Thursday, March 15, 2018

Prinsip-Prinsip Dakwah menurut Buya Hamka


Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan Hamka adalah seorang ulama, sastrawan, sejarawan, dan juga politikus yang sangat terkenal di Indonesia. Buya Hamka juga seorang pembelajar yang otodidak dalam bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Hamka pernah ditunjuk sebagai menteri agama dan juga aktif dalam perpolitikan Indonesia. Hamka lahir di desa kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun.

Kegigihannya Buya Hampa dalam berdakwah patut diteladani terutama untuk generasi milenial seperti saat ini. Beberapa prinsip dakwah yang perlu kita tanamkan agar dakwah kita berhasil sesuai dengan prinsip rahmatan lil 'alamin antaralain:

1. Dakwah itu membina, bukan menghina.

2. Dakwah itu mendidik, bukan ‘membidik’

3. Dakwah itu mengobati, bukan melukai.

4. Dakwah itu mengukuhkan, bukan meruntuhkan.

5. Dakwah itu saling menguatkan, bukan saling melemahkan.

6. Dakwah itu mengajak, bukan mengejek.

7. Dakwah itu menyejukkan, bukan memojokkan.

8. Dakwah itu mengajar, bukan menghajar.

9. Dakwah itu saling belajar, bukan saling bertengkar.

10. Dakwah itu menasehati, bukan mencaci maki.

11. Dakwah itu merangkul, bukan memukul.

12. Dakwah itu mengajak bersabar, bukan mengajak mencakar.

13. Dakwah itu argumentatif, bukan provokatif.

14. Dakwah itu bergerak cepat, bukan sibuk berdebat.

15. Dakwah itu realistis, bukan fantastis.

16. Dakwah itu mencerdaskan, bukan membodohkan.

17. Dakwah itu menawarkan solusi, bukan mengumbar janji.

18. Dakwah itu berlomba dalam kebaikan, bukan berlomba saling menjatuhkan.

19. Dakwah itu menghadapi masyarakat, bukan membelakangi masyarakat.

20. Dakwah itu memperbarui masyarakat, bukan membuat masyarakat baru.

21. Dakwah itu mengatasi keadaan, bukan meratapi kenyataan.

22. Dakwah itu pandai memikat, bukan mahir mengumpat.

23. Dakwah itu menebar kebaikan, bukan mengorek kesalahan.

24. Dakwah itu menutup aib dan memperbaikinya, bukan mencari-cari aib dan menyebarkannya.

25. Dakwah itu menghargai perbedaan, bukan memonopoli kebenaran.

26. Dakwah itu mendukung semua program kebaikan, bukan memunculkan keraguan.

27. Dakwah itu memberi senyum manis, bukan menjatuhkan vonis.

28. Dakwah itu berletih-letih menanggung problem umat, bukan meletihkan umat.

29. Dakwah itu menyatukan kekuatan, bukan memecah belah barisan.

30. Dakwah itu kompak dalam perbedaan, bukan ribut mengklaim kebenaran.

31. Dakwah itu siap menghadapi musuh, bukan selalu mencari musuh.

32. Dakwah itu mencari teman, bukan mencari lawan.

Baca juga: Profil KH. Bisri Syansuri

33. Dakwah itu melawan kesesatan, bukan mengotak-atik kebenaran.

34. Dakwah itu asyik dalam kebersamaan, bukan bangga dengan kesendirian.

35. Dakwah itu menampung semua lapisan, bukan memecah belah persatuan.

36. Dakwah itu kita mengatakan: “aku cinta kamu”, bukan “aku benci kamu”

37. Dakwah itu kita mengatakan: “Mari bersama kami” bukan “Kamu harus ikut kami”.

38. Dakwah itu “Biaya Sendiri” bukan “Dibiayai/Disponsori”

39. Dakwah itu “Habis berapa?” bukan “Dapat berapa ?”

40. Dakwah itu “Memanggil/Mendatangi”  bukan “Dipanggil/Panggilan”

41. Dakwah itu “Saling Islah” bukan “Saling Salah”

42.  Dakwah itu di masjid, di sekolah, di pasar, di kantor, di parlemen, di jalanan, hingga dimana saja, bukan hanya di pengajian.

43. Dakwah itu dengan “Cara Nabi” bukan dengan “Cara Sendiri”.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...