al Qur`an darinya. Maka aku berkata: Wahai Abu Abdillah sebutkan ciri-cirinya! Ia berkata: Berumur 30 hingga 50 tahun datang dari Ar Ray. Lalu ia menyebut ciri-cirinya dan saya tahu bahwa yang dimaksud adalah Abu Imran As-Shufi. Maka saya mengatakan: aku mengetahuinya, ia adalah Abu Imran As-Shufi. Asy-Syafi’i mengatakan: Dia adalah dia.(Adab Asy-Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 164).

Mengutip pendapat dari Imam Tashawuf, Sahal Tusturi berkata:

ﻗﺎﻝ ﺳﻬﻞ ﺃﺻﻮﻟﻨﺎ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﺷﻴﺎء اﻟﺘﻤﺴﻚ ﺑﻛﺘﺎﺏ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭاﻻﻗﺘﺪاء ﺑﺴﻨﺔ ﺭﺳﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺃﻛﻞ اﻟﺤﻼﻝ ﻭﻛﻒ اﻷﺫﻯ ﻭاﺟﺘﻨﺎﺏ اﻵﺛﺎﻡ ﻭاﻟﺘﻮﺑﺔ ﻭﺃﺩاء اﻟﺤﻘﻮﻕ

Dasar pijakan kami tentang tasawuf ada tujuh yaitu berpegang pada Al-Qur'an, mengikuti sunah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, memakan harta halal, menahan diri untuk tidak menyakiti orang lain, menjauhi dosa, bertaubat dan memenuhi kewajiban. (Thabaqat Shufiyah 1/170)

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...